Lalu bagaimana dengan bahan ajar, apakah mampu meningkatkan hasil belajar siswa?
Penghujung malam bulan Januari, saya berdiskusi cukup lama dengan seorang guru SMA. Ia adalah pengajar di salah satu sekolah di Nusa Tenggara Timur. Saat ini, beliau tercatat sebagai mahasiswa aktif di program Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM). Salah satu tema yang kami percakapkan adalah pengaruh bahan ajar terhadap kualitas pendidikan.
Rabu pagi sebelumnya, seorang dosen mengatakan bahwa bahan ajar berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Bahan ajar adalah sejumput materi yang dipelajari oleh siswa, salah satu bentuknya adalah buku. Setelah mendengar uraian dosen, saya berkesimpulan bahan ajar yang berkualitas berbanding lurus dengan mutu pendidikan. Cara sederhana untuk mengetahuinya lihat saja hasil belajarnya.
Dari kuliah tersebut, kami diberi tugas untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam bahan ajar. Persoalan terbesar berasal dari penilaian subjektif para siswa dan guru. Kalau mereka mengatakan kalimat dalam buku sulit dimengerti, gambarnya kurang banyak, atau tidak menyukai gambar hitam-putih, berarti itu termasuk masalah.
Masalah yang teridentifikasi ini akan dibenahi oleh peneliti. Selanjutnya, hasil pembenahan peneliti divalidasi oleh para ahli. Setelah bahan ajar tervalidasi, hasil tersebut kita bawa lagi ke sekolah untuk mendapatkan penilaian subjektif para siswa. Bila siswa menyukai bahan ajar yang telah dikembangkan, penelitian dinyatakan sukses.
Identifikasi masalah bahan ajar termasuk dalam jenis "Penelitian dan Pengembangan". Istilah Inggrisnya Research and Development (R&D). Asumsi dasar penelitian ini adalah tidak ada manusia yang sempurna. Sekalipun buku ajar di sekolah (mungkin) sudah melalui inflitrasi yan cukup ketat seperti uji konsep, tata bahasa, dan tata letak gambar, kami dituntut untuk menelaah kemungkinan adanya hal-hal yang dianggap kurang berkenan.
Saya dan beberapa kawan se kelas mendapat jatah penelitian di MAN 1 Malang. Kawan lainnya tersebar di Madrasah yang berbeda. Offering kami bukan sok agamis, kelas lain sudah kebagian sekolah umum lebih dulu. Hal ini sengaja dilakukan, sekalian untuk melihat adakah perbedaan di antara dua jenis sekolah tersebut.
Diskusi malam itu, membuat saya termenung. Pemikiran saya berlabuh pada suatu kesimpulan: tidak ada pengaruh signifikan bahan ajar terhadap hasil belajar.
Landasan berpikirnya begini. Bila memperhatikan penelitian ekperimen mengenai penerapan model-model pembelajaran, akan ditemukan sederet fakta bahwa hasil belajar selalu meningkat. Namun, bahan ajar yang digunakan guru dan siswa tidak terlalu dipersoalkan. Yang terpenting adalah bagaimana model itu diimplementasikan.
Salah satu karakteristik pembelajaran masa kini yaitu dengan menggunakan pendekatan saintifik. Guru bertindak sebagai fasilitator yang menyodorkan beberapa proyek yang harus diselesaikan oleh siswa dengan mengikuti jalan yang telah dibentangkan oleh guru.Â
Salah satu tahapannya adalah siswa mencari solusi diberbagai sumber informasi, baik bahan ajar yang terverifikasi maupun tidak. Bila dalam prosesnya ada kendala, pendampingan guru sangat diperlukan. Setelah siswa menemukan solusi atas persoalan, dilanjutkan lagi dengan mengomunikasikan (diskusi) hasil temuan.