Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melalui Sindikat Saracen, Jokowi Mau di-PARAKU-kan

30 Agustus 2017   16:56 Diperbarui: 31 Agustus 2017   00:40 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

NGERI! Begitu reaksi Jokowi dalam pertemuannya dengan kelompok penggiat Media Sosial paska terungkapnya sindikat Saracen. Sejatinya perang cyber army di dunia maya selama masa kampanye sudah bukan hal baru dan bukan pula hal yang luar biasa. Masing-masing kubu pasti memliiki cyber army, baik yang sifatnya bayaran maupun sukarela. Apakah Jokowi ngeri karena orang-orang dari kubu Prabowo berada dibelakang sindikat Saracen?

Tentu Tidak!

Jokowi bukan presiden penakut, sebaliknya Jokowi presiden yang jauh lebih berani dibandingkan mantan Jendral sekalipun. Unjuk keberanian itu bisa saya lihat dari beberapa contoh kebijakannya seperti mencabut subsisi BBM, membubarkan Petral, membangun infrastruktur daerah terpencil. Juga aksi keberaniannya untuk menghadapi demonstran 212 dengan modal payung biru. Karena itu Jokowi dengan tegas memerintahkan kepada Kapolri  untuk usut tuntas siapa dibelakang semua ini.

Lantas apa yang membuat Presiden Jokowi ngeri?  Yang buat ngeri  itu strategi perang melawan PGRS/Paraku di hutan belantara Kalimantan Barat sekarang mau dipakai sindikat Saracen dalam perang di belantara Medsos.

Apa itu PGRS/Paraku? Dan Apa kaitannya dengan Sindikat Saracen?

Ada dua nama yang tercantum sebagai penasihat Saracen yaitu Eggi Sudjana and Mayjen Purn Ampi Tanudjiwa. Eggi sudah tidak asing lagi bagi yang mengikuti berita seputar Umroh, baik Umroh terlama maupun Umroh tidak jadi. Yang jelas Eggi bukan temannya Oggy karena temannya Oggy itu si Jack. Ealah...

Mata rantai yang mengaitkan Sindikat Saracen dengan Peristiwa PGRS/Paraku adalah penasihat yang satunya lagi, Mayjen Purn Ampi Tanudjiwa. Jika pembaca menonton acara ILC tadi malam terlihat Ampi sangat berapi-api. Beliau sangat tersinggung dengan tuduhan keterlibatannya dalam Sindikat Saracen. Kehormatan sebagai purnawirawan benar-benar terluka. Dua belas tahun dihutan belantara Kalimantan Barat mempertaruhkan nyawa demi NKRI, masa hari ini mejadi pengkhianat?

Nah apa saja yang dilakukan di hutan belantara Kalbar itu terjawab setelah OI56 mencoba ikut masuk ke belantara Kalbar eh bukan, belantara dunia Maya (yang membuat Ahmad Dhani pusing ketika bersaksi untuk Buni Yani). Dari ngubek-ubek si Maya gak sengaja nemu artikel yang ditulis beliau di sini: http://nusantarakini.com/2017/04/05/si-bunceng-jadi-ketua-dpd-ri-ini-sejarah-oso-yang-penting-diketahui/

Silahkan baca artikelnya dan nilai sendiri.

Namun bukan isi artikelnya yang membuat saya tertarik tapi di signature-nya, setelah nama lengkap ternyata ada embel-embel begini:  Pernah bertugas di Kalbar 1973-1983 (OPS PGRS PARAKU KOMUNIS  dst ... ) Oh jadi itu yang dimaksud dengan 12 tahun di belantara Kalbar toh.

Buat yang belum tahu apa itu Peristiwa Paraku/PGRS. Silahkan digoogle atau kalau malas berikut sejarah singkatnya yang saya rangkum dari Wikipedia. silahkan searching lebih lanjut untuk mengetahui cerita lengkapnya.

Sejarah PGRS/Paraku.

Sejarah PGRS (Pasukan Gerilya Rakyat Serawak) dan PARAKU (Pasukan Rakyat Kalimnantan Utara) tidak terlepas dari peristiwa Ganyang Malaysia di era Soekarno. Sesuai namanya PGRS adalah kelompok orang-orang Tionghoa dan Melayu sayap kiri asal Sarawak yang tidak setuju dengan pembentukan Federasi Malaysia. Bung Karno pun memanfaatkan mereka dalam aksi Ganyang Malaysia. Melalui salah satu menterinya, Oei Tjoe Tat, beliau menggalang kekuatan warga Tionghoa Kalimantan Utara yang anti-Malaysia ini untuk mendukung konfrontasi melawan Malaysia dan Inggris.

Hampir 900 orang Tionghoa Kalimantan Utara berkenan pindah ke daerah Kalimantan Barat untuk diberi pelatihan kemiliteran dan dipersenjatai di Bogor. Walaupun sebagian besar Paraku/PGRS adalah warga keturunan tianghoa tapi juga ada orang melayu dan Dayak yang tergabung didalammnya. Mereka bahu-membahu dengan TNI dan sukarelawan melawan musuh bersama saat itu - Malaysia, sekalipun TNI tidak menyukai kecondongan PGRS ke sayap kiri.

From Hero to Zero

Paraku/PGRS dilatih dengan baik oleh TNI sehingga mampu memberikan perlawanan yang cukup menyulitkan bagi pasukan Gurkha Inggris. Kedua pasukan itu hampir berhasil menghancurkan garnisun 1/2 British Gurkha Rifles dalam sebuah serangan terhadap distrik Long Jawi pada tanggal 28 September 1963. Paraku/PGRS sempat menjadi pahlawan bagi Indonesia selama era konfrontasi.

Seiring perubahan angin politik nasib Paraku-PGRS pun berubah 180 derajat. Pemerintah Orba mengambil jalan damai dengan Malaysia dan Inggris dan konfrontasi pun selesai. Di lain pihak  PKI memanfaatkan situasi paska G 30 S untuk mengkonsilidasi kekuatan di daerah Kalbar dan berhasil memperoleh simpati Paraku-PGRS, sehingga himbauan konsolidasi TNI ditanggapi hanya oleh 99 orang dan sisanya 739 orang memutuskan membangkang. Murid Berontak, Guru Bertindak. TNI yang melatih Paraku/PGRS kini harus berperang melawan muridnya di hutan Kalimantan. Gerakan penumpasan in yang kemudian dikenal dengan Operasi Sapu Bersih (Saber).

Operasi Saber awalnya tidak memuaskan. Selain karena kurangnya tenaga tempur, pihak PGRS/PARAKU lebih mengenal keadaan medan dan dapat menarik simpati suku Dayak setempat. Untuk itu perlu siasat untuk merebut suku Dayak dari Paraku-PGRS sehingga memihak ke TNI.

Peristiwa Mangkuk Merah. Hoaks, Hoaks, Hoaks.

Jika pembaca mau tahu kedahsyatan Mangkok Merah silahkan google konflik Sampit dan lihat sendiri bagaimana orang Madura diusir orang Dayak yang dengan Ritual Mangkok Merah.

Pada dasarnya hubungan Cina-Dayak itu berlangsung harmonis. Setidaknya ada tiga hal yang mendukung hubungan baik ini. Pertama, karena orang Cina yang datang ke bumi Kalimantan ratusan tahun lalu sebagai penambang emas tidak membawa istri. Mereka mengambil perempuan Dayak sebagai istri. Jadi sebenarnya masih ada hubungan darah antara Cina dan Dayak. Maka jangan heran gadis-gadis Dayak ada yang sangat mirip dengan Cina. Kedua, adanya kesamaan budaya Cina dengan Dayak yang sama-sama menghormati leluhur. Dan ketiga selain berbaur atau setidaknya tinggal berdekatan hubungan Cina dan Dayak pada dasarnya saling menguntungkan dimana sebagai pedagang orang Cina membeli hasil perkebunan dari orang Dayak sebuah hubungan yang sama-sama menguntungkan.

Mustahil orang Dayak tidak tahu keberadaan Paraku/PGRS, wong mereka bahkan bisa membedakan mana yang komunis (bintang 5) mana yang non-komunis (bintang 12). Mereka memang membiarkan karena Pasukan Paraku-PGRS membina hubungan baik denagn orang Dayak dan tidak saling mengganggu.

Maka melalui operasi intelijen dibuatlah hoaks demi hoaks untuk memancing permusuhan Dayak melawan Cina. Dalam bahasa ala cersil TNI mengeluarkan Jurus Mengeringkan Kolam (Ethnic Cleansing) untuk Menangkap Ikan (PGRS/Paraku).

Tanggal 3 September 1967 dikabarkan tentara ada 9 tokoh Dayak yang diculik dan dibunuh GTK (Gerombolan Tjina Komunis, julukan baru untuk Paraku/PGRS, logikanya pokoknya kalau Cina sama dengan Paraku/PGRS sama dengan komunis, yang tidak beragama, sedangkan orang Dayak beragama karena itu tidak bisa hidup bersama komunis, hebat bukan?). Kenyataannya kesembilan orang itu tidak semuanya orang Dayak melainkan campuran Dayak, Cina, Melayu, Bugis dan sengaja dikirim ke Paraku-PGRS untuk di bunuh.

Setelah provokasi pertama kurang sukses (mengingat jaman itu belum ada internet bro) provokasi kedua mengabarkan seorang temenggung Dayak di Bengkayang dibunuh dengan keji, alat kelaminnya dipotong dan disumpalkan ke mulutnya (eh kok ada bau-bau Gerwani) dan terdapat tulisan Cina di tubuhnya. Lagi-lagi hoaks karena yang terbunuh sama sekali bukan temenggung Dayak.

Provokasi kedua inipun belum berhasil karena lagi-lagi jaman itu tidak ada Medsos sehingga berita kurang cepat tersebar. Nah selanjutnya yang terjadi adalah kekacauan dan kesimpangsiuran. Ada beberapa versi cerita kejadian selanjutnya sampai peristiwa Mangkok Merah.

Salah satu versi menyebutkan militer mencatut nama JC Oevang Oeray tokoh Dayak, mantan Gubernur yang sangat dihormati suku Dayak, mengumumkan perang dengan Cina melalui RRI dengan membentuk Laskar Pangsuma untuk "memimpin dan menyualurkan gerakan spontanitas .... Sesuai dengan instruksi..." Bingung gak elo bro gerakan spontanitas tapi sesuai instruksi apa maksudnya coba??? Versi lain mengatakan nama Oevang tidak dicatut, nah lho?

Gerakan ini kemudian dikenal dengan "Demonstrasi Suku Dayak" menyebar luas menjadi luapan emosi etnis Dayak, hingga upacara mangkok merah diadakan. Mengenai Mangkok Merah sendiri juga ada kesimpangsiuran karena ada dua versi: yang pakai darah babi dan tidak pakai darah babi. Konon awalnya tujuannya hanya untuk mengusir orang Cina dari pedalaman tanpa adanya tindak kekerasan. Tetapi karena ada sebagian orang Cina yang mencoba melawan akhirnya kekerasan tidak dapat dihindari.

Berkat gerakan Suku Dayak inilah kegiatan-kegiatan PGRS/PARAKU mulai menurun. Tekanan-tekanan Pasukan Indonesia menyebabkan PGRS/PARAKU semakin terjepit. Putusnya jalur logistik dengan mengungsinya ribuan orang Tionghoa menyebabkan banyak anggota PGRS/PARAKU yang menyerahkan diri.

Presiden Soeharto (Piye Kabare Bro), dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 1968 malam, secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Suku Dayak di Kalbar yang telah membantu pemerintah menumpas tuntas sisa-sisa gerombolan PGRS/PARAKU di Kalbar. Luar biasa bukan?

Harga Sebuah Kemenangan Melalui adu domba SARA adalah Tragedi Kemanusiaan.

Gerakan ini menimbulkan ribuan korban baik yang meninggal langsung dalam konflik fisik (dikayau = dipenggal) ataupun meniggal karena penyakit dan kelaparan di tempat pengungsian. Belum lagi  masalah beban pengungsi di kota-kota penampungan, derita psikis yang dialami keluarga korban pembantaian, dan lumpuhnya sirkulasi perdagangan di daerah pedalaman Kalimantan Barat.

Dalam buku Tandjoengpoera B erdjoeng, 1977, disebutkan setidaknya ada 27 ribu orang terbunuh. 101,700 warga mengungsi di Pontianak dan 43,425 orang di nataranya direlokasi di Kabupaten Pontianak.

Apa yang terjadi di Kalimantan pada tahun 1967 adalah tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan. Dua etnis yang harusnya bisa bersatu-padu dalam membangun Kalimantan menjadi lebih baik malah bertikai dan menyebabkan banyak pertumbahan darah

Hal-hal semacam ini sudah sepantasnya tidak terjadi lagi. Sebagai orang Indonesia yang cerdas, kita semua harus bisa berpikir jernih. Mengolah informasi yang ada agar bisa menyatakan mana yang benar dan mana yang salah. Hoaks yang belakangan ini beredar di Indonesia sebenarnya sudah sangat menjurus rasial dan akan menjadi bahaya jika terus dibiarkan.

Demikain agen OI56 dari MI6 mengakhiri laporan Intelijen ini. Semoga pembaca yang sudah bersabar membaca tulisan panjang ini dapat memetik hikmahnya sehingga bisa  memahami mengapa ada sekelompok orang yang mati-matian memanggil-manggil arwah PKI yang sudah lama mati sambil mem-bundle-nya dengan sentimen anti Asing-Aseng_Asong. Mengapa ada makhluk yang keukeuh menuduh Jokowi keturunan Cina dan meragukan umur Ibunda Jokowi. Mengapa tuduhan PKI di mana-mana termasuk lambang BI di uang kertas. Mengapa Patung Kong Co mau dirobohkan, mengapa isu jutaan TKA asal Cina membanjiri Indonesia.... Bangun-bangun... !!!

Salam PIYE KABARE BRO.... !!!

(rangkuman dari berbagai sumber).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun