"A great morning despite the rain in some lovely forest and superb views of the endemic Black-ringed White-eye. A Suprisingly neat bird" ujar K. David Bishop.Â
Sumbangan besar Wallace adalah biogeografi kawasan Sulawesi. sejarah alam membentuk Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya sebagai geografi transisi antara bagian barat dan bagan timur Indonesia. Ciri-ciri biogeorafi Sulawesi juga nampak pada spesies avifauna.
Salah satunya burung kacamata makassar. Sulawesi diyakini memiliki 9--10 jenis burung kacamata (Zosterops spp.) sejarah geologi dan isolasi alam membentuk variasi morfologi, suara, dan nyanyian burung ini.
Pengamat burung mengenalnya dengan sebutan burung pleci. Penggemar burung kicau juga sedikit paham dirinya. Suaranya yang merdu telah menjadi incaran para pedagang dan pemelihara burung kicauan.
Kacamata makassar, Zooterops anumalus, adalah burung endemik yang hidup berkelompok di perbukitan, hutan sekunder, dan tepi hutan.
Seorang pemandu pengamat burung, Hendra, menuturkan, di Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, burung kacamata makassar ini sering dijumpai di hutan Karaenta. "Biasanya pagi-pagi burung cui-cui ini keluar dari sarangnya untuk mencari makan" lanjutnya. Cui-cui adalah nama lokal burung ini di Makassar dan sekitarnya.
Burung kacamata umumnya memiliki ciri khas dengan lingkaran putih di sekitar mata. Tapi burung kacamata makassar ini lingkaran di sekitar matanya justru berwarna hitam. Ciri burung pemangsa serangga ini: tenggorokan kuning, perut putih, dan penutup ekor bagian bawah putih.
Zosterops sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "sabuk mata". Namun tak semua burung kacamata memiliki cincin lingkaran pada mata.
Pertengahan Juni 2017, demi burung ini, seorang pengamat burung kawakan K. David Bishop bertandang ke Makassar. Penulis "A Guide to the Birds of Wallacea" itu Menyempatkan diri mengunjungi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Ya, burung kacamata makassar adalah target utamanya.