Mungkin jajaran atlet atau olahragawan cukup beruntung masih dinaungi Kementerian Pemuda dan Olahraga. Apalagi dengan program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang berkelanjutan serta memberikan apresiasi kepada para atlet yang berprestasi. Yang pada masa Menpora Adhyaksa Dault di era Presiden SBY dimulai dengan program perumahan untuk para atlet.
Namun apresiasi pemerintah -baik pusat dan daerah- dengan guyuran beragam bonus jangan hanya ke atlet-atlet berprestasi sekarang saja. Alangkah lebih baik, pemerintah juga mau melihat ke belakang. Memperhatikan nasib para atlet legendaris yang kurang beruntung.
Dengan memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi data, seharusnya masing-masing organisasi olahraga bisa membuat peta data para atlet dan mantan atlet untuk menjadi sumber acuan kementerian terkait fasilitas yang layak dia terima.Â
Misalnya yang menyangkut dengan kesehatan, koneksitas itu bisa langsung merujuk ke BPJS Kesehatan. Buatlah seperti halnya kesepakatan bersama (MoU) antara Kemenpora dengan BUMN yang sudah dilakukan selama ini dalam usaha mengkaryakan para atlet.
Sementara untuk para seniman, hingga kini belum pernah ada program langsung dari pemerintah. Apalagi sekarang tidak ada kementerian yang membidangi kesenian seperti halnya dulu di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sebenarnya pun tidak begitu terasa kehadirannya.
Taruhlah ada organisasi semacam Parfi dan Paski, tetapi keduanya hanya menaungi  para artis dan pelawak. Tak ada organisasi yang benar-benar membawahi seniman secara umum. Apatah lagi dengan seniman daerah.
Para seniman sudah seharusnya meniru organisasi kaum buruh yang selalu aktif 'menekan' pemerintah dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Inilah yang seharusnya menjadi pekerjaan rumah para seniman dan juga atlet di mana mereka bisa mengoptimalkan dan menjadikan organisasinya sebagai wadah yang bisa menjamin mereka menikmati masa tuanya dengan tenang.
Tidak semua seniman seberuntung WS Rendra, dan tidak semua mantan atlet semapan Ferry Sonneville.
Kita butuh kemauan politik pemerintah yang benar-benar berkomitmen terhadap nasib aset bangsa. Agar kejadian yang menimpa Remy Sylado atau Hendrik Brocks, mantan atlet balap sepeda peraih tiga medali emas pada Asian Games 1962 yang di akhir masa tuanya butuh penanganan kesehatan juga tak punya BPJS Kesehatan!
Bogor, 18 Januari 2022 Â Â Â Â