Mohon tunggu...
Magdalena Suster
Magdalena Suster Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar merangkai kata

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencintai Pencipta melalui Ciptaan-Nya

24 April 2023   14:33 Diperbarui: 11 Mei 2023   10:27 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                      Mencintai pencipta melalui ciptaan-Nya

Manusia adalah gambar dan citra Allah yang tidak ada duanya serta memiliki belas kasih yang tidak terbandingkan. Belas kasih yang dimiliki oleh seseorang itu bukan diberikan oleh masyarakat atau pun yang lainnya dari luar darinya. Melainkan belas kasih itu ada bersama dengan diri seseorang sejak berada dalam selubung rahasia.

Seseorang hanya mampu menyadari di dalam dirinya ada belas kasih apabila orang itu percaya sepenuhnya kepada Allah yang maha Rahim. 

Dengan modal percaya sepenuhnya akan Allah yang maha Rahim maka orang itu akan mengambil bagian atau orang itu menjadi bagian dari kerahiman ilahi. Dengan menjadi bagian dari kerahiman ilahi, juga menjadi penyalur kerahiman ilahi. Orang hanya dapat menjadi penyalur kerahiman ilahi kalaulah menyadarinya dan mencinati-Nya dengan sepenuh hati. 

Kemudian, cara orang menyadarinya melalui relasi yang terpelihara dengan Allah yang kerahiman ilahi. Selain itu orang juga semakain bertumbuh dalam kasih ilahi. 

Orang tidak hanya semakin berkembang dari kasih tetapi juga menjadi bagian dari kasih ilahi dan mampu membagi kasih ilahi kepada sesama. 

Orang meskipun memiliki kasih ilahi dalam diri tetapi belum tentu mampu untuk dibagikannya. Oleh karena itu, perlu memohon kepada Allah yang maha Rahim untuk diberi kesempatan dan kemampuan membagi belas kasih Allah kepada sesama.

Manusia dari zaman ke zaman memiliki problem yang menyangkut kehidupan yang tidak adil. Zaman dulu, sekarang dan mungkin zaman yang akan datang persoalan ketidak adilan masih menjadi persoalan. 

Kehidupan yang kurang adil tidak pernah selesai dibicarakan terutaman bagi mereka yang lemah, miskin dan terlantar. Orang lemah, miskin dan terlantar kurang mendapat perhatian dari mereka yang hidupnya berkecukupan. 

Orang kaya menganggap diri sudah bertindak baik serta bersikap adil terhadap mereka yang miskin apabila mempekerjakan mereka atau pun hidup baik. 

Orang yang hidupnya berkecukupan sesungguhnya tidak cukup memberi pekerjaan atau pun hidup baik tetapi harus juga memperhatikan kesejahteraan hidup dengan memberi balas jasa yang seimbang dengan pekerjaan mereka. Orang yang hidup berkecukupan itu, memiliki tugas dan perutusan dari Allah untuk berbagi apa yang mereka miliki. 

Dalam situasi hidup seperti ini Allah memanggil dan mengutus mereka yang hidup berkecukupan untuk menjadi penyalur belas kasih terutama bagi mereka yang lemah, miskin, terlantar dan tidak diperhitungkan. Aku ini Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan (bdk Yes. 42:6). Panggilan Allah kepada setiap orang ialah untuk menyelamatkan. Oleh karena itu, setiap kita memiliki kewajiban untuk menolong mereka saudara dan saudari kita yang berkekurangan.

Pada zaman sekarang banyak hal yang menggiurkan sehingga terkadang orang menjadikan hal-hal yang menggiurkan itu sebagai tuannya. Orang kurang peduli dengan kehidupan rohaninya yang memberi kedamaian dan sukacita yang tidak lenyap. Orang merasa bahwa dengan percaya kepada Tuhan itu sudah cukup. 

Selain itu, ada pula orang merasa bahwa Allah tidak perlu campur tangan dalam kehidupannya sebab dirinya mampu melakukan apa pun tanpa keberadaan-Nya dalam hidupnya. Seseorang tidak menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya hanya yang kelihatan dan itu tidak abadi. Akibat dari kesombongan seseorang yang mengandalkan diri membuat dirinya tidak pernah bersyukur apa yang telah diterima dan dimiliki saat ini. 

Kehidupan orang-orang yang seperti ini sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, para murid Yesus hadir dan memberi diri untuk mengingatkan orang-orang yang demikian agar tidak jatuh ke dalam dosa yang lebih dalam. 

Para murid di utus untuk menjadi perantaran bagi orang-orang yang merasa diri mampu melakukan apapun tanpa campur tangan Tuhan. Sebab, Tuhan menginginkan kebahagiaan bagi setiap ciptaan-Nya termasuk manusia. Tuhan tak ingin satupun ciptaan itu bisa. Oleh karena itu, mencintai Sang pencipta dengan sepenuh hati maka dengan sendirinya ciptaan merasakan cinta dan belaskasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun