Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remy Sylado dan Nasib Seniman serta Atlet di Masa Senja

18 Januari 2022   07:24 Diperbarui: 18 Januari 2022   07:26 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah cuitan di Twitter kala Gubernur Anies Baswedan menjenguk Remy Sylado yang terbaring sakit, dengan keterangan "biaya perawatan sastrawan Remy Sylado ditanggung Pemprov DKI" mempertontonkan kembali nasib tragis aset bangsa di hari tua.

Remy Sylado adalah tokoh budayawan, seniman multitalenta. Seorang jurnalis, novelis, pengamat musik, pemerhati bahasa, aktor, bahkan -menurut pendapat pribadi- beliau juga bisa disebut seorang akademisi dengan pengetahuannya akan linguistik, folklore, dan antropologi yang mumpuni.

Siapa sangka, sosok berjuluk seniman mbeling -karena judul puisinya itu- yang kerap berpenampilan flamboyan dan modis, ternyata untuk menyewa ambulans saja tak mampu. Apalagi berobat ke rumah sakit.

Menurut Jose Rizal Manua (sejawatnya sesama sastrawan dan pendiri Teater Tanah Air), Remy sudah setahun lebih terbaring sakit di rumahnya karena kesulitan biaya pengobatan (CNN Indonesia, 15/01/22).

Entah untuk yang keberapa kalinya berita dan cerita tentang seniman yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk berkarya namun mengenaskan di masa tua. 

Kejadian ini sebenarnya tidak hanya menimpa kalangan seniman saja, tetapi juga menimpa aset bangsa yang lain yaitu atlet-atlet legenda nasional kita yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa.

Kesediaan Gubernur DKI, Anies Baswedan sudah pasti melegakan dan patut diapresiasi. Yang menegasikan bentuk kehadiran pemerintah.

Peran Kementerian dan Organisasi

Pertanyaan yang langsung muncul seketika adalah, apakah Remy Sylado tidak terdaftar di BPJS Kesehatan? Hingga setahun lamanya konon hanya berobat herbal di Jakarta.

Sudah bukan rahasia umum, bagaimana sebagian nasib para seniman dan mantan atlet nasional yang mengalami kesulitan biaya di masa tuanya luput dari perhatian pemerintah. Bahkan beberapa mantan atlet ada yang sampai menjual medali kebanggaannya demi menyambung hidup.

Tragis. Padahal mereka adalah aset bangsa, terlebih dengan torehan prestasi yang mengharumkan nama Indonesia, namun kehidupan mereka memilukan di masa senja.

Mungkin jajaran atlet atau olahragawan cukup beruntung masih dinaungi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Apalagi dengan program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang berkelanjutan serta memberikan apresiasi kepada para atlet yang berprestasi. Yang pada masa Menpora Adhyaksa Dault di era Presiden SBY dimulai dengan program perumahan untuk para atlet.

Namun apresiasi pemerintah -baik pusat dan daerah- dengan guyuran beragam bonus jangan hanya ke atlet-atlet berprestasi sekarang saja. Alangkah lebih baik, pemerintah juga mau melihat ke belakang. Memperhatikan nasib para atlet legendaris yang kurang beruntung.

Dengan memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi data, seharusnya masing-masing organisasi olahraga bisa membuat peta data para atlet dan mantan atlet untuk menjadi sumber acuan kementerian terkait fasilitas yang layak dia terima. 

Misalnya yang menyangkut dengan kesehatan, koneksitas itu bisa langsung merujuk ke BPJS Kesehatan. Buatlah seperti halnya kesepakatan bersama (MoU) antara Kemenpora dengan BUMN yang sudah dilakukan selama ini dalam usaha mengkaryakan para atlet.

Sementara untuk para seniman, hingga kini belum pernah ada program langsung dari pemerintah. Apalagi sekarang tidak ada kementerian yang membidangi kesenian seperti halnya dulu di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sebenarnya pun tidak begitu terasa kehadirannya.

Taruhlah ada organisasi semacam Parfi dan Paski, tetapi keduanya hanya menaungi  para artis dan pelawak. Tak ada organisasi yang benar-benar membawahi seniman secara umum. Apatah lagi dengan seniman daerah.

Para seniman sudah seharusnya meniru organisasi kaum buruh yang selalu aktif 'menekan' pemerintah dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Inilah yang seharusnya menjadi pekerjaan rumah para seniman dan juga atlet di mana mereka bisa mengoptimalkan dan menjadikan organisasinya sebagai wadah yang bisa menjamin mereka menikmati masa tuanya dengan tenang.

Tidak semua seniman seberuntung WS Rendra, dan tidak semua mantan atlet semapan Ferry Sonneville.

Kita butuh kemauan politik pemerintah yang benar-benar berkomitmen terhadap nasib aset bangsa. Agar kejadian yang menimpa Remy Sylado atau Hendrik Brocks, mantan atlet balap sepeda peraih tiga medali emas pada Asian Games 1962 yang di akhir masa tuanya butuh penanganan kesehatan juga tak punya BPJS Kesehatan!

Bogor, 18 Januari 2022        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun