Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Ramadan di Kampung

14 Maret 2022   07:46 Diperbarui: 14 Maret 2022   07:46 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya, baik guru ngaji dan juga orang tua kita bukan tidak tahu akan kenakalan itu. Karena itu kerap disinggungnya saat mengaji di waktu asar. Pun bapak dan ibu yang mengingatkan di waktu berbuka. Agar jujur karena Allah menyaksikan.

Sebagai anak-anak memang ada sebagian dari kami yang cacap (tidak batal satu hari pun) sebulan penuh puasanya. Ada juga yang bolong-bolong. Entah satu hari, dua hari, bahkan seminggu!

Sebenarnya didikan untuk berpuasa diberikan oleh orang tua kita secara bertahap. Kami boleh berpuasa hingga sampai zuhur, hari berikutnya meningkat sampai asar, hingga akhirnya full sampai magrib. Namun setelah akil baligh, biasanya awal SMP  sudah berkewajiban berpuasa dengan benar.

Beraktifitas di luar rumah selama bulan puasa menjadi keseharian kami karena tiadanya hiburan televisi seperti sekarang. Apalagi youtube. Yang memiliki televisi saja tidak lebih dari hitungan sebelah jari tangan. Radio mungkin banyak yang punya. Tapi rata-rata tak ada acara yang menarik minat anak-anak.

Kita tetap terhibur dengan permainan kolektif. Sehabis tarawih, kami (lelaki-perempuan) kerap bermain gala asin. Usai sahur kalau tidak main gerelengan keliling kampung, kadang mancing belut di susukan (anak sungai) atau solokan. Bubaran mengaji sambil ngabuburit, anak perempuan akan bermain lompat tinggi, sondah, atau pande. Anak lelaki bermain gatrik, kelereng, atau ke sungai mengintip ikan-ikan di kombongan.

Puncaknya di malam takbiran. Usai panen ikan tawes, senggal, atau lele dari kombongan pada pagi harinya, dilanjutkan dengan menyalakan lodong atau meriam bambu di pinggir sungai yang juga menjadi hiburan milik semua umur. Tumplek 'berperang' dengan kampung tetangga di seberang sungai.

Kegembiraan yang berlanjut dengan tambahan hadiah di hari Lebaran selain baju baru. Yaitu: telur asin satu besek dan minuman Orson atau Dekron bagi anak yang puasanya cacap. Entah puasa  yang dimulai sampai zuhur, asar, terus ke magrib. Asal tidak berbohong. Kalau sekarang hadiah itu pasti ditambah dengan Sarung Al-Hazmi, Sarung Khas Kudus Jawa Tengah.

Bogor, 14 Maret 2022       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun