Setelah warung pak Sugi Aku daftarkan online, gajiku mulai dinaikkan. Kini pak Sugi sudah pandai memainkan ponselnya, mengatur menu dan harga di aplikasi sudah lihai. Usahanya kini, semakin membawa berkah kepada diri dan keluarganya. Aku sangat senang, yang  gaji asalnya 500.000 meningkat menjadi 1.000.000. Dari gaji tersebut, aku bisa membayar SPPku dan membayar cicilan mesin cuci. Sisanya kukasihkan ibuku untuk keperluan sehari-hari.
"Alhamdulillah pak Sugi, Terimaksih banyak atas pemberiannya!" Kataku
"Ini juga tak lepas dari idemu mas Radit," Balasnya sambil membuka aplikasi BRImo di ponselnya. Beliau pun, memesan mie dan bahan lainnya memakai non tunai.  Sekarang semuanya serba online.  Tinggal memesan apa yang dibutuhkan sore atau pagi, bahan-bahan untuk pembuatan mie ayam dan pisang kipas langsung datang. Bahkan kalau tidak ramai beberapa menit memesan, barang dan bahan langsung diantar ke rumahnya.
Warung pak Sugi tergolong kecil, namun atas kerja keras pak Sugi dan istrinya bisa mengantarkan mereka pergi Haji. Pandemi datang membuat omset turun, Pak Sugi hanya pasrah kepada Allah. Sekarang Pak Sugi ingin bangkit dan pulih, ia hutang di bank BRI untuk mengoptimalkan usahanya. Dengan niat suci semua dipermudahkan, ini juga tidak lepas dari usaha dan doanya. Memang BRI pahlawan finansial.
Karena keadaan Pandemi, Pak Sugi merangkak lagi. Alhamdulillah dari BRI, usahanya tambah lebih baik, bisa jualan lebih modernis ala kekinian. Bertransaksi dalam genggaman, hari ke hari warung pak sugi banyak pembeli dan menambah pekerja baru. Maka selain saya ada Mbak Ana yang nanti membantuku di warung pak Sugi. Dia anak kuliahan yang baru semester satu, katanya keluarga dari pak Sugi. Dia cantik, memakai hijab dan katanya pandai mengelola bisnis Online.
"Dit, awal bulan besok kami sekeluarga akan umrah, kamu ikut juga ya!"
"Ibumu nanti saya hubungi, ikut Umrah sekalian. Jadi untuk sementara, warung tutup dulu. Nanti kita lanjut setelah ke tanah suci." Kata Pak Sugi
Detak jantungku berdebar-debar, rasanya tubuhku tersiaram air begitu sejuk yang tak ada di dunia.
"Alhamdulillah Pak Sugi, Terimakasih banyak. Ya Allah semoga engkau selalu memberi kebaikan kepada keluarga Pak Sugi, memberi rezeki yang mengalir kepada Pak Sugi." Doaku sambil meneteskan air mata
"Amin ya rabbal alamin." Jawab Pak Sugi sambil menepuk pundakku. Inilah kebekahan dari digitalisasi yang ditanamkan di warung Pak Sugi
***