Pada tanggal 19 Januari 2010 ini, pemerintah akan melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara seri IFR0003, IFR0005, IFR0006 dan IFR0007 yang akan diselenggrakan oleh Bank Indonesia sebagai agen lelang SBSN. Penerbitan instrumen investasi berupa sukuk bukanlah hal yang pertama buat pemerintah bahkan SBSN yang diterbitkan pada awal tahun 2009 mengalami kelebihan permintaan sampai 7 kali lipat. Ini mengindikasikan besarnya minat investor khususnya investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan syarat menggunakan skema investasi berbasiskan syrariah.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara sudah sepatutnya secara serius menggunakan instrumen keuangan syariah sebagai alternatif pembiayaan pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur yang masih membutuhkan dana yang besar, diperkirakan dibutuhkan investasi sebesar Rp 2.100 trilliun untuk lima tahun ke depan dengan target pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen. Sukuk akan lebih efektif mengurangi kemiskinan dan pengangguran karena instrumen pembiayaan ini akan terfokus pada sektor rill. SBSN yang diterbitkan oleh pemerintah bisa menjadi sumber dana untuk menambah APBN 2010 yang diperkirakan akan mencapai Rp 1.009 triliun atau naik Rp 3, 8 trilliun dari APBN 2009 dan akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi rill jika betul-betul digunakan untuk membiayai investasi rill jangka panjang dan bukan untuk membiayai belanja rutin negara.
Melalui tulisan ini saya ingin memaparkan potensi Indonesia dalam pasar keuangan syariah internasional dimana sukuk (SBSN) adalah salah satu jenis produknya.
Dalam empat tahun belakangan ini, sistem keuangan islam telah mencatatkan pertumbuhan yang pesat, tumbuh 15% - 20% per tahun. Pada tahun 2009 telah tercatat 810 institusi keuangan syariah di 75 negara yang pada dua tahun sebelumnya hanya sekitar 300 lembaga keuangan di 50 negara. Pertumbuhan yang pesat salah satunya didorong oleh meningkatnya inovasi produk keuangan syariah global misalnya Islamic wealth management, islamic structured product, leasing, Islamic Real Estate Investment Trust (iREITs), dll. Progresivitas pertumbuhan ini tentunya akan menjadikan pasar keuangan syariah sebagai alternatif sumber pembiayaan dan investasi di masa mendatang.
Meskpun saat ini share total shariah compliant asset di bawah 1 persen dari total aset 1000 bank konvensional terbesar dunia, namun diprediksi pada 2012, sektor keuangan syariah global diprediksi mampu tumbuh melebihi 20 persen, mencapai aset sebesar 1, 3 triliun dolar AS (Riset perbankan syariah BI, 2009). Market share terbesar masih dikuasai oleh negara-negara Anggota Dewan Kerjasama Kawasan Teluk (GCC) sekitar 42, 9 persen, Iran 35, 6 persen, Asia sebesar 20 persen dimana Malaysia sebagai market leadernya dan sisanya sebesar 2, 5 persen berada di Eropa dimana London sebagai market leadernya.
Potensi Pasar Keuangan Syariah Global
Berdasarkan riset Bank Indonesia (2009), industry demand terhadap instrumen keuangan syariah terkonsentrasi pada sukuk, equity, trade finance, commodity murabaha, property dan leasing sedangkan untuk jenis Islamic structured product, Islamic wealth management dan private equity masih relatif kurang diminati oleh investor.
Sukuk, setelah mengalami penurunan pada tahun 2008 akibat krisis global rebound dengan nilai kumulatif penerbitan 2000-2009 135,8 miliar dolar AS dimana issuer sukuk masih terkonsentrasi di Asia (Malaysia) dan Timur Tengah (UAE dan Saudi Arabia). Trend kenaikan juga dialami Islamic Equity Index setelah mengalami penurunan akibat krisis keuangan 2007.
Pasar takaful diprediksi akan tumbuh 30% - 40% dalam 3 - 5 tahun mendatang. Nilai preminya diprediksi akan mencapai 7, 7 miliar dolar AS pada 2012. Potensi pasar keuangan syariah lainnya yang tidak kalah menarik adalah Islamic Fund. Dimana mengalami peningkatan dari 150 fund (2000) menjadi 679 fund (Juni 2009), senilai 45 - 50 miliar dolar AS yang dikelola lebih dari 300 manajer investasi (Islamic Investment Banking Report, 2009). Secara geografis Islamic Funds tersebut mayoritansnya berasal dari Malaysia, Saudi Arabia dan Kuwait sedangkan Indonesia hanya sekitar 3 persen. Jika dilihat dari segi distribusi investor Islamic Fund lag-lagi masih terkonsentarsi di kawasan Timur Tengah dengan proporsi terbesar pada equity dan fixed income (pendapatan tetap) (Ernst & Young).
Potensi Indonesia
Jika dilihat dari segi klustering perkembangan pasar keuangan Islam, Indonesia masih berada di kluster 3 bersama Brunei, Turki, Qatar, Afrika Selatan dan Maroko yang masih seputar aktivitas pengembangan pasar dimana produk keuangan syariahnya masih sama dengan negara-negara lain belum ada something new, belum mencapai market innovation seperti Malaysia, Kuwait, Saudi Arabia, UAE dan Bahrain yang sudah lebih duluan berada pada kluster 4.
Sukuk Indonesia masih didominasi oleh sukuk pemerintah dimana share jumlah penerbitan sukuk (Sept 2009) 13 persen masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obligasi konvensional (87%). Indonesia belum seaktif Malaysia, Bahrain dan Pakistan dalam penerbitan sukuk sebagai sumber alternatif pembiayaan pembangunan dalam negeri. Akibatnya sukuk domestik maupun sukuk global belum berkembang secara optimal di Indonesia meskipun perangkat undang-undangnya sudah ada. Dengan penerbitan sukuk di awal tahun 2010 ini, diharapkan menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk turut aktif dalam memanfaatkan boomingnya produk-produk keuangan syariah sebagai alternatif sumber pembaiayaan pembangunan dalam negeri dimana sumber dananya berasal dari negara-negara Timur Tengah yang mengalami overliquiditas akibat kenaikan harga minyak dunia.
Share aset perbankan syariah nasional dari aset perbankan syariah global masih di bawah satu 1 persen (0, 79%) sementara dari total aset perbankan nasional hanya sekitar 2, 4 persen pangsa pasarnya. Pertumbuhan pangsar pasar yang cenderung melambat tersebut disebabkan oleh pricing perbankan syariah yang lebih mahal dibandingkan perbankan konvensional, keterbatasan infrustruktur dan inefisiensi dalam manajemen likuiditas.
Meskipun saat ini pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia masih relatif kecil tapi optimisme terhadap potensi pertumbuhan ekonomi syariah di indonesia telah nampak secara kasat mata misalnya pertama; pertumbuhan institusi dan instrumen syariah yang cukup signifikan seperti perbankan, capital market, equity market, reksadana, asuransi dan microfinance, kedua; potensi populasi Indonesia yang melebihi 220 juta dengan GDP/kapita 2271,17 (2008), ketiga; kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang jauh lebih baik, inflasi terjaga, nilai tukar relatif stabil dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (tiga besar Asia setelah Cina dan India), keempat; letak geografis dan kondisi kawasan yang strategis, tahun 2010 ini terjadi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana akan terjadi aliran bebas barang, jasa, modal, investasi dan tenaga kerja, kelima; Regulatory framework yang lebih kondusif ditandai dengan adanya UU perbankan syariah dan UU perpajakan, keenam; proyek pembangunan yang terus bertumbuh khususnya proyek infrastruktur dan terakhir persepsi iklim investasi yang membaik dan kredit rating yang mengalami kenaikan (Moody's, Sept 2009).
Indonesia sebagai negara muslim terbesar di Dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara seharusnya mulai fokus dan intens dalam pengembangan isntrumen keuangan islam sehingga bisa menjadi tujuan investasi dan mendapatkan pembiayaan dari pasar keuangan syariah global. Oleh karena itu hambatan-hambatan berupa economic of scale yang rendah, pasar sekunder yang belum berkembang secara optimal, rendahnya consumer awarenes terhadap transaksi keuangan syariah, keterbatasan SDM, infrastruktur yang belum memadai serta belum adanya strategi yang komprehensif tentang pengembangan pasar keuangan syariah seharusny sudah menjadi prioritas utama untuk segera diatasi secara bersama.
Sehingga suatu saat nanti Indonesia akan menjadi negara muslim yang disegani bukan lagi lantara jumlah penduduknya yang mayoritas muslim tapi karena menjadi pusat keuangan syariah global.
Ali Rama
Catatan Mafia Gombak,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI