Beberapa menit Ibu Putri muncul di hadapanku dan berkata "Silahkan nak Radit duduk dulu. Nanti sarapan bersama ya!"
Aku DIam
"Ndak usah sungkan Dit, anggap rumah sendiri."
"Njih Pak, Matursembahnwun!"
"Belum berangkat sekolah pak!" Tanyaku
"Ya nanti jam 08.00, berangkat ke sekolah" Balasnya
Hari Jum'at pagi pak Alif tidak ada jam mengajar, dia berangkat ke sekolah jam berapapun sebenarnya tidak masalah dan dia ada jam mengajar setelah selesai Jum'atan. Tapi Beliau diamanahi sebagai takmir masjid sekolah, sebelum Jum'atan dimulai masjid sudah bersih dan siap untuk digunakan salat jum'at. Dulu kelas X pernah membantu beliau bersama anak rohis lainnya. Setiap hari Jum'at Aku dan teman-teman rohis berbagi tugas. Anggota kami ada lima orang, Aku, Sena, Alfi, Rino, Rizky, dan Wildan. Masing-masing mempunyai peranan sendiri, Aku bersih-bersih musholla bersama Rizky. Alfi berkeliling ke kelas-kelas sambil membawa kotak infaq Jum'at pada kelas yang masuk pagi hari. Sementara Wildan bertugas sebagai Bilal Jum'at dan Sena bertugas keliling infaq Jum'at pada kelas yang masuk siang hari.
"Ayo nak Radit Silahkan dinikmati, makanan buatan saya!" Pinta Ibu Putri
"Silahkan Dit" Lanjut Pak Alif
Aku mengambil piring, di hadapanku ada berbagai menu makanan, ada telur dadar, mie goreng, ada mihun, tahu, tempe (yang diuyahi), sambal bawang, sambal kecap, ayam crypsi, sayur sop.
Ibu Putri sangat misterius, bahan makanan apapun kalau di pegang dia akan menjadi makanan atau minuman yang lezat. Jemari-jemarinya aneh dan ganjil. Bahan makanan yang murah, menjadi rasa restoran. Untuk memasakkan kesukaan anaknya, dia sering membuat dari bahan mie Burung Dara yang harganya tiga ribuan. Ketika di masak, kedua tangannya secara otomatis mengambil rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, garam dan untuk pengganti penyedap rasa dia memberi gula dengan beberapa sendok makan.