Mohon tunggu...
Maerina Hutafea
Maerina Hutafea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswi

Hobi saya adalah bermain volly ,makan ,dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Psikososial menurut Erik Erickson

23 Oktober 2024   09:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   09:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TEORI  PSIKOSOSIAL  OLEH ERIK ERICKSON

Teori psikososial Erik Erikson adalah sebuah teori perkembangan yang berfokus pada tahapan kehidupan manusia dari bayi hingga dewasa tua. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial dan lingkungan serta dipengaruhi oleh delapan tahapan perkembangan psikososial. Setiap tahapan ini mencerminkan konflik atau krisis yang harus diatasi oleh individu agar dapat berkembang secara sehat. 

 Latar belakang utama dari teori psikososial Erikson meliputi:

1).Inspirasi dari Psikoanalisis Freud: Erikson adalah seorang psikoanalis yang terlatih dalam metode Freud, tetapi dia melihat bahwa perkembangan manusia melibatkan lebih dari sekedar dorongan seksual. Dia menekankan pentingnya faktor sosial dan lingkungan dalam membentuk identitas individu.

2).Pengaruh Lingkungan Sosial dan Budaya:  Erikson percaya bahwa perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh dorongan internal tetapi juga oleh interaksi dengan masyarakat, budaya, dan lingkungan sosial di sekitarnya. Pengalaman sosial di setiap tahap kehidupan memberikan kontribusi besar pada pembentukan identitas seseorang.

3).Teori Lifespan (Sepanjang Kehidupan): Tidak seperti Freud yang lebih fokus pada perkembangan di masa kanak-kanak, Erikson memperkenalkan gagasan bahwa perkembangan psikososial terjadi sepanjang hayat, mulai dari bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap kehidupan memiliki krisis psikososial spesifik yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang optimal.

4).Krisis Psikososial: Dalam setiap tahap, individu menghadapi krisis atau konflik psikososial. Cara individu menyelesaikan krisis ini akan menentukan bagaimana mereka berfungsi di tahap kehidupan selanjutnya. Misalnya, krisis pertama pada bayi adalah "Kepercayaan vs Ketidakpercayaan", di mana bayi belajar untuk mempercayai dunia sekitarnya atau menjadi curiga dan takut terhadap lingkungan.

5).Identitas dan Peran Sosial: Fokus Erikson pada pencarian identitas, khususnya pada masa remaja, menjadi aspek penting dari teorinya. Dia percaya bahwa krisis identitas adalah tugas utama remaja yang harus diselesaikan untuk mencapai kedewasaan psikososial.

Teori Erikson memberikan kontribusi besar dalam memahami perkembangan manusia secara komprehensif dengan memasukkan dimensi sosial dan kultural, serta memperluas pandangan mengenai perkembangan ke tahap dewasa dan lanjut usia.

Berikut adalah delapan tahapan psikososial menurut Erikson:

1).Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuhnya. Jika bayi merasa aman dan kebutuhan dasarnya terpenuhi, ia akan mengembangkan rasa percaya. Jika tidak, ia akan mengalami ketidakpercayaan.

2).Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemandirian. Jika anak diberi kebebasan untuk melakukan hal-hal sendiri, ia akan mengembangkan rasa otonomi. Sebaliknya, jika orang tua terlalu mengontrol atau meremehkan usaha anak, ia bisa merasa malu dan ragu pada dirinya sendiri.

3).Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak mulai mengeksplorasi lingkungan dan berinisiatif dalam kegiatan. Jika dorongan ini didukung, anak akan merasa percaya diri. Namun, jika anak merasa ditekan atau dipersalahkan karena mengambil inisiatif, ia bisa mengalami rasa bersalah.

4).Tahap Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)
Anak mulai terlibat dalam aktivitas yang berfokus pada produktivitas, seperti sekolah. Jika anak berhasil mencapai prestasi, ia akan merasa kompeten. Namun, jika anak gagal atau dianggap tidak mampu, ia bisa merasa rendah diri.

5).Tahap Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun)

Pada masa remaja, individu mencari jati diri dan mencoba berbagai peran. Jika ia berhasil menemukan identitasnya, ia akan memiliki rasa diri yang kuat. Jika tidak, ia akan mengalami kebingungan tentang siapa dirinya.

6).Tahap Keintiman vs Isolasi (18-40 tahun)
Pada tahap dewasa muda, individu berusaha membangun hubungan yang dekat dan intim. Jika berhasil, individu akan merasakan keintiman. Jika gagal, ia akan merasa terisolasi dan kesepian.

7).Tahap Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)
Pada usia dewasa pertengahan, individu fokus pada kontribusi terhadap masyarakat dan generasi berikutnya, seperti melalui pekerjaan atau membesarkan anak. Jika sukses, ia akan merasa berguna dan produktif. Jika tidak, ia bisa merasa stagnan dan tidak berarti.

8).Tahap Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)
Pada tahap ini, individu menilai kembali hidupnya. Jika ia merasa hidupnya bermakna dan puas dengan pencapaiannya, ia akan merasakan integritas. Namun, jika merasa hidupnya sia-sia atau penuh penyesalan, ia akan mengalami keputusasaan.

Setiap krisis psikososial pada tahap-tahap ini berfungsi untuk membentuk perkembangan individu secara menyeluruh, dengan keberhasilan dalam setiap tahapan memberikan landasan yang kuat bagi tahap berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun