***
Tepat tanggal 28 Januari enam tahun silam, gerimis membasahi bumi dan koade pernikahan. Kami khawatir, langit tak sahabat dan angin, hujan semakin mengamuk. Alhamdulillah ternyata hari pernikahan yang dibuatkan ayah dengan izin Allah memberi hawa sejuk ketika kami ijab kabul.
"Saya terima nikahnya Risdza Masjannah Puteri bin bapak Mudjaeri dengan mas kawin tersebut, tunai!" Jawabku saat bapak mertua menikahkan kami. Acara tersebut disaksikan oleh ibu, ayah, dan saudara-saudara saya. Pada saat itu langit masih cerah ikut menyaksikan pernikahan kami.
Lantunan sholawat yang indah mengiringi kami berdua, aku cium kening istriku. Aku menyalami bapak mertuaku, "Jaga anakku ya Him" Pesan beliau kepadaku. Dan kujawab, "Injih insyaallah Ayah." Aku menuju Ibuku, kucium tangannya ku peluk tubuhnya. Air matanya meleleh sambil berkata "Jaga Istriku dengan baik ya nak!"Â
Entah mengapa air mataku tumpah dan sesak dalam dada, aku mengerti karena ibuku setelah menikah cintanya akan kubagi dengan istri. Kunjungan ke rumah, dan perhatian akanlah tidak seperti sebelum menikah. Kuingin melangkah, tapi tangis Ibu semakin deras. Kutaktega, kuberhenti sejenak sambil kuusap air matanya dengan kedua tanganku dan berkata.
"Insyaallah kami akan sering berkunjung ke rumah kok Mak!"Â
Pada saat ganti baju istriku bertanya, "Kenapa ibu menangis?" Dan kujawab, "Karena ketika aku belum kuliah aku yang sering dimintai tolong dirumah. Saat bangun malam, aku yang dibangunkan mengantarkannya ke kamar mandi membersamainya salat malam. Saat minta motongin kuku tangan dan kaki aku yang sering disuruhnya. Mungkin banyak yang dikenang masa-masa saat di rumah dulu"
Istriku manggut-manggut dan memahaminya.
Diluar sana Group Sholawat IQMA UINSA masih melantunkan lagu-lagu indah. Musiknya rancak dan memberi ketenangan dan memberi keindahan suasana pernikahan. Hujan belum turun, masih malu-malu dibalik awan hitam melihat pernikahan kita.Â
Setelah ganti baju kami duduk di pelaminan bersama kedua orang tuaku dan ayah ibu mertua. Abah Dayat sedang membarikan tausiyah kepada kami. Tamu undangan berdatangan, melewati, menyelami, dan mendoakan kami. Kemudian mereka kami persilahkan ke dalam untuk memilih makanan yang mereka suka.Â