Hujan Di Akhir Bulan
Oleh: M. Abd. Rahim
***
"Tuhan selamatkanlah Aku dan keluargaku dari marabahaya, begitu juga hujan yang sering melanda akhir bulan ini jadikanlah berkah dan bahagia. Hujan dimana kau berada, turunkanlah rezeki bukan pati. Kirimkanlah angin berhembus kerinduan dan kenyamanan bukan menghembuskan nafas akhir setiap insan. Bukan sumber air menjelma banjir mengiringi malam sunyi, tapi jadikanlah sumber mata air yang jernih dan suci" Doaku malam itu.Â
Radit malam itu sungguh kasian pada fenomena alam, kemudian terjadi gempa. Khususnya di daerah Cianjur Jawa Barat. Anak-anak mengaji menjadi korban. Masa depan anak bangsa, terjerat bencana. Rumah hancur terkubur, ribuan insan mengungsi dan bersukur. Menemukan lorong-lorong hampa terisi kedamaian dan pelipur lara.Â
Malam berbalut hujan, aku mencoba menerawang masa depan. Enam bulan lagi Aku akan meniggalkan sekolah dan masuk di dunia kerja, tapi aku akan melewatinya dulu beberapa ujian. Ujian Akhir Semester, Ujian Akhir Sekolah, Ujian Praktik dan Uji Kompetensi Kelulusan. Apakah aku mampu melewatinya dengan baik, atau hanya memakai belajar gebut semalam. Apalagi malam penuh tantangan hujan berangin, dan lampu tiba-tiba padam.
"Dit, jangan lupa belajar, sebentar lagi ujian" Perintah Ibuku di suatu malam
Hujan rintik, kemudian menjelma prajurit hujan yang siap menembus loteng-loteng rumah. Mereka membuat gemuruh, apalagi suara guntur menggelegar dan kilat menyambar.
"Aku kan sudah terbiasa, belajar tiap malam. Jangan kuwatir Bu!, nilai Radit akan baik-baik saja" KatakuÂ
Ibuku juga mengingatkan, "Apa lilin kemarin masih ada, kalau habis segera beli ke Toko sebelah!"Â
Tiap kali Radit belajar, pasti ada gangguan dan cobaan. Banyak godaan tidak hanya itu saja, tapi cobaan yang sering kita lupa belajar adalah ponsel. Apalagi yang sudah dilengkapi dengan beberapa aplikasi Game Online dan aplikasi lainnya. Radit bukanlah tipe penyuka Game Online, tapi dia menggunakan ponselnya untuk mengupgrade pengetahuannya.Â
"Nggih Bu!" Jawabku
"Masih ada lilinnya, tapi tinggal separuh"
Radit tidak bangkit dari tempat belajarnya, dan mengambil power banknya untuk dicas. Lampu di ruang belajarnya diganti dengan lampu penyimpan daya listrik.
Namun untuk antisipasi, sore itu Aku tidak salahnya menuruti kata ibuku. Dulu masih dikontrakan beli lilin di toko bude, tapi sekarang. Aku harus lewat gang untuk menuju toko tersebut, tak lupa aku memakai jas hujan pemberian Dea.
"Untung saja, Aku nurut apa yang diperintahkan Ibuku, power bank dan lampu penyimpan daya listrik hanya cukup di ruanganku saja. Tapi ruang-ruang yang lain perlu dan butuh cahaya." Pikirku setelah dari toko sebelah.Â
Di rumah baruku, banyak hal yang belum Aku ketahui. Bapak, Mas Kris masih kerja, dan biasanya mereka pulang malam.
Hujan terus menemani malam, menemaniku saat aku belajar sendirian. Kadang malas itu pun mucul tiba-tiba. Aku sejenak melihat foto Dea yang masih kusimpan di dalam buku favoritku.
"Dea, bagaimana kabarmu? Semoga engkau baik-baik saja di sana. Semoga engkau selalu diberi kemudahan atas semua soal yang akan kamu kerjakan." Doaku dalam hati
Belum selesai belajar, entah kenapa bayangan Dea menggangguku dan terus muncul secara tiba-tiba, walaupun kata Pak Alif aku harus bisa move on dengan cara ikhlas melupakannya.
"Dit, ambilkan air minum!" Ibu sedang makan diruang tamu sambil melihat TV
Aku melewati di belakang ibu, banyak Informasi di media apapun derasnya hujan mengguyur kota, pedesaan. Akibat hujan deras, banyak pohon tumbang dan terjadi gempa. Belum mendengarkan informasi lengkap dari TV tersebut, tiba-tiba dapur gelap.
***
Surabaya, 22 November 2022
Naskah ke-24, tantangan dari dokjay 30 hari menulis di Kompasiana
***
Silahkan Baca Juga Naskah Sebelumnya:
Naskah ke-1 : Guruku Adalah Orang Tuaku
Naskah ke-2: Sekolahku Adalah Surgaku
Naskah ke-3: Satu Visi, Satu hati
Naskah ke-4: Tragedi di Warung Pak Sugi
Naskah ke-5: Doa Bersama Untuk Para Guru Indonesia
Naskah ke-6: Ibu dan Guruku Melarangku Pacaran
Naskah ke-7: Madu Guru, Buah Manis Cita-cita Siswa
Naskah ke-8: Teman Kerja Adalah Guruku
Naskah ke-9: Berguru pada Pangeran Diponegoro
Naskah ke-10: Berguru pada Sunan Kalijaga
Naskah ke-11: Si Kebaya Merah
Naskah ke-12: Kangen Masakan Ayah
Naskah ke-13: Guruku Inspirasiku, Karenamu Ada Toko Online
Naskah ke-14: Berkah Digitalisasi Warung Pak Sugi
Naskah ke-15: Cinta Bersmi, Kembali dari Tanah Suci
Naskah ke-16: Cinta Segitiga
Naskah ke-17: Ledakan Itu, Melukai Dua Hati
Naskah ke-18: Hubungan Terlarang
Naskah ke-19: Guruku Adalah Obat Hatiku
Naskah ke-20: Ibuku Awet Muda, Apa Rahasianya?
Naskah ke-21: Di Ujung Waktu; 8 Miliar Manusia
Naskah ke-22: Solusi Bau Badan Menjadi Teladan
Naskah ke-23: Berguru Pada Elon Musk
Naskah ke-24: Hujan Di Akhir Bulan
Naskah ke-25: Detik Perjuanganku Menyambut Hari Guru
Naskah ke-26: Semangat Menyambut Hari guru
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI