Mohon tunggu...
Badrul Munir
Badrul Munir Mohon Tunggu... Seniman - Seorang yang suka dengan Musik, film dan seni serta kebudayaan kearifan loka.

Badrul Munir adalah seorang Freelance Writer dan Dokumenter Movie Maker di Komunitas Forum Saijah. Film yang pernah membawanya ke Festival Dokumenter Asia di DMZ South Korea adalah ‘Dongeng Rangkas’. Di samping fokus dalam bidang kepenulisan dan perfilman, Badrul Munir adalah Dosen Sastra yang sudah 15 tahun mengajar, juga Pioneer dan Pegiat pembudidaya Lebah Madu di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Selain pegiat Literasi dan Lingkungan, Badrul Munir tetap aktif menulis novel di Platform online, membantu para komunitas lain mengenalkan pentingnya Literasi maupun dalam bidang penyadaran lingkungan melalui Budidaya Lebah Madu di Banten, Jawa Barat dan Provinsi lainnya. Dari awal terjunnya membudidaya Lebah Madu sejak tahun 2017, Badrul Munir masih tetap aktif berkarya di Kesenian dan Kebudayaan melalui komunitas Forum Saijah. Dan sekarang menjadi Ketua Tim Pemajuan Kebudayaan Kabupaten Lebak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Berkebudayaan

9 Juli 2024   07:23 Diperbarui: 9 Juli 2024   12:04 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bicara masalah ekonomi, sampai kapanpun sulit menemukan ujung batasnya, karena ekonomi bisa disebut sebuah ekosistem kebutuhan hidup manusia sampai manusia itu sendiri mengembuskan nafas terakhirnya, dalam artian, ekonomi tidak akan dibicarakan lagi. Tapi, untuk para keluarga yang ditinggalkannya, tetap saja ekonomi jadi perbincangan serius, bahkan menjadi ajang transaksi bisnis dan jasa atau menjadi masalah runcing karena perebutan harta warisan.

Ekonomi dapat dijadikan sebuah tema hidup, pun menjadi salah satu cabang ilmu yang mempunyai fakultasnya sendiri di Universitas-Universitas di seluruh dunia. Saking pentingnya 'Si Ekonomi'. Lulusannya mungkin jutaan, tapi alih-alih perekonomian itu maju dan terus berkembang, yang ada justru sering sekali terjadi penurunan, yang seksi dipanggil 'Resesi'.

Nah ... Pada sabtu malam, 4 Mei 2024 di sebuah komunitas yang baru saja lahir, digagaslah sebuah diskusi dengan tema yang wow amazing sangat mendunia levelnya, meskipun level sesungguhnya baru tingkat kecamatan. Tetapi itu tidak menyurutkan para pelaku ekonomi yang berada di naungan ASPEEK yang tidak melek masalah resesi global.

Sebenarnya ekonomi itu kerennya sih adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya ke dalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Jadi, siapapun yang bisa mengelola sumber daya, produk maupun jasa, mereka secara otomatis disebut pelaku ekomoni.

Dikarenakan pelaku ekonomi beraneka ragam latar belakang dan tingkat pendidikannya, maka diskusi masalah ekonomi sangat penting digagas, agar bisa berbagi pengalaman dan keilmuan sesama pelaku, dengan tujuan bisa berkembang serta maju bersama. Itulah idealnya! Meskipun pada kenyataannya ... Persaingan dan perebutan kesempatan, terkadang banyak terjadi di dalam pelaku ekomoni itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum.

Diskusi diawali paparan oleh ketua Aspeek, dengan sekelumit penjelasan tentang dampak global resesi dunia terhadap pelaku ekonomi di Kabupaten Lebak, dan juga bagaimana secara umum mensiasati penanganannya. Tak lupa juga menjelaskan tujuan Aspeek didirikan, kata beliau, Aspeek dibentuk untuk memenuhi rekan-rekan pelaku ekonomi yang antusias berorganisasi dan para anggotanya yang minimal sudah mempunyai izin usaha, agar dapat terlihat keseriusannya dalam berusaha.

Banita Farish, selaku ketua Aspeek mengatakan bahwa dampak resesi menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun, bahkan jungkir balik, sehingga Perusahaan atau pelaku ekomoni melakukan penurunan biaya produksi sampai pengurangan tenaga kerja dan itu terjadi di wilayah Kabupaten Lebak, meskipun ada yang bisa bertahan bahkan semakin maju, begitu juga ada yang gulung tikar. Dan pastinya dampak penurunan omzet sangat terasa sekali bagi pengusaha secara umum, dan bagaimana caranya pada diskusi ini dapat menjadi salah satu solusi agar para pelaku usaha dapat bertahan.

Resesi ekonomi secara global memanglah dilihat dari kacamata pelaku ekonomi menengah ke bawah, tidaklah menarik, karena tingkatnya ketinggian, tapi jika pelaku ekonomi tersebut menganalisa masalah perkembangan perekonomian secara global, maka pelaku ekonomi itu akan naik tingkat. 

Dan seandainya pelaku ekonomi menengah ke bawah yang bisa bertahan di Lebak, biasanya bisa bertahan di luar daerah Lebak, atau bisa disebut mampu bersaing di tingkat nasional, karena para konsumen di Kabupaten Lebak cenderung ingin membeli barang murah tapi dengan kualitas bagus dan banyak kuantitasnya. 

Maka, para pelaku ekonomi dibuat berpikir dengan caranya masing-masing untuk bertahan di Lebak, itu kata ketua Leekraf yang di mana ia juga sebagai pelaku ekonomi yang berusaha di bidang gula aren.

Ketua Leekraf juga menyinggung bagaimana budaya kopi bisa menjamur dan berkembang bahkan bisa bertahan di situasi apapun, karena sudah menjadi budaya. Dari nongkrong dan berbincang ringan dari kafe-kafe sampai warung kopi di kaki lima. Jadi, budaya itu bisa dikatakan, sangat penting dalam menunjang perkembangan perekonomian di wilayah tertentu, karena berkaitan erat juga dengan etos kerja. Kalau saja budaya di satu daerah lemah, maka etos kerjanya pun bisa dipastikan lemah pula.

Bicara budaya, memang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat dan ekosistem perekonomian yang beredar di wilayahnya, karena  kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Maka, namanya hasil karya, pelaku kebudayaan adalah pelaku perekonomian juga, tidak bisa dipisahkan, bahkan kebudayaan suatu daerah, bisa sangat menunjang perkembangan dan kemajuan perekonomian itu sendiri.

Seyogianya, pelaku ekonomi memiliki kebanggaan dengan perekonomian berbasis kebudayaan, karena kebudayaan mempunyai tujuan menjadikan masyarakat Indonesia pada umumnya berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik, menurut Ketua Dewan Kebudayaan Lebak pada saat diberikan kesempatan memaparkan gagasannya dalam diskusi pada malam itu yang bertempat di Farish Furniture.

Diskusi semakin menggeliat hangat ketika pengusaha muda Jun Printing berbicara masalah permodalan, beliau berpendapat bahwa modal tidak hanya melulu finansial, karena skill, relasi termasuk modal besar untuk mulai berusaha, tapi itu dibantah oleh beberapa peserta diskusi. 

Terutama oleh Ketua Paguyuban koperasi Bang Zeki, menurut beliau, bagi pengusaha kecil seperti pedagang kaki lima, modal sangatlah penting, karena tanpa ditunjang dengan modal, maka usaha apapun tidak akan bisa berjalan dengan baik. Sampai para pedagang kecil sering terjerat dengan hutang kepada bang keliling, dikarenakan keterpaksaan untuk terus bertahan agar dapur tetap ngebul dan usaha kecilnya tetap berjalan.

Waktu berjalan dengan cepat  bak roket yang ditembakan oleh Israel di daerah Gaza sana, sampai kadang tidak terlihat lesatannya, diskusipun tak terasa sudah berjam-jam, di mulai dari jam 8 malam sampai jam 11 pun belum juga usai. Banyak curhatan permasalahan usaha mereka, dari minimnya management usaha sampai buruknya pembukuan keuangan. Tapi itu masalah lain yang harus didiskusikan lebih seksama lagi di lain waktu. 

Yang pasti di acara diskusi pada sabtu malam itu, para pelaku usaha yang sudah mapan dapat memberikan masukan dan berbagi pengalaman bagaimana mereka bisa bertahan dalam resesi global dan terus berkembang di tengah arus ketat persaingan usaha.

Dan pesan utama dari beberapa pelaku ekonomi yang bergabung di acara diskusi tersebut dan juga hadir anggota DPRD Lebak dan Pegawai Bank Mandiri, dalam rangka meramaikan isi diskusi, intinya adalah konsisten dan belajar terus meskipun jatuh bangun dan berdarah-darah, karena kesuksesan sebuah usaha tidak bisa seperti lesatan roket dari Israel, usaha itu perlu keuletan dan mental yang kuat, serta etos kerja yang besar.

Dan berkomunitas sangat diperlukan, untuk jejaring usaha agar bisa lebih maju. Karena tanpa ada bantuan dan kerja sama, sangat susah untuk bisa maju cepat, semuanya perlu kolaborasi dan relasi dan yang terpenting, keilmuan dan pengetahuan yang terus diasah agar pelaku ekonomi bisa bersaing dan terus melesat maju bersama-sama.

Jalinan kerja sama harus terus digalakan, diskusi-diskusi kecil atau besar juga harus terus dilakukan, agar pemahaman para pelaku kecil dan menengah bisa semakin tercerahkan. Kalau ditulis hasil perbincangan dan diskusi secara harfiah, mungkin bisa menjadi sebuah buku kecil berpuluh-puluh halaman, karena setelah selesai acara diskusi, masih dilanjutkan berbincang ringan masalah merebaknya warung Madura yang buka sampai 24 jam. Kenapa orang Lebak tidak ada yang bisa mencontoh etos kerja seperti orang Madura? 

Dan kenapa orang para terpelajar di Lebak tidak begitu bangga berbelanja di UMKM-UMKM Lebak? Dan kenapa-kenapa lainnya bisa terus hadir kalau saja diskusi semacam ini terus dilakukan setidaknya sebulan sekali oleh ASPEEK atau komunitas ekomoni lainnya. Dan mungkin jawaban-jawaban akurat dapat muncul seiring pemikiran bersama terus dikuatkan.

Ketua APSEEK, Banita Farish akhrinya menutup acara dengan closing statement bahwa dampak resesi global bisa diatasi oleh pelaku ekonomi di Lebak dengan caranya sendiri, karena peran pemerintah belum begitu bisa dirasakan dalam menggiatkan pelaku ekonomi menengah ke bawah, meskipun sebenarnnya pemerintah daerah sudah kerja maksimal menurut pandangan mereka. Kita tidak bisa mendeskreditkan pemerintah, karena kerja pemerintah sangatlah banyak, lebih baik kita memikirkan diri sendiri dan usaha kita, agar bisa terus bertahan dan merangkak perlahan sampai naik pada tingkat yang diinginkan.

Pepatah tua menyebutkan, malu bertanya sesat di jalan, dan pepatah perekonomian juga menyatakan, malu berusaha, maka bersiaplah kekurangan, atau menjadi miskin. Teruslah belajar sampai kita ahli di bidang usaha masing-masing, dan terpenting, kita harus berbangga dengan usaha dan produk yang kita jual,  tidak malu menjadi pedagang kecil, karena pengusaha besar berawal dari pedagang kecil. Orang sukses berawal dari seringnya gagal. Konsistenlah pada usaha kita, sampai personal branding benar-benar melekat di diri kita sebagai pelaku ekonomi.

Yuk, jalan bergandengan, karena jalan sendiri itu suka kesepian, kalau bergandengan bisa beromantis ria dan ada teman saling bantu. Salam Ekonomi berbasis kebudayaan. (Badrul Munir, Ketua Dewan Kebudayaan Lebak.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun