Mohon tunggu...
Maghpuja Br. Tampubolon
Maghpuja Br. Tampubolon Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Students

Hai, Maghpuja Br. Tampubolon atau sering disapa Puja, adalah seorang Pelajar yang random people, dan ingin berbagi cerita, maupun berita yang sedang update, agar tidak ketinggalan, Bantu follow, dan like ya, Thank youu...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gen Z, Wajib Tahu Penyakit Mental, yang Sering Terjadi pada Kaum Muda, Apakah Kamu Salah Satunya?

29 September 2024   08:28 Diperbarui: 29 September 2024   08:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: google.com

"Gen Z disebut-sebut lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Ada berbagai faktor pemicu contohnya paparan media sosial, hingga ketidakpastian akan masa depan."

Halodoc, Tapteng --  Generasi Z adalah istilah untuk menyebut mereka yang lahir di antara tahun 1997 dan 2012. Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi ini tumbuh besar dengan internet sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Perbedaan ini tidak hanya membentuk cara pandang mereka terhadap dunia secara keseluruhan, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental mereka secara signifikan.

Gen Z pun sering dikenal sebagai generasi yang lebih sensitif dan rentan mengalami gangguan mental. Kira-kira mengapa hal ini bisa terjadi? Simak pembahasan selengkapnya di bawah ini!

Gangguan Mental yang Sering Dialami Gen Z
Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), sekitar 91% Gen Z mengaku pernah mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional akibat stres. Contohnya seperti merasa depresi atau sedih, kehilangan minat, motivasi, atau energi.

Bukan hanya itu, sekitar 1 dari 3 anak muda berusia 18-24 tahun juga melaporkan gejala terkait kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Penelitian lainnya dalam Journal of Abnormal Psychology pada tahun 2019, menunjukkan peningkatan besar dalam tingkat depresi di kalangan remaja dan dewasa muda antara tahun 2009 dan 2017.

Selain itu, data lain menunjukkan bahwa angka bunuh diri pada remaja 15-19 tahun dan dewasa muda 20-24 tahun juga mengalami peningkatan signifikan.

Alasan Gen Z Lebih Rentan terhadap Gangguan Mental
Berikut ini beberapa alasan Gen Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental:

1. Paparan media sosial
Generasi Z memang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada generasi sebelumnya. Akan tetapi, aktivitas ini juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa, semakin banyak waktu anak muda bermain media sosial, semakin rendah kesehatan mentalnya. Hal ini terjadi karena akses mudah terhadap konten di media sosial, memungkinkan individu terpapar lebih banyak konten negatif.

Selain itu, kehadiran influencer di media sosial sering kali menyebabkan perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri.

Dampak negatif lainnya meliputi gangguan tidur, cyberbullying, pelecehan online, permasalahan citra tubuh, perilaku makan tidak sehat, fear of missing out (FOMO), dan gejala depresi.

Untuk lebih jelasnya, kamu bisa membaca artikel berikut ini: "Hubungan Kecanduan Media Sosial dan Kesehatan Mental".

2. Memiliki pandangan pesimis terhadap dunia
Alasan lainnya adalah karena Gen Z memiliki pandangan yang semakin pesimis terhadap dunia.

Menurut studi dari Montclair State University, generasi ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelumnya yang cenderung lebih positif.

Peristiwa-peristiwa terkini, seperti krisis iklim dan kekerasan yang sering terjadi, membuat Gen Z lebih mudah resah. Belum lagi, generasi ini juga mengalami masa pandemi COVID-19 pada masa pertumbuhan mereka, sehingga menimbulkan pandangan yang cenderung negatif terhadap masa depan.

3. Terisolasi dari lingkungan
Menurut survey, hampir separuh responden Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap hari. Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung atau tatap muka dengan orang lain di sekitarnya.

Dampaknya adalah meningkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan Generasi Z. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental.

Nah, apabila kamu mengalami kesepian, simak pembahasan pada artikel ini untuk mengetahui cara mengatasinya: "Lawan Kesepian dengan 4 Cara Sederhana Ini".

4. Lebih peduli terhadap isu sosial dan politik
Menurut penelitian dari Edelman, sekitar 70% dari Generasi Z di seluruh dunia mengatakan mereka terlibat dalam isu sosial atau politik. Kepedulian ini sering kali dipicu oleh mudahnya akses mereka terhadap berita terbaru melalui internet.

Akan tetapi, hal ini juga membuat Gen Z terpapar secara intensif pada berbagai isu sensitif. Contohnya seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah-masalah sosial lainnya yang sering kali belum terselesaikan oleh pemerintah.

Lingkungan politik dan sosial yang tidak stabil dapat memperburuk kecemasan dan juga mendorong pikiran pesimis dari Gen Z.

5. Ketidakpastian masa depan
Generasi Z tidak hanya menghadapi tantangan dalam isu-isu sosial dan politik, tetapi juga dari perubahan yang cepat dalam masyarakat dan teknologi.

Kemajuan Artificial Intelligence (AI) yang mengancam pekerjaan tradisional dan kesulitan mendapatkan pekerjaan, menambah tekanan psikologis pada mereka yang baru memasuki dunia kerja. Selain itu, biaya perumahan dan kebutuhan dasar yang semakin melonjak juga menambah beban finansial yang mereka tanggung.

Ketidakpastian akan masa depan dan perubahan konstan ini seringkali memicu stres di kalangan Generasi Z.

Itulah beberapa alasan Gen Z lebih rentan terhadap gangguan mental. Apabila kamu mengalami gejala-gejala gangguan kesehatan mental, segera konsultasikan dengan psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penanganan profesional.

Apabila kamu mengalami depresi atau tanda-tanda gangguan kesehatan mental, segera hubungi psikolog atau psikiater di Halodoc. Dalam beberapa kasus, psikiater mungkin saja meresepkan obat-obatan bila dirasa perlu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun