Mohon tunggu...
Marta Cintia
Marta Cintia Mohon Tunggu... -

cogito ergo sum :D

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Not(e) Tabu: Mendidik Anak Tentang Sex

7 Desember 2013   22:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:12 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash


Hal ini lebih khusus kepada anak perempuan supaya waktu sekolah nanti ia bisa cebok mandiri, tidak dipegang-pegang orang lain. Akan tetapi bukan berarti anak laki-laki tidak perlu diajarkan. Memang secara anatomi genital anak perempuan juga berpeluang lebih besar terkena infeksi saluran kemih tetapi ternyata tidak membersihkan anak genital laki-laki pun bisa menjadi infeksi apalagi jika belum di khitan/ sunat. Ajarkan anak caranya dimulai dari cuci tangan, kemudian membersihkan kemaluannya, kemudian cuci tangan lagi. Tak lupa juga menyiram toilet.

Pengalamanku sebulan di TK Toilet training ini sudah bisa dimengerti anak usia TK dengan baik. Anak usia TK sudah mengerti bahwa ada toilet cowo dan cewe. Ketika mau pipis kalau cewe ya diantar temen cewe kalau cowo yang diantar temen cowo. Tapi seingetku ada referensi bilang tiga tahun juga sudah bisa ditekankan dan dilakukan pada anak.


  • Berilah perlindungan sex


Perlindungan sex yang dimaksud disini tentu saja bukan kondom atau alat kontrasepsi lainnya. Persepsi dan kognisi anak akan meningkat sesuai dengan umur dan dipengaruhi oleh lingkungan juga. Perlindungan dini yang perlu ditanamkan adalah pada pola pikir mereka. Katakan kepada anak jangan mau dicium atau dipegang sembarangan orang. Janganlah mencium bibir, paha dan dada. Jangan mau diajak maen dokter dokteran (buka baju, buka celana). Beritahu anak bahwa sejak kecil mereka harus memakai celana dalam, karena itu adalah sopan. Jadi siapapun tidak boleh membuka celana atau memegang megang bagian yang tertutup celana kalau ada orang yangtidak sopan, haruslah berkata: “Tidak sopan!” lari berteriak minta tolong beritahu ibu/ bapak/ kakak.

Orang tua perlu waspada karena berkaca dari serangkaian peristiwa banyak kasus pelecehan pada anak dilakukan dengan beralibi bahwa pelaku pelecehan mengajak anak main –main kemudian meminta anak untuk membuka bajunya lalu juga mengancam agar tidak memberitahukan hai itu kepada siapapun. Jadi bangun perlindungan anak melalui pola pikir anaknya dan ciptakan iklim terbuka anak dengan orangtua.


  • Berilah penjelasan sesuai dengna tingkat bahasa dan cara berfikir anak


Anak telah mempelajari bahasa ibu sejak 6 bulan (Patricia, Kulh.). Rata-rata bayi-bayi akan memahami 50 kata pada usia 13 bulan,tetapi tidak dapat mengatakannya kata-kata sebanyak itu sampai usia kira-kira 18 bulan. Jadi jangan salah, jangan heran, kosakata yang dimengerti bayi jumlahnya bisa melebihi kosakata yang digunakan bayi secara lisan (Meyuk dkk, 1995). Hati –hati saat menjelaskan.

Anak usia lima tahun menonton tivi bersama Anda lalu dia melihat iklan televisi mengenai kotex kemudian bertanya, “Pak, Kotex itu apa?” bagaimana jawab Anda. “Nanti ya, tanya Mama...” Jurus kepepet hehehe. But dont try at home, mengalihkan pembicaraan atau tidak menjawab pertanyaan justru akan membuat anak menjadi penasaran. Pikirkan bila lalu ia mencari tau keorang lain lalu orang itu menyesatkan. Hmmm, berabe.

Pertanyaan yang mengagetkan bukan? Namun tak perlu kaget. Ini justru bagus karena itu membuktikan bahwa anak berspon terhadap lingkungan dan punya keingintahuan tinggi. Ini pun penting untuk perkembangan kognisinya. Jelaskan saja, “Diperut mama ada kantung untuk adik bayi. Nah, kantung itu ada dindingnya, kalau makanan itu tidak dimakan adik bayi dibuang keluar jadi darah. Supaya darahnya tidak tercecer ya pake kortex.”


  • Orangtua harus bijaksana, jangan terlalu mengekang anak.


Sebaiknya anak sesudah usia TK pisah kamar dengan orangtua. Selain untuk kemandirian sang anak hail ini juga untuk menghindari mereka tau hal-hal yang belum sebaiknya mereka tau atau pikirkan.


  • Baca buku cara menjelaskan sex kepada anak, perkaya referensi


Sumber itu banyak sekali dari buku dari internet dari tivi. Banyak topik mengenai parenting juga kok. Bahkan jurnal jurnalnya. Bahkan ada ruang konsultasi online juga. Jadi jika anak mengalami sesuatu atau bertanya sesuatu jangan panik, selalu ada jawab atas pertanyaan.


  • Kedekatan orangtua dan anak sebagai bekal


Reaksi orangtua sangat menentukan apa jadinya anak kelak. Jadi kalau mereka bertanya ya jawab, tanggapi dengan serius dan ramah apalagi terhadap anak remaja. Diskusi, berikan anak ruang untuk bertanya, mencari tau dan menaggapi. Hal ini tentu saja bisa terjadi manakala ada kedekatan anak dengan orangtua sehingga anak tak lagi sungkan untuk menyampaikan apa yang ia alami.

Pengalaman yang orang tua bagikan kepada anak bisa menjadi guru yang penting dan salah satu cara membangun kedekatan. Ceritakan kisah orangtua saat kecil, mugkin juga saat ketemu ibunya jatuh cinta dan kemudian menikah, saat sang anak lahir, saat sang anak mulai dewasa dan lain sebagainya.


  • Perhatikan perkembangan anak dan perlengkapan yang diperlukan sehubungan dengan perkembangannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun