Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Habis Gelap Terbitlah Terang

25 Desember 2022   04:08 Diperbarui: 25 Desember 2022   06:14 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/diolah dengan canva.com

Habis Gelap Terbitlah Terang

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Akhir tahun ini banyak hal yang harus dijadikan pengalaman seperti kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja. Dosa kecil atau besar, pernah dilakukan oleh semua manusia. Karena pada dasarnya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. 

Istilah "Habis Gelap Terbitlah Terang" memang dimiliki oleh R. A. Kartini, bagiku juga bisa dijadikan kata kunci intropeksi diri untuk menginspirasi bagaimana setiap manusia tak luput dari kegelapan dunia, berusaha menghindar dari kelamnya lautan kehidupan. 

Maka pada kesempatan akhir tahun ini tidak ada salahnya introspeksi diri demi menyambut dan mengisi tahun baru yang lebih baik sampai kedepannya. Di dalam Islam ada istilah "Minaz zulumati ilannur" yang artinya "Dari kegelapan menuju cahaya terang benderang." 

***

Baca juga: Liburan

Malam berbalut kabut, cahaya remang bulan menemaniku duduk di bawah pohon yang berada di blok M kampus tercinta. Sisa air hujan masih terlihat pada tanah dan rerumputan yang basah. Aku seorang diri mencari ketenangan dahir maupun batin. Kadang bunyi perut karena lapar menemaniku, sampai ada sekolompok mahasiswa nyangkruk minum kopi yang dijoin secara bergantian.

Baca juga: Doa Ibu

"Hai Mas dari mana, ayo sini gabung bersama kami!" Perintah seseorang yang belum aku kenal sama sekali. 

Aku masih status mahasiswa baru, yang belum mengenal satu sama yang lain. Ikut di gerombolan itulah aku mencoba sosialisasi diri, dan aku menemukan komunitas, yang sosialis yang bisa dikatakan seduluran layaknya saudara sendiri.

Aku datang gabung bersama mereka, aku menyalami satu persatu sambil berkata

" Alif"

"Adul"

"Barok"

"Hery"

"Yunus"

Aku duduk, memesan segelas teh hangat, untuk menghangatkan tubuhku. Beberapa menit kemudian kunikmati teh tersebut.

Namun, hari demi hari aku mengetahui kebiasaan yang menurutku janggal. Mereka mencoba menjauh dari perintah Allah. Mereka lupa ibadah, atau salat lima waktu. Waktu puasa juga ada yang meremehkannya.

Tidak lama aku mengikuti jejak mereka, dan mulai hidup di tempat tinggal mereka. Selama tinggal di bascamp, aku sering lupa untuk beribadah. Karena suara adzan masjid tak sampai di ruangan tersebut. Tingkahku mulai aneh, tidak bisa merawat diri.

Aku mulai terbiasa begadang tiap malam, sambil gitaran dan nyanyian-nyanyian. Dan paginya tidak bisa bangun subuh dan sering terlambat kuliah. Ketika basecamp mengadakan pentas, aku kadang ikut tampil dan parasku tidak karuan. Cat yang menempel pada tubuhku siang itu, tidak sah untuk mengambil air wudhu atau mandi besar.

Ketika malam pentas, mas Rus kakakku ikut menonton pentasku, karena undangan senior. Setelah pentas aku bertemu dengannya dan memberiku beberapa nasihat. Dan paginya aku diajak bapak rumah temannya dan menempati Masjid yang diasuhnya.

"Semoga dengan bertempat di Masjid ini, kamu kerasan!" Kata Abah Dayat

***

Setelah bertempat di Masjid, hari-hariku berubah. Kebiasaan malamku bersih-bersih kamar mandi masjid, menyapu masjid. Salat lima waktu kujulankan terus, mulai dari subuh sampai Isak. Karena aku harus bangun dan siap-siap adzan pada waktunya. 

Tugasku selain menjadi muadzin, saat satu bulan juga terlewati. Tugasku ditambah untuk mengajar anak-anak dan menjadi guru TPA. Mengajarinya agar mereka bisa membaca kitab suci dan doa-doa harian. Kebiasaanku berubah drastis, dari gelap menuju terang.

Setelah salat subuh, aku berdzikir dan berdoa dan membaca Alquran dengan meneteskan air mata. Abah Dayat menghampiriku, "Mas Alif sepertinya ada masalah!"

"Mboten nopo-nopo Abah" Jawabku

"Tak percaya, pasti ada masalah. Raut mukamu tak bisa membohongi?"

"Diakhir tahun ini aku banyak hutang!"

"Oh menurut Kyaiku saat mondok dulu, jangan lupa setiap selesai salat membaca Alam nashroh..sampai selesai. Dibaca satu kali setiap selesai salat secara continue, insyaallah Allah memberi kemudahan." Jawabnya memberi solusi hidupku

"Dan jangan lupa berdoa, Allahumma inni naudzubika minal hammi walhazan, wanaudzubika minal ajzi walkasli, waljubni, walbukhli, wanaudzubika min gholabati daini waqohri Rijal." Lanjutnya. 

"Semoga atas izin Allah, segala masalahmu tuntas dan selalu diberikan kelancaran. Mudah-mudahan di awal tahun baru besok bisa membuka lembaran baru, lembaran kehidupan yang lebih baik lagi, yang lebih diridai Allah."

"Amin ya rabbal alamin, matursembhnwun katah Abah" Jawabku.

***

Tuban, 25 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun