Mohon tunggu...
Old Imp
Old Imp Mohon Tunggu... Administrasi - Penyeimbang

Urlicht

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puisi 7 Langkah

1 Desember 2015   18:19 Diperbarui: 1 Desember 2015   18:19 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina demikian bunyi peribahasanya. Bagi yang mengenal cerita Samkok, rasanya cocok benar peribahasa tersebut karena begitu banyak yang dapat dipelajari dari Cerita Klasik tersebut. Tidak hanya intrik politik dan strategi perang, juga sastra yang bermakna sangat dalam. 

Sepotong kisah dalam Samkok menceritakan bahwa setelah Cao Cao meninggal terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anaknya Cao Pi dan Cao Zhi. Cao Pi terkenal licik dan ambisius sedangkan Cao Zhi jago dalam sastra, namun sayangnya dia juga seorang pemabuk. Cao Zhi sangat disayang Cao cao karena bakat sastranya namun kebiasaan mabujnya menyebabkan ayahnya akhirnya memilih Cao Pi sebagai penggantinya.

Cao Pi tetap menganggap Cao Zhi sebagai ancaman dan dalam suatu kesempatan karena Cao Zhi berbuat kesalahan hendak di hukum mati Cao Pi. Ibu kandung mereka memohon ampun atas anaknya Cao Zhi kepada Cao Pi. Awalnya Cao Pi setuju tapi patihnya yang tak kalah licik mengusulkan untuk mengetes kemampuan sastra Cao Zhi. Jika ia berhasil maka bebas dari hukuman mati, jika tidak maka Cao Zhi akan dieksekusi.

Cao Zhi ditantang untuk membuat puisi dari lukisan dua bateng yang sedang beradu dalam tujuh langkah tanpa menyebutkan secara eksplisit gambar yang ada dalam lukisanya. Cao Zhi melakukannya dengan bait pada tantangan pertama. Namun Cao Pi belum puas, dan menyuruh Cao Zhi membuat puisi lagi dengan tema persaudaraan mereka berdua tanpa menyebut kata saudara dalam tujuh langkah maka Cao Zhi pun berdeklamasi:

Zhu dou ran dou chi

dou zai fu zhong qi

ben shi tong gen sheng

xiang jian he tai ji

Bah apa pula itu artinya? Terjemahan harafiahnya kira-kira begini:

Menanak kacang dengan menyalakan kayu tangkainya

Kacang meratap dalam ketel/panci

Walau Berasal dari akar yang sama

Mengapa begitu bernafsu saling memusnahkan?

Mendengar puisi ini tergeraklah hatinya Cao Pi dan menangis. Cao Zhi pun selamat dari hukuman mati dan hanya diasingkan.

Samkok bukan sepenuhnya fakta sejarah karena sudah mengalami romantisasi. Mungkin perbandingan fakta dan fiksi 70:30. Namun demikian Samkok tetap dianggap karya klasik Cina yang penting. Maka jika ada yang menuduh Kompasiana tak sepenuhnya berisi fakta maka jangan kita marah karena memang demikian adanya. Tapi bukankan kompasiana juga dapat memberi makna?

Dan bukankah puisi 7 langkah diatas masih tetap relevan dengan kondisi bangsa kita saat ini. 

Walau kita satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa

Mengapa begitu bernafsu saling memusnahkan?

Mari menangis bersama Cao Pi dan ampunilah saudara kita. Bencilah kejahatan, jangan orangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun