Mohon tunggu...
Made SantiWulandari
Made SantiWulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

STAH N MPU KUTURAN SINGARAJA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Unik Budaya Agraris, Ngusaba Bukakak Desa Sudaji

24 Juli 2022   17:47 Diperbarui: 24 Juli 2022   17:58 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah prosesi membawa tumpeng tersebut, Babi yang sudah disembelih dan dipanggang pada bagian dada,yang bagian kepala dan Sebagian badannya tidak dipanggang (diguling) yang dimana babi tersebut dipanggang setengah matang, yakni mentah pada bagian punggung dan hanya matang pada bagian badan saja. 

Bukakak yang dipanggang di Pura Subak disebut Bukakak alit (kecil), sedangkan Bukakak yang dipanggang di Pura Bale Agung disebut Bukakak Agung (besar). 

Ketika babi tersebut  sudah di panggang atau diguling, kemudian babi diikatkan pada usungan bambu yang sebelumnya sudah dibentuk oleh krama desa agar bisa diangkat pada saat proses pengarakannya. 

Babi yang sudah dipanggang atau diguling yang akan dipergunakan sebagai Bukakak tersebut dihias badannya dengan kain putih dan kepalanya dihias menggunakan bunga serta dupa, lantas diarak Akan dilaksanakan proses pengarakan oleh para pemuda dan krama desa setempat pada malam hari Terdapat dua bukakak, yang pertama dari Subak Dukuh Gede, kemudian menjemput (mendak) bukakak Agung dari Pura Bale Agung Desa Sudaji. Proses pengarakan ini sebagai bentuk kegembiraan dalam melangsungkan prosesi tersebut.

Hal ini dilakukan oleh para pemuda yang bersuka cita untuk mengadu secara bersama-sama dengan menggotong atau mengangkat Bukakak tersebut saat malam hari. 

Ketika bukakak sudah siap diadu, karma desa menyiapkan daun kelapa kering atau disebut dengan danyuh yang kemudian dibakar dan dipukulkan di Bukakak sehingga menimbulkan percikan api. 

Apalagi dilaksanakan saat malam hari, maka percikan api tersebut menciptakan cahaya yang menakjubkan sehingga semakin menegaskan kesan magis atau mistisnya saat adu Bukakak berlangsung. 

Bahkan, para pengusung (pengarak) Bukakak mengalami karauhan (kerasukan). Sehingga, percikan api yang kena di badan pengusung tersebut tidak merasakan panas saat terkena api. Upacara atau tradisi ini tidak boleh sembarangan untuk dilaksanakan dan harus sesuai dengan ketentuan upacara yang disakralkan tersebut

"Kedua bukakak ini diarak menuju catur patra Desa Sudaji yang mempunyai harapan kegembiraan,kehidupan Kembali, dan rasa wujud syukur dari hasil pertanian melimpah,", ujar Gede Yudha.

Setelah prosesi pengarakan, bukakak tersebut dibawa ke Pura Mas Pahit untuk dilakukannya pengolahan pada daging babi yang digunakan tersebut. Pengolahan pada daging babi tersebut, biasanya dibuat semacam lawar yang dimana keseluruhan daging di cincang dan ditambah bumbu khas Bali (bumbu Rajang).

"Memang benar dibuat olahan lawar, yang mana diberikan (nunas paica) kepada para pengusung Bukakak", ujar Pak Made secara lugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun