Sandi, nama pedagang itu mengangguk tersenyum ketika saya menghampirinya. Keramahan yang cenderung polos tak dibuat-buat. Kerap tak berani menatap mata lawan bicara. Bahkan seringkali tangannya akan mengusap-usap tangan kiri atau kanan. Bergantian.
"Sudah musim kemarau ya, Kang?" tanya saya membuka pembicaraan.
"Iya, sudah dua bulan."
"Tidak turun hujan?" kejar saya.
Sandi mengangguk.
"Laut surut dong?"
"Enggak. Laut mah tetap saja besar. Semalam pasang sampai di situ," ujarnya sambil menunjuk batas tembok warungnya.
"Oh, besar juga ya?"
Sandi kembali mengangguk.
"Tapi....," lanjut Sandi tertahan.
"Tapi kenapa Kang?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!