Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fenomena Momentum Kebangkitan Gerakan Non Ahok

9 Agustus 2016   15:17 Diperbarui: 10 Agustus 2016   17:06 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan lawan Ahok ( indoberita.com )

Jika dicermati ,sebetulnya bargaining posision Ahok sudahlah kuat.Bahkan partai Golkarpun sampai bersikukuh  tetap mendukung Ahok meskipun Ahok melalui jalur Independen,sehingga sangat memungkinkan Ahok untuk mengendarai dua kendaraan politik sekaligus ibarat menyebrang  pulau Ahok tetap bisa berkendaraan politik dengan mobilnya sementar mobilnya naik kapal fery,sangat komplit dan strategis jika dilakukan,politik dua kaki ini adalah sangat mujarab.

Namun akankah nilai plus ini tidak dimanfaatkan semestinya,dengan meninggalkan Teman Ahok pergi ke jalur partai tidak mustahil akan menjadi bumerang bagi Ahok,friksi yang ditimbulkan akibat ketidak konsitnsinya bagi kalangan Teman Ahok. Di sisi lain nilai plus ini justru diabaikan,malah melepaskan Teman Ahok yang semula menjadi  tumpuannya,akan berdampak negatif  misalnya dengan aksi pengembalian KTP dukungan dll. Meskipun semua masih dapat diatasi secara internal.   

Namun dampak ekternal telah menjadi blunder politik bagi Ahok,sekarang  dengan aksi politis inkonsistensinya Ahok ini sudah mengagenda menjadi pemicu semangat melawan Ahok untuk lebih power lagi menyatukan potensi penolakannya.Padahal sebelumnya para elit ini justru sedang gamang  antara mendukung dan tidak kepada Ahok termasuk kalangan  elit PDIP. Karena sangat tidak  etis jika penolakan  Ahok hanya  alasan subyektif  yang bisa  membangkitkan sara.Namun berkat tindakannya sendiri ternyata Ahoh memang bukan tipe figur yang pantas untuk diunggulkan partai.Maka setidaknya fenomena ini layaknya aksi gali lubang sendiri yang dilakukan oleh Ahok.

Selain itu,langkah Ahok yang dinilai tidak konsisten ialah keikut sertaannya melakukan penolakan cuti bagi sang petahan jika mengikuti pilkada lagi. Hal ini sebetulnya lumrah jika aksi penolakan cuti ini dilakukan oleh orang lain. Namun akan menjadi aneh jika penolakan ini dilakukan juga oleh Ahok yang justru pada saat itu juga memprotes Foke yang saat itu  tidak melakukan cutidan mengusulkan supaya melakukan cuti. Namun kini pada saat dirinya yang berkuasa justru malah menolak cuti.Inilah inkonsistensi yang dilakukan oleh Ahok.

Namun yang menarik, wacana ini sudah  mulai  terasa memanas setelah  makin mengkristalnya gerakan anti Ahok dengan mengusung kandidat dari kalangan PDIP yakni Tri Risma Maharini ,( Bu Risma) walikota Surabaya. Kemunculan Risma bukan sekedar menjadi lawan  Ahok yang sebanding namun juga menjadikan strategis politik untuk DKI pada pemilu yang akan datang.Apalagi mayoritas rakyat DKI yang  mendukung Risma sudah semakin kuat karena bersatu dengan kekuatan aspirasi asal bukan Ahok.Dengan sikap Ahok yang inkonsisten ini sudah cukup menjadi alasan yang kuat untuk  bergerak.

Mungkin berat  jika tidak ada alasan yang logis untuk melakukan  aksi lawan Ahok  ini. Aksi  inkonsistensi Ahok ini  akan membuat gerakan ini akan menjdi lebih  masuk  akal. Semangat  ini  akan memayungi gerakan anti Ahok menjadi lebih bermakna tanpa  tersandra  unsur sara  yang menjadi senjata para pendukung Ahok.

Sehingga fenomena  gerakan keberatan Risma oleh masyarakat  Surabaya  ini yang sedianya menjadi faktor pemberat  Risma untuk maju ke pilkada DKI  akan mencair. Setelah munculnya aksi keberatan warga Surabaya yang berpandangan negatif  tentang majunya Risma ke pilgub DKI  yang mengemuka diantaranya masalah amanat, yang seolah olah dengan perginya Risma ke DKI berarti menyalahi amanat rakyat,sama juga dengan kepergian Jokowi  dari Solo ke DKI  bedanya kekuatan  pemberat Jokowi waktu itu lebih murni sehingga tidak sempat mengemuka dan menjadi  agenda politik .   Namun sangat gegabah jika fenomena aksi  keberatan ini adalah campur tangan  pihak lawan politik yang bermain ,seperti yang  menjadi sorotan seorang elit politik di Jawa Timur baru baru ini. Wali Kota Blitar Samanhudi Anwar mencurigai penolakan pencalonan Tri Rismaharini dalam pilkada DKI sebagai manuver Ahok.“Masyarakat yang mana dulu, jangan-jangan orangnya Ahok,” kata Samanhudi kepada Tempo, Senin 8 Agustus 2016.

Namun semua itu adalah fenomena awal  terlalu dini jika kita menyimpulkan seperti ini,karena dinamika politik ini  sangatlah dinamis yang pasti  fenomena ini telah menjadi momentum kebangkitan Gerakan Non Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun