Pagi ini langit masih menyimpan cahaya mentari, sisa-sisa air hujan tadi malam yang menempel di dedaunan, masih segar dan jatuh membasahi bumi. Begitu juga saat melihat air di muka jalan yang berlubang masih menggenang. Sekali dilewati kendaraan besar dan cepat, cipratan air keruh langsung mengenai sekitarnya.
"Fy bangun, tolong mas antar ke terminal!" Beberapa kali istri membangunkannya, tapi beberapa menit berkata "ya," matanya mengatup lagi.
"Raffy, bangun!" Kini suara istri lebih mengeras, membuat Raffy langsung berdiri dari tidurnya dan menuju kamar mandi.
"Jangan lama-lama, nanti mas terlambat kerja!"
Aku menunggunya duduk di sofa kamar tamu, memasang headset di telinga kiriku dan menikmati lagu lewat gawai yang ada di tanganku. Yang aku suka dari aplikasi gawai adalah sportify, di situ bebas memilih genre musik. Agar perjalanan menuju Surabaya, nyaman dan langsung bisa menikmati lagu dan menyerap beberapa ilmu dari podcast ataupun dari YouTube.
Delapan menit telah berlalu, Raffy telah mempersiapkan diri, dan mengantarkanku ke terminal. Alhamdulillah sampai depan terminal aku langsung mendapat bus yang biasanya lama menunggu, memilih bus yang tak penuh. Kalau penuh, siap-siap berdiri dari Mojokerto sampai Surabaya.
Alhamdulillah pagi ini aku mendapatkan bus yang agak kosong, Aku naik langsung mengambil tempat duduk di pojok yang paling belakang. Tidak seperti dulu saat pandemi, walaupun bus kosong tidak langsung duduk aku ingat prokol kesehatan pandemi covid 19, menjaga jarak, dan memakai masker. Saat itu aku bingung, walaupun ada tempat duduk kosong aku tetap berdiri.
Pagi ini, 06:15. Kunikmati, cahaya mentari yang mulai menghapus embun, sisa-sisa air yang memeluk daun pepohonan dunia mulai sirna.
Beberapa menit kemudian kondektur bus berkataÂ
"Yang baru Mojokerto
Saya menoleh ke samping,
"Ke Bungurasih pinten pak? "
"9 rb,"
Aku mengeluarkan selembar uang 10 ribu, sisa kemarin malam beli Mie Ayamnya Cak Man. Setiap hari Sabtu saya kadang naik bus, tak menjumpai pengamen. Biasanya kebanyakan dari mereka akan muncul di siang hari, tapi pagi ini di bus ini aku tumpangi menjumpai pengamen yang salah satu matanya rata, sebuah gitar kecil dikalungkan di lehernya mulai ia sentuh. Ia bersama temannya yang memegang alat tabuh memainkannya terdengar teduh.
Si pengamen wajah rata setengah itu, mulai mengeluarkan suaranya, sungguh indah dan enak didengar. Semua orang di bus ini, terbius oleh lagu-lagu yang dibawakannya. Walaupun salah satu telingaku tertutupi headset masih bisa menikmati lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Diantara lagu yang didendangkannya adalah lagu milik ArmadaÂ
Syukuri apa adanya
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tuhan pastikan menunjukkan
Kebesaran dan Kuasa-Nya
Bagi hamba-Nya yang sabar
Dan tak kenal putus asa
Aku termenung sebentar memaknai kehidupan. Tiba-tiba gawaiku memberi notifikasi 20%, lalu kuletakkannya di dalam saku. Headset juga kulepas, kumasukkan ke dalam tas. Lagu-lagu yang dinyanyikannya semakin asyik. Apalagi lagu viral yang nyanyikan penyanyi cilik Farel.
Wong ko ngene kok dibanding-bandingke
Saing-saingke, Yo mesti kalah
Ku berharap engkau mengerti, di hati ini
Hanya ada kamu
Lagu tersebut merupakan lagu akhir yang dinyanyikan oleh muka setengah rata. Saat itu aku mengingat anakku Hafiza kalau di Surabaya dibelikan ikan bandeng, terus Hafiza melafalkannya "Bandeng-bandengke, saeng-saengke." Kutertawa geli sebelum menikmati bandeng tersebut.
Beberapa menit kemudian temannya si muka setengah rata, mengulurkan tangannya ke para penumpang sambil memegang bungkus Snack. Para penumpang ada yang memasukkan rezekinya di kantung plastik tersebut, juga ada yang enggan. Saat pengamen tersebut mendekat, ku memasukkannya selembar rezeki berwana coklat.
Mentari telah menampakkan cahayanya, dibalik pepohonan yang kami lewati. Mereka menghilang entah ke kemana saat turun di lampu merah, setelah beberapa penumpang dan pengamen baru naik di dalam bus. Waktu terus melaju, kunikmati perbedaan penumpang baru tersebut sampai ke tempat pemberhentian.
***
Mojokerto, 25 Februari 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H