Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berkah Digitalisasi Warung Pak Sugi

14 November 2022   22:56 Diperbarui: 14 November 2022   23:06 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berkah DIgitalisasi Warung Pak Sugi

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Enam bulan telah berlalu

Aku sudah selesai magang dan mendapatkan apresiasi dari Pak Manajer dengan nilai yang mengejutkan, disamping itu Aku dan Amar juga mendapatkan pesangon dari Hotel, walupun tidaklah banyak kami syukuri. Dari pesangon tersebut, aku ambil mesin cuci secara kredit untuk ibuku. Dari mesin tersebut untuk usaha Londre di rumah.

Aku gembira sekaligus bersedih, karena berpisah dengan pekerja yang lain. Khususnya Aku akan berpisah dengan Mas Kris yang sering membantuku. Karena dia Aku bisa bekerja di warung Pak Sugi setiap hari, dan bisa membantu ibuku beli keperluan sehari-hari. Mas Kris berkata kepadaku bahwa suatu hari akan mengunjungi rumahku. Di hari terakhirku magang di situ, dia menyalamiku dengan penuh kasih sayang.

Baca juga: Si Kebaya Merah

"Dit, selamat atas dedikasi kamu yang sangat tinggi magang di sini, sampai Pak Manajer kagum denganmu. Kegigihanmu, tidak jauh dari Ayahmu yang disiplin, kreatif, dan pantang menyerah."

"Kau mengenal ayahku?"

"Ya, suatu hari aku akan berkunjung kerumahmu!" Kata Mas Kris

"Baiklah, terimakasih atas bantuannya selama ini" Kataku sambil memeluk tubuhnya

***

Setelah warung pak Sugi Aku daftarkan online, gajiku mulai dinaikkan. Kini pak Sugi sudah pandai memainkan ponselnya, mengatur menu dan harga di aplikasi sudah lihai. Usahanya kini, semakin membawa berkah kepada diri dan keluarganya. Aku sangat senang, yang  gaji asalnya 500.000 meningkat menjadi 1.000.000. Dari gaji tersebut, aku bisa membayar SPPku dan membayar cicilan mesin cuci. Sisanya kukasihkan ibuku untuk keperluan sehari-hari.

"Alhamdulillah pak Sugi, Terimaksih banyak atas pemberiannya!" Kataku

"Ini juga tak lepas dari idemu mas Radit," Balasnya sambil membuka aplikasi BRImo di ponselnya. Beliau pun, memesan mie dan bahan lainnya memakai non tunai.  Sekarang semuanya serba online.  Tinggal memesan apa yang dibutuhkan sore atau pagi, bahan-bahan untuk pembuatan mie ayam dan pisang kipas langsung datang. Bahkan kalau tidak ramai beberapa menit memesan, barang dan bahan langsung diantar ke rumahnya.

Warung pak Sugi tergolong kecil, namun atas kerja keras pak Sugi dan istrinya bisa mengantarkan mereka pergi Haji. Pandemi datang membuat omset turun, Pak Sugi hanya pasrah kepada Allah. Sekarang Pak Sugi ingin bangkit dan pulih, ia hutang di bank BRI untuk mengoptimalkan usahanya. Dengan niat suci semua dipermudahkan, ini juga tidak lepas dari usaha dan doanya. Memang BRI pahlawan finansial.

Karena keadaan Pandemi, Pak Sugi merangkak lagi. Alhamdulillah dari BRI, usahanya tambah lebih baik, bisa jualan lebih modernis ala kekinian. Bertransaksi dalam genggaman, hari ke hari warung pak sugi banyak pembeli dan menambah pekerja baru. Maka selain saya ada Mbak Ana yang nanti membantuku di warung pak Sugi. Dia anak kuliahan yang baru semester satu, katanya keluarga dari pak Sugi. Dia cantik, memakai hijab dan katanya pandai mengelola bisnis Online.

"Dit, awal bulan besok kami sekeluarga akan umrah, kamu ikut juga ya!"

"Ibumu nanti saya hubungi, ikut Umrah sekalian. Jadi untuk sementara, warung tutup dulu. Nanti kita lanjut setelah ke tanah suci." Kata Pak Sugi

Detak jantungku berdebar-debar, rasanya tubuhku tersiaram air begitu sejuk yang tak ada di dunia.

"Alhamdulillah Pak Sugi, Terimakasih banyak. Ya Allah semoga engkau selalu memberi kebaikan kepada keluarga Pak Sugi, memberi rezeki yang mengalir kepada Pak Sugi." Doaku sambil meneteskan air mata

"Amin ya rabbal alamin." Jawab Pak Sugi sambil menepuk pundakku. Inilah kebekahan dari digitalisasi yang ditanamkan di warung Pak Sugi

***

Naskah ke-14. tantangan dari Dokjay. Menulis 30 hari di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun