Kedua, saya telah menyaksikan mimpi besar Indonesia yang bisa menjadi nyata. Melihat anak remaja dari Bali yang presentasinya seakan-akan membuat anak remaja dari New York dan dari Belanda tidak lebih baik dari mereka tentu saja memberi semangat positif. Saya selalu bicara di depan anak-anak muda Indonesia, bahwa jika dunia bisa dan pernah dikendalikan dari sebuah gedung di Wall Street di New York, dia tentu juga bisa diwarnai dari sebuah bale-bale sederhana di Tabanan. Menyaksikan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat berkembang, dan terutama menyaksikan Melati dan Isabel di Gedung PBB, saya yakin apa yang saya ceritakan itu kian mendekati kebenarannya.
Tugas saya dan generasi saya adalah berbuat terus sesuai dengan peran dan kapasitas kami. Selanjutnya, tugas berikutnya adalah mendukung anak-anak muda di sekitar kita untuk mengenal peran dan kemampuannya lalu terbang tinggi sambil tetap menjejak bumi. Saya setuju dengan apa yang disampaikan Melati dan Isabel di penutupan presentasinya. Anak remaja seperti mereka mungkin mewakili hanya 25 persen penduduk dunia tetapi yang pasti, mereka adalah 100% dari masa depan. Terima kasih Melati dan Isabel.
I Made Andi Arsana, Ph.D
Dosen Teknik Geodesi UGM
Alumni UN-Nippon Foundation Fellowship 2007-2008
New York, 7 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H