Mohon tunggu...
Badrul Munir
Badrul Munir Mohon Tunggu... Seniman - Seorang yang suka dengan Musik, film dan seni serta kebudayaan kearifan loka.

Badrul Munir adalah seorang Freelance Writer dan Dokumenter Movie Maker di Komunitas Forum Saijah. Film yang pernah membawanya ke Festival Dokumenter Asia di DMZ South Korea adalah ‘Dongeng Rangkas’. Di samping fokus dalam bidang kepenulisan dan perfilman, Badrul Munir adalah Dosen Sastra yang sudah 15 tahun mengajar, juga Pioneer dan Pegiat pembudidaya Lebah Madu di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Selain pegiat Literasi dan Lingkungan, Badrul Munir tetap aktif menulis novel di Platform online, membantu para komunitas lain mengenalkan pentingnya Literasi maupun dalam bidang penyadaran lingkungan melalui Budidaya Lebah Madu di Banten, Jawa Barat dan Provinsi lainnya. Dari awal terjunnya membudidaya Lebah Madu sejak tahun 2017, Badrul Munir masih tetap aktif berkarya di Kesenian dan Kebudayaan melalui komunitas Forum Saijah. Dan sekarang menjadi Ketua Tim Pemajuan Kebudayaan Kabupaten Lebak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Berkebudayaan

9 Juli 2024   07:23 Diperbarui: 9 Juli 2024   07:35 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diskusi semakin menggeliat hangat ketika pengusaha muda Jun Printing berbicara masalah permodalan, beliau berpendapat bahwa modal tidak hanya melulu finansial, karena skill, relasi termasuk modal besar untuk mulai berusaha, tapi itu dibantah oleh beberapa peserta diskusi. Terutama oleh Ketua Paguyuban koperasi Bang Zeki, menurut beliau, bagi pengusaha kecil seperti pedagang kaki lima, modal sangatlah penting, karena tanpa ditunjang dengan modal, maka usaha apapun tidak akan bisa berjalan dengan baik. Sampai para pedagang kecil sering terjerat dengan hutang kepada bang keliling, dikarenakan keterpaksaan untuk terus bertahan agar dapur tetap ngebul dan usaha kecilnya tetap berjalan.

Waktu berjalan dengan cepat  bak roket yang ditembakan oleh Israel di daerah Gaza sana, sampai kadang tidak terlihat lesatannya, diskusipun tak terasa sudah berjam-jam, di mulai dari jam 8 malam sampai jam 11 pun belum juga usai. Banyak curhatan permasalahan usaha mereka, dari minimnya management usaha sampai buruknya pembukuan keuangan. Tapi itu masalah lain yang harus didiskusikan lebih seksama lagi di lain waktu. Yang pasti di acara diskusi pada sabtu malam itu, para pelaku usaha yang sudah mapan dapat memberikan masukan dan berbagi pengalaman bagaimana mereka bisa bertahan dalam resesi global dan terus berkembang di tengah arus ketat persaingan usaha.

Dan pesan utama dari beberapa pelaku ekonomi yang bergabung di acara diskusi tersebut dan juga hadir anggota DPRD Lebak dan Pegawai Bank Mandiri, dalam rangka meramaikan isi diskusi, intinya adalah konsisten dan belajar terus meskipun jatuh bangun dan berdarah-darah, karena kesuksesan sebuah usaha tidak bisa seperti lesatan roket dari Israel, usaha itu perlu keuletan dan mental yang kuat, serta etos kerja yang besar.

Dan berkomunitas sangat diperlukan, untuk jejaring usaha agar bisa lebih maju. Karena tanpa ada bantuan dan kerja sama, sangat susah untuk bisa maju cepat, semuanya perlu kolaborasi dan relasi dan yang terpenting, keilmuan dan pengetahuan yang terus diasah agar pelaku ekonomi bisa bersaing dan terus melesat maju bersama-sama.

Jalinan kerja sama harus terus digalakan, diskusi-diskusi kecil atau besar juga harus terus dilakukan, agar pemahaman para pelaku kecil dan menengah bisa semakin tercerahkan. Kalau ditulis hasil perbincangan dan diskusi secara harfiah, mungkin bisa menjadi sebuah buku kecil berpuluh-puluh halaman, karena setelah selesai acara diskusi, masih dilanjutkan berbincang ringan masalah merebaknya warung Madura yang buka sampai 24 jam. Kenapa orang Lebak tidak ada yang bisa mencontoh etos kerja seperti orang Madura? Dan kenapa orang para terpelajar di Lebak tidak begitu bangga berbelanja di UMKM-UMKM Lebak? Dan kenapa-kenapa lainnya bisa terus hadir kalau saja diskusi semacam ini terus dilakukan setidaknya sebulan sekali oleh ASPEEK atau komunitas ekomoni lainnya. Dan mungkin jawaban-jawaban akurat dapat muncul seiring pemikiran bersama terus dikuatkan.

Ketua APSEEK, Banita Farish akhrinya menutup acara dengan closing statement bahwa dampak resesi global bisa diatasi oleh pelaku ekonomi di Lebak dengan caranya sendiri, karena peran pemerintah belum begitu bisa dirasakan dalam menggiatkan pelaku ekonomi menengah ke bawah, meskipun sebenarnnya pemerintah daerah sudah kerja maksimal menurut pandangan mereka. Kita tidak bisa mendeskreditkan pemerintah, karena kerja pemerintah sangatlah banyak, lebih baik kita memikirkan diri sendiri dan usaha kita, agar bisa terus bertahan dan merangkak perlahan sampai naik pada tingkat yang diinginkan.

Pepatah tua menyebutkan, malu bertanya sesat di jalan, dan pepatah perekonomian juga menyatakan, malu berusaha, maka bersiaplah kekurangan, atau menjadi miskin. Teruslah belajar sampai kita ahli di bidang usaha masing-masing, dan terpenting, kita harus berbangga dengan usaha dan produk yang kita jual,  tidak malu menjadi pedagang kecil, karena pengusaha besar berawal dari pedagang kecil. Orang sukses berawal dari seringnya gagal. Konsistenlah pada usaha kita, sampai personal branding benar-benar melekat di diri kita sebagai pelaku ekonomi.

Yuk, jalan bergandengan, karena jalan sendiri itu suka kesepian, kalau bergandengan bisa beromantis ria dan ada teman saling bantu. Salam Ekonomi berbasis kebudayaan. (Badrul Munir, Ketua Dewan Kebudayaan Lebak.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun