"Siapa laki-laki itu?" Teriak pak Hadi ayah Irine. Ibunya Irine yang baru masuk ke kamar kaget. Aku tak sempet menyalaminyaÂ
"Ayah istirahat dulu!" Pinta ibu Suci istrinya
"Ayah, Aku lagi belajar bersama Mas Radit. Besok ada ujian Matematika, dia yang jago dalam matematika." Jawab  Irine
Bu suci mendampingi dan menenangkan suaminya-menuju ke kamar.Â
"Sudah ke sana dulu, temani temanmu!" Perintah ibunya pada Irine.Â
Saat Irine kembali di depanku wajahnya berubah, tidak ada lagi kebahagiaan di wajahnya. Yang ada hanya ketakutan dan keraguan cinta.
"Maafin aku ya mas Radit, sepertinya belajar bersama malam ini kita tunda dulu. Sepertinya ayah ada masalah dengan kerjaannya."
Aku pulang belajar bersama dari rumah Irine, ada sedikit keraguan masa indah remajaku. Dan sepertinya ayahnya Irine tidak menyukaiku, dan tidak akan menyetujui hubunganku dengan anaknya Irine. Aku tahu Aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan keluarga irine adalah berdarah biru, hubunganku dengan Irine sepertinya tak akan menyatu.
"Rin ku pamit ya, ini uangmu yang kupinjam tadi. Terimakasih banyak ya atas kebersamaannya selama ini. Salam pada orang tuamu." Kataku saat pamit pulang.
Irine meneteskan air mata
***