Hal tersebut membuat Cak Kolis semakin bingung. Mengapa orang-orang bisa sebahagia itu menyambut cobaan yang diturunkan oleh Allah.
Tak mau ambil pusing, Cak Kolis lebih memilih scroll tiktok. Di tengah masa scroll-nya, vidio quotes cinta cuplikan dari tausiyah Gus Kautsar muncul. "Mencintai itu tidak hanya sekedar kita tidak menyakiti orang yang kita cintai. Tapi kesiapan kita untuk selalu menerimarasa sakit yang diberika oleh orang yang kita cintai," begitulah ucap Gus Kautsar dalam vidio itu.
Vidio tersebut memicu ingatan Cak Kolis berkelana menuju keterangan Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-Din. Begini penjelasannya,
"Karena kekuatan cinta akan membangkitkan kegembiraan yang mampu menutupi rasa sakit dalam cinta. Beberapa orang telah mencapai tingkat cinta kepada Allah di mana mereka mengatakan, 'Kami tidak membedakan antara cobaan dan nikmat, karena semuanya datang dari Allah, dan kami tidak merasa bahagia kecuali dengan apa yang membawa keridaan-Nya'."
Ingatan tersebut menyadarkan Cak Kolis, derajat cintanya kepada Allah masih berada di bawah orang-orang kampungnya. Cak Kolis belum bisa menerima cobaan yang diberikan Allah dengan senang hati, berbeda dengan mereka. Akhirnya Cak Kolis sadar, suka cita dan keikhlasan orang-orang menyambut Ramadan adalah bentuk cinta mereka kepda Allah.
Cak Kolis makin mantap setelah mengingat salah satu maqolah Imam Nawawi,
"Siapa yang mencintai sesuatu, maka ia adalah budaknya"
Kini, Cak Kolis sudah bisa tersenyum bersama warga kampungnya menyambut datangnya Ramadan. Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang ikhlas menerima apapun yang Allah tetapkan, seperti Cak Kolis dan warga kampungnya. Amiin. Allahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H