Mohon tunggu...
Muhammad Abror S
Muhammad Abror S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasantri Ma'had Aly PP An-Nur II "Al-Murtadlo", Malang

Sejak kecil bercita-cita menjadi sukses, tapi tidak pernah spesifik dalam bidang apa :D

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Menemukan Cinta di Ramadan

24 Maret 2024   12:02 Diperbarui: 25 Maret 2024   08:29 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan, sebagai salah satu bulan sakral bagi umat Islam, senantiasa disambut dengan kegembiraan dan antusiasme yang tinggi. Sehari sebelum masuk bulan Ramadan, masjid-masjid ramai dengan kegiatan bersih-bersih, karpet-karpet dijemur, lampu-lampu diganti, halaman disapu bersih, dan tiap sudut masjid dibersihkan dari noda dan debu. Hal demikian juga terjadi di lorong-lorong berkelok pemukiman warga.

Namun, di tengah keramaian itu, ada satu sosok yang malah bingung melihat fenomena yang terjadi. Dia adalah Cak Kolis, seorang santri lulusan pondok pesantren yang cukup besar di kotanya. Ia memang kerap bingung dengan perilaku penduduk di kampungnya, yang menurutnya bertentangan dengan pengetahuan yang ia dapat di pesantren.

Kebingunan Cak Kolis muncul karena melihat kegembiraan yang terukir di wajah orang-orang kampungnya saat Ramadan datang. Benarkah mereka merindukan bulan Ramadan, benarkah mereka suka berpuasa, benarkah mereka suka solat tarawih? Padahal puasa, salat dan kewajiban lain yang Allah tetapkan -pada dasarnya- merupakan hal yang tidak kita sukai.

Cak Kolis mengingat-ingat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya,

:

"Rasulullah bersabda: Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disenangi, dan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang disenangi (syahwat)." (H.R Muslim)

Keterangan lebih panjang disampaikan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Hajjaj,

"Termasuk dalam al-Makarih (hal yang tidak disenangi), adalah bersungguh-sungguh dalam ibadah, konsisten dalam pengerjaannya, dan bersabar atas kesulitannya."

Dari penjelasan Imam Nawawi, Cak Kolis menyimpulkan, puasa juga termasuk al-Makarih karena puasa juga ibadah.

Cak Kolis juga merujuk pada sebuah keterangan yang lebih jelas dalam kitab al-Mafatih fi Syarhi al-Mashabih yang dikarang oleh Imam Mudzhiri dari mazhab Hanafi,

"Surga dikelilingi oleh berbagai macam kesulitan dan cobaan, yang merupakan kewajiban syariat seperti puasa, shalat, haji, dan zakat. Sungguh, hal ini memberatkan bagi jiwa-jiwa."

Hal tersebut membuat Cak Kolis semakin bingung. Mengapa orang-orang bisa sebahagia itu menyambut cobaan yang diturunkan oleh Allah.

Tak mau ambil pusing, Cak Kolis lebih memilih scroll tiktok. Di tengah masa scroll-nya, vidio quotes cinta cuplikan dari tausiyah Gus Kautsar muncul. "Mencintai itu tidak hanya sekedar kita tidak menyakiti orang yang kita cintai. Tapi kesiapan kita untuk selalu menerimarasa sakit yang diberika oleh orang yang kita cintai," begitulah ucap Gus Kautsar dalam vidio itu.

Vidio tersebut memicu ingatan Cak Kolis berkelana menuju keterangan Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-Din. Begini penjelasannya,

"Karena kekuatan cinta akan membangkitkan kegembiraan yang mampu menutupi rasa sakit dalam cinta. Beberapa orang telah mencapai tingkat cinta kepada Allah di mana mereka mengatakan, 'Kami tidak membedakan antara cobaan dan nikmat, karena semuanya datang dari Allah, dan kami tidak merasa bahagia kecuali dengan apa yang membawa keridaan-Nya'."

Ingatan tersebut menyadarkan Cak Kolis, derajat cintanya kepada Allah masih berada di bawah orang-orang kampungnya. Cak Kolis belum bisa menerima cobaan yang diberikan Allah dengan senang hati, berbeda dengan mereka. Akhirnya Cak Kolis sadar, suka cita dan keikhlasan orang-orang menyambut Ramadan adalah bentuk cinta mereka kepda Allah.

Cak Kolis makin mantap setelah mengingat salah satu maqolah Imam Nawawi,

"Siapa yang mencintai sesuatu, maka ia adalah budaknya"

Kini, Cak Kolis sudah bisa tersenyum bersama warga kampungnya menyambut datangnya Ramadan. Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang ikhlas menerima apapun yang Allah tetapkan, seperti Cak Kolis dan warga kampungnya. Amiin. Allahu a'lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun