Kemampuan adaptasinya yang begitu gemilang membuat kucing bisa berada di antara manusia tanpa kehilangan keliarannya. Tanpa harus cakar-cakaran, gigit-gigitan, seperti hamster misalnya. Bandingkan juga dengan anjing yang masih kadang ganas menyerang orang yang tak dikenalnya. Sang kucing akan tetap mengaku-ngaku sebagai hewan peliharaan yang imut.
Kucing mampu memanipulasi manusia agar terlihat lucu dan menggemaskan lewat suara ngeong-nya yang seperti bayi. Bulu-bulunya yang halus, bahkan dengan kelenturan tubuhnya yang liquid, seperti cairan kala ditaruh dalam tempat berbentuk kotak atau bulat. Siapa yang tak tertarik.
Keseimbangannya yang prima membuat sang kucing dianggap memiliki sembilan nyawa. Mitos ini bukan tanpa sebab. Dengan kemampuannya melawan gravitasi, maka sekalipun dijatuhkan dari atas gedung, posisi jatuhnya tetap bertumpu pada kaki. Padahal perut kucing lebih berat dari kakinya.
Penglihatan dan pendengarannya yang lima kali lebih baik dari manusia saat berada di tempat sangat gelap, membuat kucing dipercaya dapat melihat roh halus yang bergentayangan.
Yang paling fenomenal adalah kemampuan navigasinya yang kuat. Seekor kucing yang keluyuran malam-malam dengan jalur yang berbelok-belok, ajaibnya pada saat pulang akan berjalan lurus ke tempat semula. Pantas saja Mang Apek suka jengkel ketika membuang kucing ke tempat yang jauh, tiba-tiba besoknya hewan ini sudah ada di depan rumah.
Seperti si Junior, kata ponakanku kadang menghilang di waktu malam. Pagi-pagi sudah kembali pulang memanggil Mami dari balik pintu yang masih terkunci.
Dengan kemampuan adaptasi sedemikian rupa, artinya kucing bisa memangsa hewan-hewan di segala medan. Posisinya sebagai predator tertinggi dalam rantai makanan hanya bisa disaingi oleh manusia yang tak hanya memangsa hewan namun juga tumbuhan.
Bogor, 23 Maret 2022Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H