Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melalui Sindikat Saracen, Jokowi Mau di-PARAKU-kan

30 Agustus 2017   16:56 Diperbarui: 31 Agustus 2017   00:40 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka melalui operasi intelijen dibuatlah hoaks demi hoaks untuk memancing permusuhan Dayak melawan Cina. Dalam bahasa ala cersil TNI mengeluarkan Jurus Mengeringkan Kolam (Ethnic Cleansing) untuk Menangkap Ikan (PGRS/Paraku).

Tanggal 3 September 1967 dikabarkan tentara ada 9 tokoh Dayak yang diculik dan dibunuh GTK (Gerombolan Tjina Komunis, julukan baru untuk Paraku/PGRS, logikanya pokoknya kalau Cina sama dengan Paraku/PGRS sama dengan komunis, yang tidak beragama, sedangkan orang Dayak beragama karena itu tidak bisa hidup bersama komunis, hebat bukan?). Kenyataannya kesembilan orang itu tidak semuanya orang Dayak melainkan campuran Dayak, Cina, Melayu, Bugis dan sengaja dikirim ke Paraku-PGRS untuk di bunuh.

Setelah provokasi pertama kurang sukses (mengingat jaman itu belum ada internet bro) provokasi kedua mengabarkan seorang temenggung Dayak di Bengkayang dibunuh dengan keji, alat kelaminnya dipotong dan disumpalkan ke mulutnya (eh kok ada bau-bau Gerwani) dan terdapat tulisan Cina di tubuhnya. Lagi-lagi hoaks karena yang terbunuh sama sekali bukan temenggung Dayak.

Provokasi kedua inipun belum berhasil karena lagi-lagi jaman itu tidak ada Medsos sehingga berita kurang cepat tersebar. Nah selanjutnya yang terjadi adalah kekacauan dan kesimpangsiuran. Ada beberapa versi cerita kejadian selanjutnya sampai peristiwa Mangkok Merah.

Salah satu versi menyebutkan militer mencatut nama JC Oevang Oeray tokoh Dayak, mantan Gubernur yang sangat dihormati suku Dayak, mengumumkan perang dengan Cina melalui RRI dengan membentuk Laskar Pangsuma untuk "memimpin dan menyualurkan gerakan spontanitas .... Sesuai dengan instruksi..." Bingung gak elo bro gerakan spontanitas tapi sesuai instruksi apa maksudnya coba??? Versi lain mengatakan nama Oevang tidak dicatut, nah lho?

Gerakan ini kemudian dikenal dengan "Demonstrasi Suku Dayak" menyebar luas menjadi luapan emosi etnis Dayak, hingga upacara mangkok merah diadakan. Mengenai Mangkok Merah sendiri juga ada kesimpangsiuran karena ada dua versi: yang pakai darah babi dan tidak pakai darah babi. Konon awalnya tujuannya hanya untuk mengusir orang Cina dari pedalaman tanpa adanya tindak kekerasan. Tetapi karena ada sebagian orang Cina yang mencoba melawan akhirnya kekerasan tidak dapat dihindari.

Berkat gerakan Suku Dayak inilah kegiatan-kegiatan PGRS/PARAKU mulai menurun. Tekanan-tekanan Pasukan Indonesia menyebabkan PGRS/PARAKU semakin terjepit. Putusnya jalur logistik dengan mengungsinya ribuan orang Tionghoa menyebabkan banyak anggota PGRS/PARAKU yang menyerahkan diri.

Presiden Soeharto (Piye Kabare Bro), dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 1968 malam, secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Suku Dayak di Kalbar yang telah membantu pemerintah menumpas tuntas sisa-sisa gerombolan PGRS/PARAKU di Kalbar. Luar biasa bukan?

Harga Sebuah Kemenangan Melalui adu domba SARA adalah Tragedi Kemanusiaan.

Gerakan ini menimbulkan ribuan korban baik yang meninggal langsung dalam konflik fisik (dikayau = dipenggal) ataupun meniggal karena penyakit dan kelaparan di tempat pengungsian. Belum lagi  masalah beban pengungsi di kota-kota penampungan, derita psikis yang dialami keluarga korban pembantaian, dan lumpuhnya sirkulasi perdagangan di daerah pedalaman Kalimantan Barat.

Dalam buku Tandjoengpoera B erdjoeng, 1977, disebutkan setidaknya ada 27 ribu orang terbunuh. 101,700 warga mengungsi di Pontianak dan 43,425 orang di nataranya direlokasi di Kabupaten Pontianak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun