“Waktu itu kami punya teman yang bertugas di militer. Dari dia inilah kami mendapatkan informasi, kalau BSA, Triumph, Norton, Ariel dan AJS bisa didapatkan dengan mudah di pulau Jawa. Perburuanpun dimulai, sampai akhirnya Siantar menjadi gudang BSA untuk Indonesia,” kenang dia lagi.
Namun sebelum ide Pak Kampret itu datang, ide menjadikan kereta-kereta perang itu menjadi angkutan roda tiga datang dari seorang putra Batak. Sayangnya, Muhammad Darwin lupa marga dari pemilik ide itu.
“Ide memasang gandengan untuk penumpang itu datangnya dari teman kami, orang Batak. Tapi saya lupa, apa marganya. Penyempurnaannya seperti sekarang ini, dari Pak Kampret,” ujarnya.
Spare Part Motor Jepang dan Truk
Seiring waktu berjalanan, kereta-kereta perang itu semakin tua. Satu persatu, spare partnya mulai aus dan tidak berfungsi. Perlu peremajaan agar suara khas bariton BSA dan kompatriotnya yang lain itu bisa menjadi angkutan yang ditunggu-tunggu setiap hari di persimpangan jalan.
“Kami mulai susah mencari spare partnya. Selain memang sudah tidak ada lagi dijual, spare part dari bangkai mesin sudah habis semua. Namun kami tidak putus asa. Khususnya untuk BSA, kami akhirnya menemukan solusi mengatasi kelangkaan suku cadang ini,” terang Muhammad Darwin yang juga mekanik untuk mesin BSA.
Untuk urusan piston dan block-nya, pemilik maupun mekanik BSA dapat menggunakan piston dan block mesin mobil buatan jepang. Demikian juga dengan kain kopling dan kampas rem, milik salah satu jenis truk bisa mereka modifikasi dan cocok untuk BSA mereka. “Untuk yang benar-benar baru ada juga tapi bukan khsusus untuk BSA. Seperti rantai sepeda motor jepang ada yang cocok untuk BSA. Tali rem dan tali kopling Vespa sangat cocok untuk BSA. Selain panjang, juga sangat kuat. Untuk platina dan karbu, suku cadang motor jepang ada yang cocok, tapi berpengaruh pada tenaga maupun konsumsi bahan bakarnya,” tuturnya.
Tergeser Sepeda Motor Jepang Hingga Kehilangan Identitas
Jumlah becak Siantar – BSA – yang pernah tercatat di tahun 1990-an ada sekira 1986 unit, dengan silinder 250 cc, 350 cc, 500 cc sampai 600 cc. Waktu itu, Zulkifli Harahap sebagai Wali Kota Pematangsiantar dikenal sangat peduli dengan nasib BSA terlebih penarik BSA – abang becak.
“Kami dikumpulkan waktu itu sekalian dicatat total BSA yang ada di Siantar. Itu masih jumlah yang tercatat. Belum yang tidak tercatat. Tapi sekarang mungkin sekitar 200 unit saja,” kenang Darwin.
Seorang rekan Darwin, yang ditemui saat menunggu sewa di seputaran Jalan Diponegoro Pematangsiantar, juga mulai prihatin dengan eksistensi si kereta perang pemberi nafkah itu.