Oleh: M. Abd. Rahim
Apa yang kalian pikirkan ketika membaca cerpen, novel atau karya fiksi orang lain? Apalagi sebuah novel yang ditulis oleh sesama teman. Atau beberapa buku fiksi yang dipajang di toko buku, atau di perpustakaan sekolah.
Tidak lain ingin membuat karya fiksi sendiri bukan! Dan akan bangga ketika mempunyai buku fiksi sendiri yang telah dipajang di toko buku atau di perpustakaan sekolah pada saat itu dibaca, dinikmati oleh masyarakat maupun siswa-siswi kita.
Ada pernyataan bahwa cerita fiksi itu adalah bagian dari mapel yang aku ajarkan. Harusnya aku bisa menulis. Â Tetapi ternyata belum bisa menulis cerita fiksi sampai sekarang. Â Aku orangnya suka menulis yang mengarah pada karya ilmiah. Bagiku menulis fiksi sangat sulit. Tidak tahu harus memulai dari mana, benar-benar berat.
Baik dari pernyataan di atas mari kita belajar memahami bagaimana menulis cerita fiksi. Sebelum lebih lanjut mari kita membahas tentang cerita fiksi. Menurut KBBI cerita fiksi adalah cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); 2 rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan, atau pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.
Maka dalam menulis cerita fiksi ini kita berimajinasi yang tak terbatas, menghayal apa yang kita harapkan di dalam hati dan fikiran. Karena fiksi berasal dari imajinasi, maka kita sebagai penulis bebas menambahkan bumbu penyedap pada kisah-kisah nyata, atau sebaliknya dari kisah-kisah nyata kita bumbui dengan hal-hal yang berbau imajinasi.
Macam Bentuk Cerita Fiksi
Sebelum lebih lanjut, kita pahami macam bentuk cerita fiksi. Dalam hal ini ada beberapa bentuk cerita fiksi diantaranya:Â
a. Fiksimini: Â yaitu fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Atau beberapa kata yang menggambarkan satu cerita yang utuh. Berikut adalah contoh fiksimini yang terkenal For sale: baby shoes, never worn. Ernest Hemingway. Jika diperhatikan, secuil kalimat itu memiliki maknanya luas dan dalam.