Dan Mang Bule yang nama sebenarnya adalah Dede pun hampir setiap hari menjemput rezeki dari rumput laut. Bisa pagi atau pun sore. Tergantung pasang surut laut.
"Rumput laut ini bukan jenis yang dibudidayakan untuk campuran minuman atau pun dibuat agar-agar. Rumput laut liar ini tidak untuk dikonsumsi, tetapi sebagai bahan baku pembuatan kosmetik," Mang Bule kembali menjelaskan.
***
Rumput laut termasuk dalam kelompok makroalga yang tidak memiliki akar, daun, dan batang sejati (thallophyta). Biota laut ini tumbuh dengan beragam spesiesnya di negeri kepulauan seperti Indonesia.Â
Rumput laut tak hanya berperan besar menjaga keseimbangan ekosistem laut, namun juga dapat diambil manfaatnya oleh kita. Di antaranya untuk bahan baku kosmetik, industri makanan, maupun industri farmasi.
Karena manfaatnya yang banyak dan beragam, beberapa jenis rumput laut pun telah dibudidayakan. Di Indonesia sendiri terdapat 8 spesies rumput laut unggulan yang telah dibudidayakan. Yang terbagi dalam jenis rumput laut merah (Rhodophyta)Â dan rumput laut hijau (Chlorophyta).
"Memang sih pernah ada bule yang marah. Kenapa rumput laut itu diambil? Itu kan rumah bagi ikan-ikan kecil," kenang Mang Bule.
Mang Bule sadar dengan sikap kritis orang-orang Barat. Sebab rumput laut yang dijualnya ke pengepul bukanlah rumput laut hasil budidaya seperti lazimnya petani rumput laut di daerah-daerah sentra budidaya rumput laut seperti di Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku, maupun Papua.
Biota ini merupakan salah satu rumput laut liar yang banyak tumbuh di sepanjang Pantai Pangumbahan. Pemanfaatannya pun hanya di musim kemarau saja.Â
Meski hampir setiap hari dia mengambil dan mengumpulkan rumput laut, namun Mang Bule mengambilnya hanya rumput laut yang sudah besar dan panjang. Rumput laut yang masih pendek tidak dia ambil. Dan tak merusak karang yang menjadi tempat tumbuhnya biota laut ini.