Mohon tunggu...
Mohamad AB
Mohamad AB Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Menulis untuk bertutur kata...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memanusiakan Pencopet, Model Solo Lebih Efektif Tanpa Kekerasan

15 Juli 2015   20:10 Diperbarui: 15 Juli 2015   20:21 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memanusiakan Pencopet, Model Solo Lebih Menyadarkan,Lebih Sampai ke Hati. Barangkali ini perlu dijadikan contoh bagi daerah lain di tanah air yang rawan tindak kejahatan terutama bahaya pencopetan. Faktanya sering kita lihat di media,banyak kasus pencopetan yang berakhir tindak kekerasan berupa penghakiman massa kepada pencopet sering berujung kematian.

Sangat dilematis disisi lain kita ingin meningkatkan keamanan tapi solusinya justru malah berujung tindakan destruktif yang lebih tragis yang melanggar asas kemanusiaan. Namun jika tidak represif akan kurang membuat efek jera dilapangan.

Setidaknya bisa dijadikan bahan studi yang lebih mendalam dibidang kriminal. Adakah korelasi  yang nyata ,hubungan antara rasa malu sebagai layaknya manusia dengan tindakan kriminal yang telah diperbuatnya.? Kalau ada tentu tindakan ini sangat membantu para penegak hukum dilapangan.

Berangkat dari hal yang sama yakni dari unsur manusiannya bahwa penyakit sosial berupa tindakan kriminal berupa kejahatan pencopetan adalah soal hati nurani. Jadi alasan seorang nekat berbuat mencopet karena hati nuraninya yang sakit yaitu ndablek dan nekat.

Nah lalu bagaimana kita bisa merumuskan model hukuman yang lebih efektif dan lebih berdampak efek jera kepada manusia yang berbuat mencopet itu. Ternyata ditemukan cara praktis yakni dengan membeberkan kejahatannya secara umum di depan publik.Memang kesannya layaknya sedang prosesi pilkada yakni pamer jago balon Bupati/Wali Kota yang akan di usung untuk dipilih,namun ini sama sekali bukan itu.Tapi justru bagian dari prosesi untuk membuat efek jera yang yangat menyakitkan hati bagi pelakuknya. Perlakukan ini dipandang sangat efektif,sehingga daerah lain yang rawan bahaya pencopetan bisa menerapkan hal ini.

Lalu bagaimana prakteknya ? kita akan melihat yang sudah dilakukan di Kota Solo, dimana di Terminal Tirtonadi mencoba memasang lokasi tempat peristirahatan pencopet.Fungsinya secara hukum adalah untuk mencegah tindak kekerasan berupa main hakim sendiri yang sering berakibat fatal .

Tidak seharusnya kejahatan diberantas massa dengan kekerasan.Nah tempat ini merupakan cara alternatif berfungsi untuk menghakimi sang pencopet tanpa ada unsur kekerasan. Karena dengan sekaligus berfungsi untuk memejeng muka sang pencopet supaya dapat dilihat oleh massa namun terbebas dari tindak kekerasan.

Biasanya kalau menjelang lebaran begini hampir dipastikan semua pihak yang dilewati jalur mudik akan menjadi teramat sibuk.Tak kecuali Kota Solo ini. Namun yang sangat mencolok berbeda dengan daerah yang lain,Kota sola dan yang teramat istimewa,yakni pembuatan sarana tempat istirahat para pencopet setelah tertangkap tangan. 

Konon di tempat yang mirip podium ini jika seorang copet telah tertangkap maka akan segera disuruh berdiri beberapa jam waktunya telah ditentukan oleh para petugas keamanan dengan maksud supaya para pencopet merasa malu setelah dirinya diperlihatkan kepada khalayak umum.

Jenis hukuman ini setidaknya merupakan terobosan hebat yang sangat mendidik sehingga secara batin copet akan lebih bergengsi sehingga akan membuat kapok  dan malas beraksi kembali karena jika ketahuan akan menanggung malu yang tak terkira.

Dimanakah lokasi tempat copet ini,secara mudah bisa kita lihat saat kita masuk di komplek terminal Tirtonadi Solo ini tepatnya di sudut lokasi masuk bus jurusan Jawa Timur.

Tempatnya semacam podium terbuat dari tenda besi dan dilengkapi dengan beberapa kursi kayu. Tenda yang warnanya sangat mencolok ini akan mudah dilihat dari jauh karena disertai tulisan besar yang sangat menonjol “Tempat Istirahat Copet”. Namun jangan sekali kali anda ikut nimbrung duduk atau ikut berdiri meskipun untuk beristirahat  sebentar disini kalau tidak ingin malu dikira pendatang baru.

Menurut Yoscha Herman Sudrajat ,Kepala Dishubkominfo Solo, mengatakan, tempat ini memang disediakan untuk para pencopet yang tertangkap basah.tujuannya untuk menghindari aksi main hakim sendiri yang dilakukan oleh massa.Sehingga copet-copet yang tertangkap tersebut dibawa ke tempat ini.

Namun yang beda disini mendapat hukuman yang sangat menantang yakni para copet ini dihukum berdiri di depan publik.Maksud pembuatan tempat ini diharapkan memberi efek jera terhadap para pelaku. Sebab, masyarakat bisa melihat langsung tampang pencopet yang tertangkap.

Implikasinya,semoga ketua KPK yang  baru lebih kreatif bisa meniru ide orang solo semacam ini,Insya akan Alloh akan lebih efektif. Karena efek psikologisnya akan terasa lebih mendalam membuat pencopet kapok karena membunuhnya ke hati bukan ke fisik. Kalau ditinjau dari ilmu hama, formula kemasan bernama" Tempat Istirahat Copet " ini ibarat pestisida organik.

Mempunyai Toksisitas atau daya basmi yang ampuh,lebih mematikan lawan namun bersahabat bagi manusia karena tidak merusak jazad manusia sehingga lebih efektif. Bagaimanapun orang berdasi pasti lebih punya harga diri,gengsi dibanding copet kelas teri. Berarti nyalinya akan lebih kecil dibanding copet kelas teri berarti pula akan lebih ciut dan traumatik menghadapi sangsi hukuman sosial seberat seperti ini. Sebagi langkah preventif cara ini cocok diterapkan,selagi budaya malu masih berlaku.

Jika demikian prediksi saya, selama masyarakat tetap menjunjung tinggi budaya rasa malu ini penjahat kaum papan atas, kerah putih atau white collar crime ini bisa bisa akan mati duluan sebelum dipajang dimuka khalayak publik sambil dibeberakan kejahatannya. Jika langkah ini dilakukan impian masyarakat bebas kejahatan korupsi akan tercapai sekaligus budaya kekerasan bisa dihilangkan.

Sumber : Okezone,Wartatv.com,Metro Pos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun