Bila kita kritisi kinerjanya, katanya kita belum move ondari yang lama. Dengar ya ayah baru Ibu (kota)-ku, kami kritisi karena kami butuh solusi. Bukan nasehat "sabar ya" dan "move on".
Ibu (kota)-ku adalah sentral. Miniature Indonesia yang tergambar. Katanya kau gubernur yang merangkul segala. Tapi ternyata kau hanya wayang politik dan untuk pribumi saja.
Pandai lisanmu mencelah. Apa-apa salah dia. Namun hingga kini kerja nyatamu juga belum ada!
Bila benar kini saatnya pribumi menjadi tuan di rumah sendiri, baiknya dirimu hengkang dan pergi saja ke negeri Onta sana. Bukan di Tanah Nusantara yang dibangun dari bineka.
Bila ada niat baikmu untuk BERBENAH, sungguh bekerja untuk rayat bukan melunasi hutang politik semata, maka kutitip ibu (kota) negeri-ku padamu. Â
Sekali lagi, kutitip Ibu (kota) negeri-ku padamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H