"72 ribu"
"Kwitansinya ya pak!"
Aku sangat berterima kasih, karena aku adalah orang pertama yang dilayaninya. Sehingga aku tidak harus menunggu lama karena biasanya banyak mahasiswa yang menjilid skripsinya di sini.
Menjumpai anak sekolah, para Maha Siswa mengerjakan tugas akhirnya. Mereka adalah berjalan menuju proses masa depan yang cerah. Yang tidak lain adalah guru sebagai pengantar kesuksesannya tersebut.
"Ya Allah berikanlah kesehatan pada semua guru-guruku, guru-guru Indonesia yang mendidik anak bangsa. Karena merekalah aku tahu, karena ilmu dari merekalah hati dan fikiranku bercahaya menatap masa depan yang lebih cerah." Doaku sambil jalan kembali ke sekolah
"Untuk para teman-temanku yang sering melukai hati bapak atau ibu guru segeralah minta maaf kepadanya, mintalah rida darinya karena dari rida tersebut hidup kita akan mulia. Ingatlah para teman-teman sekolahku jangan pernah menyakiti guru, karenanya kita tidak bisa memperoleh barokahnya ilmu."
"Guruku tetaplah menjadi obor untukku, berilah cahaya dengan ilmu-ilmumu. Selamat Hari Guru Pak Alif dan guru-guruku semua. Maafkan segala kesalahan dan kebodohan. Semoga langkahmu selalu di permudah oleh-Nya, semoga ilmu yang kau beri menjadi cahaya masa depanku dan anak bangsa." Aku berdoa dalam Sukma dan meneteskan air mata.
***
Surabaya, 25 November 2022
Naskah ke-27, tantangan dari dokjay 30 hari menulis di KompasianaÂ
***