Mohon tunggu...
Madinatul Munawwaroh
Madinatul Munawwaroh Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi yang menulis

Sedang berlatih menyampaikan hal-hal yang menarik minat melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Strategi Perbaikan Gizi melalui Konsumsi Ikan Tuna (Thunnus, Sp.) untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Memperbaiki SDM serta Merealisasikan SDGs di Indonesia

29 Agustus 2018   19:45 Diperbarui: 29 Agustus 2018   19:52 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringkat tertinggi sekolah-sekolah global telah diterbitkan, dan negara-negara Asia menempati lima posisi teratas sementara negara-negara Afrika dengan peringkat terendah dan Indonesia ke delapan dari bawah.

Seperti yang dilansir BBC di atas, pada tahun 2015 lalu OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) telah melakukan survey pada 76 negara di dunia untuk mengetahui posisi suatu negara ditinjau dari segi pendidikan, survey ini secara eksplisit merupakan sebuah alat prediksi untuk menentukan kesejahteraan suatu negara. Sungguh miris bahwa secara fakta, Indonesia termasuk negara dengan kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas pendidikan ini (yang tidak kita sadari) ternyata juga memengaruhi kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Indikator kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa kini sudah tidak lagi berdasarkan melimpahnya sumber daya alam, tentu sumber daya manusia juga berpengaruh besar untuk memajukan dan memakmurkan sebuah negara. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu negara tidak dapat dikatakan maju, dan tanpa kualitas pendidikan yang baik, sumber daya manusia yang dimiliki negara itu tidak akan berguna. Kualitas pendidikan dan sumber daya manusia mempunyai hubungan timbal-balik yang penting untuk pembangunan bangsa.

UNDP (United Nations Development Programme) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai organisasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) telah membentuk suatu program yang berfokus pada pengembangan negara-negara di dunia. Program yang kemudian dikenal sebagai SDGs (Sustainable Development Goals) ini melakukan tujuh belas upaya untuk dunia yang lebih baik pada tahun 2030, namun di Indonesia sendiri, realisasi SDGs akan diutamakan pada tiga hal, yaitu: mengakhiri segala bentuk kemiskinan; mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi dan mendorong pertanian secara berkelanjutan; serta menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang pada semua usia. Pertanyaannya adalah, apa yang dapat dilakukan SDGs untuk Indonesia?

Tentu melalui SDGs, kita semua berharap akan adanya perubahan yang lebih baik, perubahan yang membawa kita pada Indonesia yang mandiri. Tiga hal yang diutamakan pemerintah Indonesia tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya sumber daya manusia yang mampu untuk mewujudkannya, dan sumber daya manusia tidak akan cukup kuat untuk merealisasikan SDGs tanpa adanya pendidikan yang baik. Di sinilah kita mulai sadar, betapa pentingnya pendidikan, tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga demi ibu pertiwi.

Sekarang, mari alihkan fokus pada cara-cara terbaik untuk memperbaiki sumber daya manusia di negeri ini. UNDP sendiri menempatkan pendidikan sebagai peringkat empat teratas untuk merealisasikan SDGs, dan nomor dua teratas untuk mengakhiri kelaparan. Tentu kita semua sadar betapa pentingnya makanan untuk menunjang kehidupan, tapi akankah kita sadar bahwa gizi yang terkandung dalam makanan juga memengaruhi perkembangan otak sehingga secara tidak langsung juga memengaruhi kualitas pendidikan?

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya adalah menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu. Jika zat gizi yang diterima dari ibu tidak mencukupi maka janin tesebut mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Penurunan asupan kalori, protein, dan zat gizi essensial lainnya akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin tersebut sebagai manusia, jika hal serupa terjadi pada calon manusia-manusia lain di Indonesia, tentu sumber daya manusia yang dimiliki negeri ini kurang kualitasnya dibandingkan negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju dan mandiri sebagai bangsa.

Maka dari itu, semenjak dalam kandungan, janin membutuhkan asupan makanan untuk tumbuh dan berkembang. Janin dapat berkembang dengan pesat apabila makanan yang diterima dari plasenta sang ibu mengandung gizi yang diperlukan janin seperti DHA, omega 3, dan omega 9. Zat gizi tersebut merupakan zat gizi utama untuk perkembangan otak dan fisik janin yang tumbuh pesat sampai usia bayi dua tahun. Itulah sebabnya mengapa gizi sangat dibutuhkan dan pemerintah mulai gencar meneriakkan betapa pentingnya gizi untuk seribu hari pertama kehidupan.

Selain gencar meneriakkan pentingnya gizi untuk seribu hari pertama kehidupan, pemerintah juga sedang giat mensosialisasikan gerakan makan ikan. Jika dilihat dari kandungan sumber gizi dan manfaatnya untuk tumbuh-kembang tubuh, tak heran apabila pemerintah memilih ikan sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat luas.

Dalam dua puluh lima tahun terakhir banyak sekali penemuan ilmiah dari para ahli gizi dan kesehatan dunia yang membuktikan bahwa ikan dan jenis seafood lainnya sangat baik untuk kesehatan serta kecerdasan manusia (Dahuri, 2004).  Ikan (seafood) rata-rata mengandung 20 % protein yang mudah dicerna dengan komposisi asam amino esensial yang seimbang.  Ikan juga mengandung omega 3 yang sangat penting bagi perkembangan jaringan otak, mencegah terjadinya penyakit jantung, stroke dan darah tinggi.  Lebih dari itu omega 3 juga dapat mencegah penyakit  inflamasi seperti arthritis, asma, colitis, dermatitis serta psoriasis, beberapa jenis penyakit ginjal dan membantu penyembuhan penyakit depresi, skizofrenia serta gejala hiperaktif pada anak-anak (Dahuri, 2004 dan Astawan, 2004).

Sebuah studi yang di lakukan di Amerika baru-baru ini yang dilaporkan oleh Jurnal Epidemiologi Amerika, ditemukan bahwa ada hubungan positif antara kebiasaan seorang ibu mengonsumsi ikan semasa ia hamil dan tingkat kecerdasan otak anak ketika ia sudah berusia tiga tahun. Studi tersebut membuktikan bahwa seorang ibu yang biasa mengonsumsi ikan semasa hamil terbukti memiliki anak yang lebih cerdas dan kemampuan motorik yang lebih baik daripada anak yang semasa dalam kandungan ibunya tidak mengonsumsi ikan.

Indonesia adalah negara perairan yang kaya akan ikan di dalamnya, salah satunya adalah ikan tuna (Thunnus Sp.). Dibandingkan dengan jenis ikan yang lain, ikan tuna memiliki keunggulan bahwa jenis ikan ini sangat kaya akan omega 3 yang baik untuk fungsi kognitif otak, sehingga mencegah dari penyakit degenarasi fungsi otak seperti alzheimer karena omega 3 dapat membantu memperlancar suplai darah ke otak. Omega 3 dalam ikan tuna juga dapat menurunkan risiko inflamasi, yang berfungsi sebagai perantara siynal agar dapat diterima oleh otak. Selain itu, omega 3 sangat dibutuhkan untuk tumbuh-kembang janin sehingga mengharuskan sang ibu hamil untuk mengonsumsinya demi masa depan sang bayi. Meskipun sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak pada masa janin dalam kandungan, omega 3 tidak serta-merta hanya dibutuhkan oleh janin, tetapi juga dibutuhkan untuk semua tingkat usia karena ikan tuna juga mengandung zat yang bersifat anti toksik, baik untuk kesehatan jantung sehingga menurunkan kadar lemak jahat dalam tubuh.

Utamanya, gizi yang baik akan menghubungkan sinyal-sinyal dalam otak sehingga anak-anak akan memiliki kecerdasan, dan tanpa sadar kita sudah membuat satu langkah kecil untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dan dengan meningkatnya kualitas pendidikan, sumber daya manusia yang juga berkualitas akan tercetak, hal ini menjadi pilar utama demi terealisasinya SDGs di Indonesia.

Mengacu pada poin SDGs yang diutamakan oleh pemerintah Indonesia, dapat diketahui bahwa bangsa ini tak dapat lepas dari problematika untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak bangsa. Masalah kualitas pendidikan ini lalu merambat pada permasalahan pelik mengenai rendahnya kualitas sumber daya manusia dan negeri kita masih akan terus berputar dalam lingkaran setan ini jika tak ada jalan yang membebaskan dari segala persoalan.

Perbaikan status gizi adalah sebuah jalan, memang bukan satu-satunya jalan, akan tetapi langkah demi langkah yang kita ambil dalam upaya ini merupakan hal yang menjanjikan.

Dimensi pembangunan diarahkan pada upaya kebijakan dan program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang unggul. Karena itu, salah satu prioritas pembangunan adalah pembangunan karakter bangsa, yang tentunya ditentukan pula oleh kecukupan gizi (Kemenkes, 2015).

Ada tiga dimensi utama untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia, menurut Menteri PPN atau Kepala Bappenas, Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.Si tiga aspek itu adalah kecerdasan, kesehatan fisik, dan ketahanan mental. "Masalah gizi masuk ke dalam tiga dimensi tersebut. Gizi penting untuk meningkatkan kecerdasan manusia, menyehatkan fisiknya serta menguatkan mental dan perilaku manusia Indonesia," ia menambahkan.

Untuk yang lebih sederhana, mari simpulkan segala penjabaran di atas pada sebuah peta konsep.

Dapat dikatakan bahwa gizi merupakan pilar utama yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perbaiki gizi masyarakat Indonesia dengan membiasakan makan ikan karena kandungan omega 3 di dalamnya akan memaksimalkan fungsi otak sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkualitas. Jika manusia-manusianya sudah berkualitas, maka tak ada alasan untuk tak menempuh pendidikan, dan bukan lagi sebuah ketidakmungkinan apabila Indonesia bisa mengejar ketertinggalan, lantas bangkit serta merealisasikan SDGs seperti yang telah direncanakan.

Sumber referensi:

Diana, F. M. (2013) "Omega 3 dan Kecerdasan Anak". Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7, (2), 82-88.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI . (2015). Status Gizi Pengaruhi Kualitas Bangsa, [online]. Tersedia: http://www.depkes.go.id/article/print/15021300004/status-gizi-pengaruhi-kualitas-bangsa.html. [29 Januari 2017]

Rospiati, Epi. (2006).  Evaluasi Mutu dan Nilai Gizi Nugget Daging Merah Ikan Tuna (Thunnus sp). Tesis Pascasarjana pada Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun