Melihat data kunjungan wisatawan dan prospek pulau Pasir ke depan, tentu saja fasilitas saat ini masih butuh banyak peningkatan. Kasus turis asing yang enggan turun ke darat dari kapal mereka, disebabkan ketiadaan fasilitas penginapan (homestay, cottage), ketersediaan jasa kuliner, toilet, fasilitas internet, tambatan perahu, dan lainnya. Â Â Jika begitu, artinya masyarakat lokal belum mendapat manfaat ekonomi dari kedatangan wisatawan.Â
Selain dukungan fasilitas fisik seperti air bersih, toilet, Â Dinas bisa memfasilitasi pendampingan kepada pihak desa dan kelompok masyarakat yang terkait dalam layanan wisata.Â
Para pemilik dan operator perahu motor, pengelola parkir, pengusaha ikan, pelaku usaha kuliner, sopir, di desa Pledo perlu dirangkul, diedukasi soal ilmu dan pengetahuan layanan  pariwisata dan hospitality.
Pulau Pasir dan kawasan sekitar adalah destinasi ecotourism yang khas, maka model pengembangan yang bijak adalah dengan melibatkan masyarakat sekitar. Model Commuity Based Tourism memungkinkan warga dusun Mekko dan desa Pledo secara umum terlibat dalam perencanaan, pengelolaan dan pengambilan keputusan dalam pembangunan destinasi. Ini untuk menjamin keterlibatan masyarakat dalam upaya konservasi destinasi, dengan dasar kesadaran akan manfaat ekonomi yang mereka dapat.Â
Jika peluang ini dijalankan masyarakat desa Pledo, maka minimal dusun Mekko bisa menjadi dusun wisata yang tersohor, tidak hanya di NTT, tetapi Indonesia, karena pulau Pasir Putih dan kawasan baharinya yang eksotik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H