“Mbak...” panggilku bermaksud mengembalikan kelebihan uangnya, ketika dia dengan cepat menghilang ditelan kepekatan malam.
Samar-samar masih kulihat goyang pinggulnya menuju baby box itu. Sejenak aku terpaku. Kemudian aku menyaksikan betapa diriku telah diserang demam. Sekujur tubuhku gemetar. Menggigil!
Kulempar koran itu ke lantai. Kepalaku kususupkan lebih dalam lagi ke dalam selimut. Sungguh, baru kali ini aku mengalami demam tanpa digigit nyamuk malaria. Tetapi peristiwa tadi malam telah menggigitku lebih tajam dan lebih dalam daripada gigitan seekor nyamuk anopheles. Apalagi setelah kubaca lead berita koran tadi:
“Dua orang pria gendut terjengkang di sebuah kamar tempat hiburan malam. Sebutir peluru kaliber 3,2 bersarang di kening masing-masing korban. Di sampingnya ditemukan puluhan butir pil psikotropika dan alat penghisap shabu-shabu. Di bawah perut masing-masing pria baya itu terlentang tubuh wanita muda tanpa busana dalam keadaan fly. Seorang tukang sate melihat seorang wanita yang baru turun dari taksi online, seratus meter dari tempat kejadian, menuju tempat itu kira-kira sepuluh menit sebelum peristiwa itu diketahui. Selembar kartu nama tercecer dari tas wanita itu, dengan tulisan: Miss CORONA...”
Pasti dia! Pikirku.
Aku makin menggigil. Dan akan terus menggigil, selama aku belum yakin bahwa aku bukan korban berikutnya.
Sungailiat, 18 Maret 2020
Keterangan:
- bekumbus: menutup seluruh tubuh dengan selimut karena kedinginan.
- ngubas: luntur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H