Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Murahnya Baju, Celana dan Sepatu Impor ‘RB’ di Kendari

28 Maret 2015   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 3637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga di kota Kendari seperti umumnya penduduk di provinsi Sultra menamai barang-barang bekas impor yang diperdagangkan dengan sebutan RB (Baca: erbe). RB merupakan singkatan dari kata Rombengan. Maklum, sebelum penjualan pakaian bekas impor memasuki pasar hingga ke pelosok, penduduk di wilayah ini sudah akrab dengan istilah penjual Pakaian Rombengan. Yakni sejenis PK-5 yang secara khusus menjual pakaian-pakaian bekas yang dibeli dari penduduk kemudian dijual kembali di tepi-tepi jalan atau berkeliling masuk keluar kawasan pemukiman menjajakan barang dagangannya.

‘’Pedagang Baju Rombengan tempo dulu tak hanya menjual baju atau celana bekas pakai buatan dalam negeri tapi juga sudah banyak menjual pakaian bekas bermerek luar negeri. Baju atau celana rombengan bermerek luar negeri sekalipun bekas dari dulu cepat laku di pasaran karena selalu kelihatan masih baru, harganya murah, dan masih lebih tahan dipakai dibandingkan pakaian baru buatan dalam negeri. Sama dengan kondisi RB sekarang,’’ kenang Anwar (68), warga di bilangan Mandonga, kota Kendari.

[caption id="attachment_357862" align="aligncenter" width="480" caption="Di kanan lokasi penjualan baju dan celana RB di lantai II Pasar Sentral Kota Lama Kendari ini terdapat penjualan berbagai model dan merk sepatu RB"]

1427556614280993945
1427556614280993945
[/caption]

[caption id="attachment_357865" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu kios penjual pakaian RB di Lawata, kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

14275571502084078446
14275571502084078446
[/caption]

[caption id="attachment_357866" align="aligncenter" width="480" caption="Sentral perdagangan RB di Jl Achmad Yani kota Kendari ramai pengunjung bermobil/Ft: Mahaji Noesa"]

1427557443333570537
1427557443333570537
[/caption]

Sentral Penjualan RB di Jalan Achmad Yani, salah satu pusat perdagangan di wilayah Wuawua, kota Kendari yang setiap hari padat pengunjung, tak hanya menjual baju dan celana bekas impor. Tapi juga di sini terdapat penjualan berbagai jenis sepatu, tas, asesori, karpet, dan kasur busa.Harga jualnya tiga sampai empat kali lebih murah dari harga jual barang sejenis bukan bekas pakai di pasaran umum.

‘’Sepatu olah raga bekas bermerek Cross buatan China yang saya beli dengan harga Rp 40.000 di sekitar Pasar Lawata kota Kendari (Diklaim sebagai pusat penjualan RB terbesar di Sultra-pen) 10 bulan lalu sampai kini masih kuat dan modelnya tetap tren. Sedangkan dalam waktu sama, sepatu olah raga buatan dalam negeri bukan bekas yang dibeli oleh rekan seharga Rp 130.000 sudah robek, rusak dan terkelupas alas haknya,’’ jelas Ahyar, seorang karyawan swasta.

Bursa pejualan RB yang sudah sejak puluhan tahun marak di kota Kendari kini juga telah melahirkan sejumlah cabang usaha ikutan yang baru. Di antaranya, terlihat di beberapa tempat penjualan RB di sejumlah pasar di kota Kendari, seperti di Pasar Wuawua, Pasar Panjang, Pasar Sentral Kota Lama, Pasar Lawata, Pasar Mandonga, Pasar Andonohu, dan Pasar Sentral Lapulu memunculkan penjahit-penjahit yang khusus melakukan usaha jasa permak mengecilkan baju, celana maupun sepatu RB yang disukai modelnya tapi kebesaran ukurannya.

Beberapa penjual RB PK-5 mengaku, selama ini membeli baju dan celana kaos maupun kain RB apkir yang cacat memiliki sedikit robekan dari para pedagang RB porsi besar. Pakaian-pakaian RB cacat dengan kualitas kain baik yang dibeli dengan harga miring kemudian dimodifikasi kembali menjadi berbagai model baju dan celana untuk anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun