5. Generasi Z (1995-2010), dianggap sebagai generasi yang mulai tak mengenal budayanya sendiri sebaik empat generasi sebelumnya. Terbiasa hidup simple dan serba instan, ambisius, mempertanyakan otoritas, dan lebih sering menghabiskan waktu sendiri;
  6. Generasi Alpha (2000-an), disebut juga sebagai iGeneration karena tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi. Menurut Forbes Magazine, generasi ini adalah generasi global pertama yang terlahir dalam abad 21.
Itulah gambaran umum perjalanan generasi yang tentunya juga memberi dampak terhadap perubahan sosial di kampung kami. Termasuk perubahan dalam pemberian nama yang cukup menarik untuk diamati dalam rentang perjalanan panjang generasi.
Pola Yang Dipakai
Pemberian nama pada anak, tentu tak bisa lepas dari beberapa faktor. Seperti dari mana dia berasal (etnis), strata atau kedudukan, agama, pendidikan, pengetahuan, dan juga pergaulan. Bahkan pemaksaan secara politik seperti yang dialami oleh saudara kita dari etnis Tionghoa pada masa Orde Baru.
Faktor-faktor tersebut adalah kenyataan yang ikut mewarnai perubahan, pergeseran dalam hal pemberian nama di kampung kami. Kampung yang sejak awal sangat egaliter karena tak ada jarak antara etnis Sunda, Tionghoa, Jawa, dan terakhir Madura.
Dengan mata pencaharian yang umumnya sebagai pedagang dan buruh di pasar -meskipun ada satu dua yang menjadi pegawai pemerintah dan swasta- tentunya interaksi sosial dengan beragam etnis dan kultur semakin intens terhadap sikap egaliter masyarakatnya.
Sikap ini bisa dilihat bagaimana nama-nama dari Generasi Tradisional tak menunjukkan strata atau kedudukan seseorang kecuali gelar tambahan 'haji'.Â
Contohnya adalah nama untuk mereka yang secara ekonomi dianggap mempunyai kedudukan tinggi -juragan tanah, touke kampung- dengan orang biasa tetap berpola sederhana, yaitu pola satu suku kata.Â
Untuk laki-laki seperti Misja, Sanan, Aran, atau Mamad. Begitu pun untuk yang bergelar haji misalnya, Haji Juned, Haji Sarip. Sementara untuk perempuan ada Enjum, Otok, Kani, atau Acih.
Termasuk dari etnis Jawa yang menikah dengan penduduk setempat karena tugas militer. Namanya pun serupa. Berpola satu suku kata, Sungkono.