Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Awet Muda, Apa Rahasianya?

19 November 2022   04:44 Diperbarui: 20 November 2022   06:10 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/diolah dengan canva.com

Ibuku Awet Muda, Apa Rahasianya?

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Bel masuk sekolah berbunyi, seluruh siswa memasuki ruangannya masing-masing. Begitu juga bapak ibu guru, keluar dari ruang guru membawa buku ajar dan peralatan mengajar. 

Aku masuk kelas, Irine sudah dibangku belakang terlihat wajah yang menawan.  

Pak Alif duduk di depan dan me pembelajaran, beliau mengajak murid-muridnya membaca surat pilihan dari Kitab Suci dan membaca Sholawat Nabi.

Karena sekarang Aku sudah kelas XII, hafalan surat pilihannya berbeda dengan waktu kelas X dan XI dulu. Kalau kelas X surat pilihan yang dibaca yaitu dari QS. An-Nas sampai QS. At-Takasur, Kelas XI hafalan suratnya berlanjut dari QS. Al-Qoriah sampai QS. Ad-Duha kemudian waktu kelas XII sekarang ini surat yang baca adalah QS. Ad-Duha sampai QS. Al-A'la. Kenapa membaca kitab suci dulu, agar suasana kelas dan pikiran tenang. Karena tenang, bisa membuat awet muda loh!"

Baca juga: Hubungan Terlarang

Setelah membaca surat pilihan, Pak Alif mengajakku dan teman-teman membaca sholawat "Syair Tawaduk" atau membaca "Asmaul Husna". Aku berniat sekolah, seluruh anggota tubuhku, fikiranku dan hatiku berada di sekolah. Tidak seperti teman yang lain, anggota tubuhnya di sekolah tapi fikirannya tidak sekolah. Pak Alif sangat marah ketika jam pembelajaran berlangsung ada temanku yang main ponsel sendiri.

Pagi itu pembelajaran kami sampai Bab Nikah, Pak Alif membentuk 6 kelompok dan kami disuruh diskusi. Setiap kelompok ada 5 siswa mendapatkan sub judul dari materi pelajaran tersebut untuk didiskusikan. 

Memang kalau ingin tenang, pakailah pembelajaran Merdeka Belajar yaitu berpusat pada siswa, siswa sebagai subyek dalam pembelajaran dan bukan menjadi objek pembelajaran. Tugas guru sebagai fasilitator yang mendampingi mengarahkan jalannya diskusi agar tetap tenang dan berjalan sesuai yang diharapkan.

***

Malam seperti biasa, aku masih bekerja di warung pak Sugi. Namun semangatku tidak seperti dulu lagi.

"Oya bagaimana kabarnya Dea ya? Apakah sepertiku juga!" Kataku dalam hati

Sejak itu Dea yang biasanya sering pulang dari pondoknya, kini tidak terlihat batang hidungnya. Yang biasanya ikut Abah dan Uminya beli mie ayam di warung pak Sugi, kini hanya tinggal adiknya. "Sebenarnya aku masih rindu pesanan pisang kipas darimu!" Desisku dalam hati sambil menggoreng pisang.

"Aku ingin melihatmu walau sebentar saja" Pikiranku nglantur

"Dit, kenapa?" Tanya pak Sugi saat ngobrol dengan Ana, pegawai barunya.

"Jangan bersedih gitu," 

"Disini masih ada Ana yang menemanimu!" Goda Pak Sugi

"Ah Pak Sugi!" Teriak Ana sambil tersenyum malu-malu

"Ingat Dit, jodoh ditangan Allah. Semoga Allah memberi pengganti yang lebik lagi"

***

Enam bulan berlalu..

Aku belum memikirkan Ana, Aku mulai sibuk penilaian semester, ujian sekolah dan ukk.  Malam itu Aku izin tidak bekerja di warung pak Sugi karena Ibuku jadi menikah dengan Pak Anam, ayah Mas Kris. Ibuku umurnya 50 lebih, beliau dandan seadanya, hanya bedak biasa. Biaya resepsi pernikahan saja dibantu oleh Pak Haji Nasrul, sebagai ucapan terimakasih karena waktu kecil dulu pernah menyalamatkan Dea.

Malam itu, Ana juga izin tidak bekerja di warung Pak Sugi, dia disuruh Pak Sugi untuk merias Ibuku. Mungkin dengan kepiwaian dia merias wajahnya maka Ibu Sugi menyuruhnya untuk merias wajah Ibuku. Alat-alat wajah seperti eyeshadow, eyeliner, alis dan lain-lain yang dibawanya, Ibuku tidak mau karena tidak biasa. Tapi ibuku hanya minta dibedaki dan memakai tipis lipstik.

Saat Ibuku duduk di kursi pengantin dia terlihat sangat anggun dan cantik, seperti usia mudanya dulu. Wajahnya masih bercahaya (glowing) karena wudu dan salat tahajud membuatnya awet muda. Wajahnya selalu fresh karena tidak pemarah dan taat beribadah, semua urusan diserahkan kepada Allah dan tidak terlalu memikirkan hal dunia. Tubuhnya indah karena ibuku rajin puasa sunah Senin dan Kamis. Beliau menjaga pola makan dan memakan makanan yang halal dan segar. Itulah beberapa yang dilakukan ibuku agar tetap awet muda.

Saat dikenakan gaun pengantin, hati Pak Anam semakin memuncak keteduhan dan mengindahkan. "Dik Nur, kau tak ada bedanya dengan masa SMA dulu," Bisik Pak Anam kepada Ibuku. "Kau tetap cantik, kaulah bidadariku yang dikirim oleh Allah di dunia ini!"

Ibuku tersenyum malu.

"Alhamdulillah mas Anam, jagalah aku seutuhnya" Jawab Ibuku

Para tamu undangan terkagumi dengan kecantikan Ibuku, sorot mata mereka hingga tak percaya bahwa itu Ibuku. 

Acara resepsi pernikahan dilaksanakan sangat sederhana, namun tetap mengundang tetangga kanan kiri. Itulah fungsinya undangan, agar mereka menjadi saksi bahwa ibuku sudah menikah dengan pak Anam. Maka dalam hal ini sesuai perintah Nabi bahwa haknya muslim dengan muslim lainnya diantaranya adalah mendatangi undangan.

Pak haji datang dengan istrinya dan juga adiknya Dea. "MasyaAllah cantiknya Ibu Nur, wajahmu awet muda sekali!" Kata Ibu Dea saat menyalami Ibuku. 

"Masih kinyis-kinyis" Goda Pak Haji melewati Ibuku.

"Terimakasih banyak Pak haji atas bantuannya."

***

Mojokerto, 19 November 2022

Naskah ke-20, tantangan dari dokjay 30 hari menulis di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun