Di sepanjang jalan menuju rumah Irine, aku melihat lampu jalanan menyala indah. Apalagi gedung-gedung megah yang menyala warna warni. Pesona malam yang penuh kedamaian, dibumbuhi cahaya bulan.
Aku mencoba berhati-hati, saat melewati jalan yang sunyi. Ingin mempercepat kuatir terpeleset karena jalan licin. Masa depanku masih panjang, cita dan cintaku belum sepenuhnya kumiliki dengan ikatan cincin. Aku ingin membahagiakan ibuku, keluargaku dengan belajar yang giat, menggali ilmu dengan penuh semangat.
"Ya Allah berikanlah umur yang panjang kepada ibu, sampai beliau melihat kesuksesanku, sampai melihat kebahagiaanku, sampai melihat anak cucu." Doaku dalam hati
***
Setiba rumah Irine, tak kujumpai orang tuanya. Hanya bibi Cynthia yang menemani. Bibi Chintya adalah teman sekaligus pembantu di rumah Irine.Â
"Assalamualaikum Bi, apa Irin di rumah?"
"Oya silahkan masuk, mas Radit ya!"
"Ya Bi, kok tahu namaku?"
"Tadi non Irin yang ngomong, silahkan duduk mas!" Perintahnya
Saat menduduki kursi di ruang tamu, sangat empuk dan lembut. Aroma ruang tamu yang wangi dan mewah dilengkapi dengan pendingin ruangan. Di depan ada TV LED yang berukuran 32 inch yang dilengkapi internet.
"Asyik nih buat nonton piala dunia 2022!" Aku memencet remot control yang ada di meja tamu. Beberapa menit melihat tayangan sepak bola Irine datang.