Aku terlahir dalam keluarga sederhana di salah satu kota jawa barat, tidak lain disana ada ayah ibu , Aku sangat bahagia mempunyai keluarga kecil yang harmonis yang sangat sayang kepadaku , dan kebahagiaan selalu menghiasi hari hariku.
Ayah ku adalah seorang pekerja yang memiliki pekerjaan tidak tetap, upah yang didapat kadang kala kurang memenuhi kebutuhan rumah, seperti biaya makan, biaya sekolahku dan keperluan rumah tangga lain nya. Namun dengan keadaan ini ibuku tidak pernah mengeluh selalu memahami nya dan tak pernah menuntut apaun dari ayah, ibuku selalu menunggu kedatangan ayah sepulang kerja dan menyambut nya dengan senyuman.
Aku sangat menghormati dan menyanyangi ayah bahkan rasa ini masih kurang bila dibanding dengan perjuangan keras nya yang dilakukan demi keluarga kecil nya.
Sampai suatu ketika tanpa alasan yang tak bisa dimengerti, ayah meninggalkan keluarga kecil nya, ayahku seperti orang tak peduli kepada keluarga nya, ia sudah meninggalkan ku beserta ibuku, entah kenapa saat aku terakhir kali melihat ayah aku tidak mau kehilangan nya namun tidak bisa dipungkiri, tuhan sudah berkata lain dan tuhan sudah berkehendak mungkin sudah takdirnya aku di tinggalkan ayahku.
Saat aku terakhir kali memeluk ayahku pada waktu itu , aku sudah mempunyai firasat bahwa tak lama lagi ayah akan meninggalkan ku juga keluarga kecilku. Namun aku sadar lebih baik ayah meninggalkan kita semua dari pada harus menanggung rasa sakit yang luar biasa selama hidup kita karena sikap nya.
sekarang umurku 17 tahun dan hampir 10 tahun telah merubah kehidupan aku menjadi sosok anak yang tumbuh tanpa peran seorang ayah, memang semua terbayang sangat lah berat, namun kini telah kulalui hingga aku tumbuh menjadi remaja yang kuat dan tangguh dalam menghadapi rintangan dan persoalan hidup tanpa kehadiran seorang ayah dalam hidupku, tentu sosok yang menggantikan tidak lain dan tidak bukan adalah IBU ia menjadi sosok ibu yang menjadi tangguh dan kuat untuk merawat aku hingga menjadi sosok perkasa untuk mencari nafkah untuk membiayai aku.
Mencoba mengingat kembali memory 10 tahun yang lalu kisah pahit dan getir yang ku alami dan yang dialami oleh keluarga kecil ku dan sudah tentu berdampak pada psikologi ku sering terlintas dibayangkan tentang pertengkaran itu, hal itu sering membuatku merasa sedih dan terkadang aku merasa iri saat melihat anak-anak seusia ku bercanda, mengobrol dan melalukan aktivitas bersama sosok seorang ayah dan terkadang aku sempat meneteskan air mata ketika melihat itu semua, namun berkat orang-orang disampingku membuat aku kuat dan tegar, memang aku tak pernah kekurangan kasih sayang karena ibu selalu memberi kasih sayang lebih pada diriku namun tak bisa ku pungkiri kehadiran sosok ayah sangat ku rindukan.Â
Rasa benci ku kepada ayah perlahan-lahan muncul saat ibu harus menjadi bekerja diluar kota, semua yang dia lakukan semata-mata untuk membiaya hidup aku, di saat itu aku mengerti betapa perjuangan sosok ibu yang sangat luar biasa, kepergian ibuku ke luar kota mengharuskan ku tinggal bersama nenek ku, nenek sangat menyayangi aku karena semenjak ayah dan ibu bercerai nenek turut merawat aku walau nenek selalu memberi kasih sayang dan perhatian lebih padaku. namun tentu saja aku sangat sedih karena harus berpisah dengan ibu meskipun cuman ke luar kota, hal ini tentu saja membuat kebencianku terhadap ayah semakin banyak.
Saat itu aku sekolah dasar (SD) di tempat ibuku dan ayahku tinggal , Dan disaat ayah dan ibuku cerai , dan usia ku menginjak 7tahun setangah aku pun pindah kesalah satu sekolah dasar (SD) di dekat rumah nenekku, aku daftar dan masuk sekolah serta belajar dibangku sekolah dengan perasaan menjanggal yang begitu amat besar, aku tidak tahu siapa itu sosok seorang ayah, hal inipun timbul dalam benakku bertanya-tanya mengenai sosok seorang ayah
Disaat aku membantu nenek di dapur aku bertanya kepada nenekku "nek ayah itu seperti apa"? dan aku lihat setiap hari teman-teman ku setiap pulang sekolah selalu dijemput oleh ayah nya? Aku ko engga nek, ayah ada dimana nek? Tanya ku polos. "ayah kamu lagi kerja keluar kota nak" jawab nenek sembari memperlihatkan muka sedih nya. "ko engga pulang-pulang nek? Tanya ku kembali.
 "ayah kamu mungkin lagi sibuk dengan pekerjaan nya jadi lama pulang nya, sudah jangan tanya-tanya tentang ayahmu lagi nak" jawab nenek sembari meneteskan air mata. 'nenekpun hanya tersenyum sembari menghupas air mata nya yang menetes.
Dan sejak itu aku tak pernah menyakan sosok seorang ayah lagi kepda nenek , tetapi lambat laun aku bertambah usia aku pasti akan mengerti apa itu sosok ayah. Dan disaat aku beranjak masuk ke kelas empat SD ibuku menemukan seseorang laki-laki pengganti ayahku , dan ibuku menikah dengan laki-laki itu.
Perjuangan ibuku sebelum menikah bersama ayah tiriku begitu besar untuk menyekolahkan ku walau keadaan ekonomi sangat memprihatikan, biaya sekolah yang lumayan besar hampir membuatku putus asa untuk berhenti melanjutkan sekolah, namun semangat dan kemauan ku membuat aku bertahan melihat betapa besarnya perjuangan ibu, betapa ibu kecewa nya jika aku harus putus sekolah, lagi dan lagi sesuatu yang membuatku benci terhadap ayah, dibalik perjuangan ibu yang sangat besar dimana sosok ayah tersebut?Â
Dan kini aku telah beranjak dewasa dan kini akupun mulai untuk berfikir dewasa tentang ayah, mungkin ayah memiliki alasan lain untuk berpisah dengan ibu tetapi kenapa harus berpisah? Disaat aku masih sangat kecil dan membutuhkan. sosok seorang ayah.
Tetapi bagaimanapun ayah adalah pahlawan bagiku ayah yang bisa membuatku ada didunia ini dan bisa membuatku melihat indah nya dunia dan di sisi lain aku sangat merindukan dan menyayngi ayah, meninggalkan pertanyaan dibenaku "haruskah aku membenci atau menyayangi nya?" tetapi itu hanyalah pengalaman hidupku yang harus aku simpan baik-baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H