Mohon tunggu...
madengurah
madengurah Mohon Tunggu... Pustakawan - penulis

mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jika Air Menertawakan Manusia

14 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 14 Oktober 2022   22:36 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika Air Menertawakan Manusia

Sejak beberapa dekade, Bali semakin rajin merayakan kesenian. Ini penting agar kesenian, kebudayaan, keagungan, sejarah, bisa dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Seni dan budaya bukan ilmu pengetahuan yang hanya didapat dari membaca buku atau berkunjung ke museum saja. lebih dari itu, berkesenian itu harus hidup, hadir di tengah masyarakat, disaksikan oleh publik, dan bersama dijaga oleh seluruh masyarakat.

Perayaan kesenian lewat berbagai festival kebudayaan penting di tengah gempuran media sosial untuk dapat diabadikan oleh masyarakat di akun media sosialnya masing-masing. bisa dibayangkan jika satu warga Indonesia mengabadikan sebuah pertunjukan kesenian, pagelaran budaya, berapa dokumentasi digital yang dimiliki oleh Indonesia? Jumlahnya fantastis, bukan? 

Ini juga penting agar tidak ada negara lain yang semena-mena mengklaim budaya Indonesia, budaya Bali menjadi miliknya. 

Jejak digital terkait berkesian sudah dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia. Buktinya otentik dan tidak bisa diganggu gugat. Melalui unggahan di media sosial tentang praktik berkesian juga sekaligus mengingatkan masyarakat untuk bersama-sama menjaga sebuah tradisi, budaya, seni, dan sejarah adi luhung yang tak ternilai ini. 

Semua orang mau merayakan kesenian sebab diberikan ruang untuk mengisi sepenuh-penuhnya. Itu pula yang menjadi tujuan Festival Seni Bali Jani tahun keempat ini. Segenap lapisan masyarakat bisa berkontribusi dalam bentuk-bentuk seni teater, puisi, pamentasan, dan lainnya untuk berkontribusi terhadap kebudayaan dan peradaban.

Tema Festival Seni Bali Jani tahun keempat ini pun tepat sebagai perayaan kemuliaan terhadap air, khususnya di Bali. "Jaladhara Sasmita Danu Kerthi"; Air sebagai Sumber Peradaban merupakan tema besar yang diusung dalam Festival Seni Bali Jani ini. 

Festival ini adalah perayaan seni modern yang berakar dari tradisi adiluhung yang diwariskan oleh leluhur. Para seniman muda, menengah, bahkan yang telah memasuki usia senja pun dipersilakan untuk dapat berkolaborasi untuk mencipta kesenian yang tentunya mengangkat air dengan segala permasalahannya sebagai sumber penciptaan karya seni, sastra, teater, pementasan lainnya.

Di antara pementasan, pagelaran, lomba, semua bernuansa mengembalikan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya air untuk kehidupan saat ini, esok, hingga seterusnya. 

Air yang melimpah ini bukan berarti tidak bisa habis. Bertanya pada diri sendiri apa yang bisa dilakukan agar sumber air bersih bisa tetap terjaga? Apakah kita semua ikut bertanggung jawab atas kemarahan air jika tidak bijak dalam menggunakannya?

Berbagai acara di Festival Seni Bali Jani yang mengangkat tema air semuanya bertutur dan mengingatkan bahwa air yang kita nikmati secara gratis dan seolah tanpa batas ini harus dirawat sebaik-baiknya. Musim penghujan yang tiba yang kerap memperlihatkan bagaimana air tidak terpelihara dengan baik menjadi kritik bagi diri sendiri.

Berbagai sumber air di Bali seperti danau, sungai dan laut saat ini keberadaannya sudah banyak yang tercemar. Danau termasyur di Bali pun tidak luput dari pencemaran, seperti Batur, Beratan, Buyang dan Tamblingan sudah mengalami pencemaran dan sedimentasi. 

Sementara itu, jika melihat keberadaan sungai di Bali, banyak sepadan sungai yang harusnya dipelihara namun dibangun rumah dan lain sebagainya. Keberadaan laut Bali juga banyak mengalami pencemaran seperti sampah.

Jika danau, laut, sungai, semua sumber air suci ini tidak terpelihara apakah kita akan bergantung pada beton-beton kokoh atau gedung-gedung bertingkat yang memanjakan mata? Fungsi vital sumber air di Bali harus mendapatkan perhatian. Sebab air bukan hanya tentang mandi, makan, minum saja, melainkan segala aspek kehidupan masyarakat di Bali memerlukan air.

Bali adalah surga yang sedang terancam karena penurunan kuantitas dan kualitas airnya yang semakin mengkhawatirkan. Bahkan kini kebutuhan air untuk pariwisata 15 kali lebih besar dibandingkan kebutuhan air masyarakat lokal. 

Belum lagi, sebagai dampak dari pertumbuhan di sektor pariwisata, pertumbuhan jumlah bangunan terkait unit bisnis pariwisata (hotel, resort, vila, restoran, kafe, dan lain-lain) semakin mengurangi daerah resapan air. Kurangnya area resapan air ini menyebabkan 117 kali peristiwa banjir di Bali pada 2018.

Masih merasa keadaan air di Bali bahkan di Indonesia sedang baik-baik saja? coba datang ke Festival Seni Bali Jani dan nikmati bagaimana seniman bertutur tentang kuasa dan peliknya menjadi "Air"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun