Mohon tunggu...
Made Nopen Supriadi
Made Nopen Supriadi Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti dan Penulis

Lahir di Sebelat, 09 November 1989. Saat ini melayani di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu (STTAB). Menyelesaikan studi S-1 Teologi (S.Th) di STT Ebenhaezer, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Saat ini sedang menempuh studi Magister Teologi (M.Th) konsentrasi Biblical Reformed Theology di STT SETIA Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Kehidupan

27 Maret 2020   11:16 Diperbarui: 27 Maret 2020   11:22 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat secara sederhana artinya pencinta kebijaksanaan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebijaksanaan.

Pada waktu manusia melakukan sesuatu maka ada sesuatu yang mendorong untuk manusia melakukannya itulah kehendak. Namun bentuk tindakan yang dilakukan itulah filsafat. Untuk lebih sederhana saya akan memberikan sebuah ilustrasi: saya ingin menjadi seorang dosen, untuk mewujudkannya saya butuh ijazah Master, hal tersebut dapat dimiliki dengan saya kuliah sungguh-sungguh atau membayar ijazah.

Kehendak ialah keinginan saya untuk menjadi dosen. Tetapi filosofi ialah cara saya untuk menjadi dosen. Jika saya seorang penganut filosofi askestisme saya akan berjuang susah payah untuk mendapatkan ijazah Master dan menjadi dosen. Tetapi jika saya adalah seorang penganut filosofi materialisme saya akan membayar sebuah institusi untuk memberikan ijazah Master kepada saya. Saya harap sampai disini sudah mulai mengerti apa itu filsafat secara sederhana.

Maka pertanyaan yang perlu diselesaikan pada sesi ini adalah bagaimanakah hubungan filsafat dan kehidupan?. Untuk menjawab pertanyaan ini saya kembali akan mengajukan sebuah pertanyaan?. Kenapa manusia menikah?. Kenapa manusia makan?. Lalu kenapa manusia saling membutuhkan?. Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan bertujuan untuk membuat kita berpikir, bahwa sesuatu yang kita lakukan pastilah memiliki yang namanya alasan (reason). Alasan tersebut menjadi jawaban dasar tindakan manusia. Tidak ada manusia yang bertindak tanpa alasan. Dan alasan itulah filsafat manusia.

Filsafat mendorong manusia berpikir untuk menemukan alasan mengapa melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Jika pertanyaan alasan tadi saya lemparkan kepada komunitas yang lebih luas, maka akan ada banyak alasan, dan kita akan melihat ada banyak filosofi. Oleh karena itu saya menyimpulkan pada bagian pertama ini bahwa filosofi manusia secara bentuk dan motif itu beragam, namun secara esensial tetaplah satu, yaitu 'alasan'.

Kehidupan manusia secara filosofis dibangun oleh banyak alasan. Jika ada manusia yang berkata saya hidup tanpa alasan, maka itulah alasannya, yaitu alasan untuk tidak beralasan. Sampai disini pasti sudah mulai sedikit pusing memikirkan kalimat saya. Saya akan jelaskan kembali, manusia yang mengatakan bahwa ia hidup tanpa alasan, sebenarnya sudah mengatakan alasannya. Coba simak sebuah dialog berikut:

X: Apa alasan anda hidup?

Y: Saya tidak punya alasan untuk hidup.

X: Terimakasih atas jawabannya.

Y: Kenapa berterimakasih, bukankah saya tidak memberijawaban atas pertanyaan anda?

X: Saya sudah mendapatkan jawaban anda, yaitu alasan anda hidup adalah hidup tanpa alasan.

Pada bagian ini saya dapat melanjutkan bahwa filsafat juga ada di dalam kehendak. Jika pada bagian awal antara alasan dan kehendak seolah terpisah, maka saya kembali menemukan bahwa alasan dan kehendak memiliki pertemuan. Kita sudah mengerti bahwa filsafat adalah motif dalam menjalankan kehidupan. Segala yang kita lakukan berdasarkan motif. Motif itulah yang menjadi filosofi kita.

Jika pertanyaan ini diberikan kepada banyak manusia: Mengapa anda berbuat baik?. Jawaban tersebut bisa bervariasi, dan variasi itu berdasarkan banyak aspek, bisa spiritualitas, pengetahuan, budaya dan sosial, suku, politik, ekonomi dll. Semua  aspek memiliki jawaban masing-masing. Dan jawaban itu berdsasarkan motif mereka.

Pada sesi ini saya tidak membawa pembaca pada satu pandangan filosofi. Pada tulisan yang lain barulah saya akan memberikan perbandingan filsafat dan akhirnya kita bisa memiliki yang manakah filsafat yang ultimat dan menjadi worldview manusia yang sejati.

"Filsafat itu ibarat alasan dan motif manusia, jika manusia hidup dengan alasan dan motif yang jahat maka jahatlah kehidupannya."

"Karena itu mulailah membangun hidup dengan alasan dan motif yang baik agar baiklah kehidupan ini."

(MNS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun