Tiap kali Radit belajar, pasti ada gangguan dan cobaan. Banyak godaan tidak hanya itu saja, tapi cobaan yang sering kita lupa belajar adalah ponsel. Apalagi yang sudah dilengkapi dengan beberapa aplikasi Game Online dan aplikasi lainnya. Radit bukanlah tipe penyuka Game Online, tapi dia menggunakan ponselnya untuk mengupgrade pengetahuannya.Â
"Nggih Bu!" Jawabku
"Masih ada lilinnya, tapi tinggal separuh"
Radit tidak bangkit dari tempat belajarnya, dan mengambil power banknya untuk dicas. Lampu di ruang belajarnya diganti dengan lampu penyimpan daya listrik.
Namun untuk antisipasi, sore itu Aku tidak salahnya menuruti kata ibuku. Dulu masih dikontrakan beli lilin di toko bude, tapi sekarang. Aku harus lewat gang untuk menuju toko tersebut, tak lupa aku memakai jas hujan pemberian Dea.
"Untung saja, Aku nurut apa yang diperintahkan Ibuku, power bank dan lampu penyimpan daya listrik hanya cukup di ruanganku saja. Tapi ruang-ruang yang lain perlu dan butuh cahaya." Pikirku setelah dari toko sebelah.Â
Di rumah baruku, banyak hal yang belum Aku ketahui. Bapak, Mas Kris masih kerja, dan biasanya mereka pulang malam.
Hujan terus menemani malam, menemaniku saat aku belajar sendirian. Kadang malas itu pun mucul tiba-tiba. Aku sejenak melihat foto Dea yang masih kusimpan di dalam buku favoritku.
"Dea, bagaimana kabarmu? Semoga engkau baik-baik saja di sana. Semoga engkau selalu diberi kemudahan atas semua soal yang akan kamu kerjakan." Doaku dalam hati
Belum selesai belajar, entah kenapa bayangan Dea menggangguku dan terus muncul secara tiba-tiba, walaupun kata Pak Alif aku harus bisa move on dengan cara ikhlas melupakannya.
"Dit, ambilkan air minum!" Ibu sedang makan diruang tamu sambil melihat TV