Mohon tunggu...
Muhammad Yassin
Muhammad Yassin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Hanya seseorang yang sedang belajar dan mengimplementasikan ilmu yang didapat di Perkuliahan kepada seluruh masyarakat

Hidup harus ikut andil dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Arms Military Build Up Pakta AUKUS Terhadap Stabilitas Keamanan Asia-Pasifik

2 Desember 2021   23:34 Diperbarui: 3 Desember 2021   00:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Dengan potensi eskalasi terhadap ancaman militer seperti salah satu isu tradisional yang terjadi pada belahan dunia manapun di skala Hubungan Internasional. Tentu menjadi suatu ancaman untuk keamanan yang tidak dapat ditunda dan disepelekan. 

Oleh karena itu harus ada peningkatan skala kekuatan militer secara kualitas dan kuantitas persenjataan maupun individual tentara yang biasanya disebut Arms Military Build Up yang mana adalah turunan dari Revolution in Military Affairs sehingga memberikan hasil mendominasi pada perang dunia modern berkedok untuk menjaga dan menstabilkan ekonomi di Geopolitik Asia-Pasifik.

Sekecil apa pun peningkatan suatu kualitas Arms Military Build Up dapat menjadi strategi kemenangan perang yang besar. Sebagian besar perang modern telah menjadi konflik yang tidak teratur antara negara dan aktor non-negara. 

Perang yang dihasilkan bukanlah duel teknologi tinggi antara kekuatan konvensional, tetapi perjuangan yang mengadu pemerintah dan sekutu mereka melawan lawan yang berperang menurut garis agama dan budaya dan menggunakan divisi internal dan populasi mereka sendiri sebagai senjata. (Cordesman, 2014)

Bahkan Revolusi militer itu sendiri tidak mencakup pada kuantiti dan kualitas itu sendiri namun sebuah perubahan pola bahkan cara tindak lanjut suatu aktor yang memainkan perang dalam strategi perkembangan militer seperti doktrin, strategi pertahanan, strategi menjaga stabilitas. (Chapman, 2003)

Dimasa lahirnya RMA itu muncul bertepatan pada era perang dingin Uni Soviet yang sedang meningkatan kekuatan militer dari segi kualitas dan kuantitas pada senjata konvensional mereka. 

Hal yang tersebut terulang terjadi pada Amerika Serikat yang mana berfokus pada senjata modern seperti teknologi komputernya akhirny berhasil setelah sekian lama perencanaan yaitu pada tahun 2001-2003 saat Amerika Serikat menginvasi Irak yang menjadi peristiwa yang tertulis pada sejarah yang berhasil membuat dunia menyadari Revolusi atau modernisasi peningkatan militer sangat penting. 

Menyusul keberhasilan dari Amerika Serikat itu sendiri, salah satu negara yang terpengaruh modernisasi ialah Tiongkok yang mempunyai sejarah kelam pernah dijajah oleh Jepang yang membuat tersadar akan butuhnya Revolution in Military Affairs. 

Modernisasi yang dilakukan tiongkok juga sebagai bagian penstabilan ekonomi yang mana sedang membaik sehingga dapat menjalankan yang namanya Revolution in Military Affairs itu sendiri. Tiongkok percaya diri dengan kekuatan ekonomi untuk memodernisasi militernya sendiri tanpa bantuan negara lain dikarenakan tiongkok(China) tidak mempercayai negara sekitar untuk beraliansi yang terjadi di tahun 1993.

Latar Belakang

Pada pakta yang yang dicanangkan oleh Australia, United Kingdom, dan Amerika Serikat tentu mempunyai sejarah bersama dalam sepak terjang hubungan kerjasama yang saling mengikat, jauh sebelum pakta AUKUS dicanangkan, salah satu kerja sama di ketiga negara tersebut ialah bergabung dalam Aliansi Intelijen multi negara yang dinamakan The Five Eyes. 

Saat berdirinya aliansi ini setelah perang dunia kedua dengan beranggotakan Austalia, Kanada, Selandia Baru, Britania Raya dan Amerika Serikat. Negara tersebut mengukuhkan perjanjian multilateral yang dinamakan UKUSA Agreement. Sebuah kerjasama gabungan antar intelijen dari negara negara anggota. (Wikipedia, 2021)

Dapat dikatakan suatu peningkatan kinerja dan kredibilitas dari suatu intelijen adalah Arms Military Build Up. Dikarenakan Hambatan untuk memahami dunia kita begitu besar sehingga bahkan tanpa deformitas organisasi, dan politisasi proses intelijen, intelijen sering kali akan mencapai kesimpulan yang salah. Kesulitan intrinsik pertama adalah bahwa dunia tidak dapat diprediksi. 

Sebagian karena keterbatasan pengetahuan kita. Tetapi bahkan dengan asumsi optimis bahwa kita akan belajar lebih banyak di masa depan, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa politik dicirikan oleh hubungan yang tidak pasti, kecelakaan, dan situasi luar biasa. 

Dunia fisik mungkin lebih deterministik daripada dunia politik, namun bahkan di sana banyak hukum hanya dapat ditulis dalam istilah statistik. 

Tentu Ini sangat berharga, terutama ketika kita berurusan dengan sejumlah besar peristiwa, tidak ada yang penting dalam dirinya sendiri. Tetapi mengetahui bahwa dalam keadaan tertentu hasil tertentu akan terjadi 80 persen dari waktu tidak memberi tahu Anda apakah peristiwa tertentu akan termasuk dalam kategori mayoritas atau minoritas.

Beberapa kasus kejutan baru-baru ini juga merupakan contoh, bukan kegagalan kita untuk memahami generalisasi seperti hukum yang penting, tetapi pengecualian terhadap generalisasi ini.

Sehingga Arms Military Build-up dapat meningkatkan power di beberapa batas tingkat, Power ditingkatan militer dapat dijabarkan sebagai suatu kekuatan dalam peperangan atau tindakan untuk memberikan ancaman kepada aktor lawan. 

Tetapi suatu tingkatan Power bersifat relatif dikarenakan suatu aktor lawan mengetahui powerny apabila perbandingan terhadap aktor lain terdapat perbedaan power. 

Oleh karena itu suatu eksistensi regu yang dipunyai suatu militer di negara tertentu dapat menjadi pertimbangan ancaman salah satu nya kekuatan intelijen maupun kekuatan nuklir serta kekuatan diplomasi suatu aktor negara.

Pakta AUKUS terhadap Stabilitas kawasan Asia Pasifik

Diadakannya aliansi dengan ketiga negara yang memperkuat hubungan kerjasama tentu mempunyai hubungan yang erat. Tentu dengan hubungan yang erat yang telah dijalani oleh ketiga negara sejak perang dunia kedua sampai kerjasama The Five Eyes, ketiga negara yaitu  Australia, United Kingdom(Britania raya/Inggris), dan Amerika serikat tentu negara super power yang menyuplai segala teknologi untuk peningkatan kualitas kemiliteran di aliansi tersebut dengan tujuan Balancing of Power di kawasan Asia Pasifik.

Teori Arms Military Build Up menyampaikan proses untuk militer meningkatkan kapabilitas dari segi kualitas dan kuantitas suatu negara atau antar negara dalam jangkau Aliansi yang mana saling bahu membahu dalam meningkatkan kapabilitas militer itu sendiri dengan kepercayaan diri masing masing antar negara. Tentu dengan teori Arms Military Build Up bisa mencapai suatu negara bisa mengakibatkan negara lain merasakan potensi ancaman, teori ini adalah suatu perwujudan dari dunia ini sendiri dengan sifat anarkis sehingga menggambarkan negara lain  berpotensi besar menjadi ancaman bagi negara lainnya.

Di satu sisi, kebijakan "sekuritisasi" kawasan Asia-Pasifik, yang dimulai terutama selama era Donald Trump, berlanjut di pemerintahan Joe Biden. Dialog keamanan terus berlangsung, serta latihan militer di kawasan dan juga pengumuman Pakta AUKUS harus dipertimbangkan sebagai strategi penahanan China tetapi tidak dapat disebut juga sebagai penahanan. Namun, meskipun AUKUS tampaknya menjadi langkah menuju upaya dan formasi ini melawan Cina, reaksi paling keras datang dari Prancis dan kemudian Uni Eropa (UE) yang memperburuk hubungan antara benua Eropa-AS dan Inggris. Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwasanya suatu peningkatan kapabilias militer suatu negara dapat memberi ancaman dikarenakan negara lain lebih memilih deterrence dibandingkan perang secara frontal terhadap negara yang memberi ancaman. Tentu aktor yang merasa terancam dan merasa rugi pastinya mempunyai suatu interest yang sama seperti kekuasaan pada wilayah/kawasan dalam jangkau tertentu.

Seperti Prancis yang tidak lagi memiliki kekuatan lama dan belum mendapatkan hasratnya di Mediterania dan Afrika, mengalihkan arahnya ke Asia-Pasifik yang menjadi pusat perebutan kekuasaan baru, untuk kembali menjadi aktor global.

Australia yang akan menjadi negara ketujuh yang memiliki kapal selam nuklir setelah Amerika Serikat, Inggris, Cina, Prancis, India, dan Rusia, juga akan berpartisipasi dalam kerja sama teknologi baru. Pada konteks ini; dapat disarankan bahwa Australia, salah satu negara terkemuka dalam strategi Asia-Pasifik, akan memainkan peran yang lebih efektif di masa depan.

China di sisi lain, mengevaluasi proses ini sebagai bagian dari gerakan melawan mereka. Bahkan, mereka mengkritik kapal selam nuklir yang akan dibangun di Australia di bawah AUKUS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan AUKUS sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional dan akan meningkatkan perlombaan senjata.

AUKUS muncul sebagai kesepakatan nuklir bersama negara-negara Anglo-Saxon daripada keterlibatan skala besar di kawasan Indo-Pasifik. Fakta bahwa Selandia Baru yang telah mengadopsi "Kebijakan Non-Nuklirisasi", tidak tergabung dalam aliansi ini merupakan indikator dari hal ini. Tidak menutup kemungkinan bahwa negara perintis AUKUS adalah Inggris dan bukan Amerika Serikat. Karena reaksi terkuat terhadap AUKUS berasal dari Prancis dan penekanan pada perlunya UE untuk bertindak sendiri, menunjukkan bahwa keretakan UE-Inggris pasca-Brexit terus berlanjut. Bagi AS, AUKUS berarti menambahkan lebih banyak perspektif Anglo-Saxon ke QUAD, yang mewakili pendekatan multilateral. Dengan langkah ini, Australia telah mengungkapkan bahwa mereka sekarang akan memainkan peran yang lebih proaktif dalam strategi "Asia-Pasifik yang Bebas dan Terbuka".

Akibatnya, AUKUS akan memperkuat front melawan China di kawasan Asia-Pasifik dengan keunggulan militer yang signifikan. Sebagai imbalannya, jelas bahwa itu akan menciptakan pemutusan hubungan antara UE dan AS-Inggris. Jawaban atas pertanyaan apakah celah itu cukup besar untuk diisi China; atau tanggapan sementara, dan bagaimana negara-negara di kawasan akan menanggapi struktur Anglo-Saxon dalam lingkup nasionalisme Asia, akan menjadi indikator penting dalam konflik geopolitik periode berikutnya.

Akibat

Dalam politik internasional, keinginan untuk meningkatkan posisi tawar power tampak tidak terduga dan, yang lebih penting, kebutuhan untuk mempertimbangkan bagaimana negara lain mengharapkan aktor untuk berperilaku dalam merancang kebijakan menghadapi aliansi itu sendiri berarti bahwa keyakinan orang lain tentang apa yang negara ketahui tentang mereka dapat mempengaruhi perilaku dengan cara yang dapat menyebabkan prediksi ancaman yang tidak berkaca pada diri sendiri. Disini saya menyebutkan bahwasanya dalam perspektif strategi yang telah dicanangkan oleh Tsun zhu dan Clausewitz yang mana Tsun zhu menyusun strategi Pra perang yaitu pendekatan secara teknologi yang diperoleh dari amerika serikat dan diplomasi yang mana menyiapkan rencana yaitu dalam konteks "Stabilitas Keamanan Asia-Pasifik" menurut saya memang benar apa adanya mengenai konteks diatas untuk menjalankan suatu Balancing of Power pada kawasan Asia Pasifik. Dikarenakan salah satu wilayah di kawasan asia pasifik yaitu laut china selatan yang berdaulat dalam kepemilikan Indonesia tetapi di duduki atau ingin diambil alih oleh negara china yang mana menurut sejarah di china bahwasanya laut china selatan masih dalam batas wilayah china yang berdaulat.

Si vis pacem, para bellum.

Jika ingin perdamaian, bersiaplah untuk berperang.

(Redaksi, 2021)

References

Chapman, G. (2003). An Introduction to the Revolution in Military Affairs.

Cordesman, A. H. (2014, August 5). Real Revolution Military Affairs. Retrieved from CSIS: https://www.csis.org/analysis/real-revolution-military-affairs

Redaksi. (2021, September 20). AUKUS aliansi untuk perang. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.id/baca/opini/2021/09/20/aukus-aliansi-untuk-perang

Wikipedia. (2021, September 5). The Five Eyes. Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Five_Eyes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun