Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Kebaya Merah

11 November 2022   19:27 Diperbarui: 12 November 2022   11:29 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Kebaya Merah

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Aku dan Amar berjalan menuju suara pak Manajer, "Ya itulah pentingnya iman, kalau lemah imannya ia bertaruh pada keadaan. Saat membutuhkan uang, dengan cara apapun dilakukan termasuk jual kesucian."

Saat membuka pintu, Aku dan Amar menyalami pak Manajer.

"Tolong semua CCTV dicek, dan hasil rekamannya kasihkan ke saya. Karena ada informasi Hotel kita terkena dampak si Kebaya Merah." Kata Pak Manajer

"Waduh, bahaya ini. Aku dan Radit kena dampaknya juga ya pak!" Teriak Amir

Aku menghela nafas, dan membaca istighfar.

Walaupun si Kebaya Merah kini telah ditangkap pada pihak yang berwajib, tapi dampaknya masih meresahkan masyarakat. Ada dampak negatif yang meresap di hati dan pikiran anak bangsa. Karena ekonomi, dia rela melanggar larangan Tuhan.

"Ini pak rekaman CCTV nya!" Aku ulurkan tanganku ke meja pak Manajer

Kemudian Aku dan Amar kembali ke kamar khusus

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam pada siang, itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang menggunakan akalnya." Kataku dalam hati.

Dari ayat di atas, Allah menciptakan langit dan bumi serta pergantian malam pada siang bumi tetap berputar pada porosnya. Seandainya si Kebaya Merah akan sadar bahwa hidup di dunia ini seperti bumi yang berputar, kadang kita berada di atas (mempunyai kekayaan yang melimpah) dan kadang kita berada di bawah (saat tidak mempunyai apa-apa, jatuh miskin) tetap berputar pada porosnya (yaitu berpegang teguh pada iman dan aturan agama).

Bumi, bulan dan planet-planet lainnya berputar pada porosnya. Selalu bergerak dan melawan badai alam. Matahari yang bersinar akan memberi kehangatan dan kehidupan. Sinarnya akan memberi keteduhan pada sinar bulan dan bintang-bintang. Semua tak lepas dari Kuasa-Nya, Sang Maha Pencipta.

"Marilah si Kebaya Merah kita jadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan  bahwa dalam keadaan apapun kita berusaha untuk Istiqomah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya." Kataku pada Amar 

"Semoga di hotel ini tidak viral seperti Si Kebaya Merah. Yang namanya hotel pasti ada yang gituan, tapi tidak ketahuan" Jawab Amar

"Ya janganlah prasangka buruk tentang hotel ini!" Aku menyelak. "Ayo kerja-kerja!" 

Di hall para tamu masih menikmati kebersamaan. Di rasa cukup aman, Aku menuju ruang khusus. Amar menghilang dari hadapanku ternyata ikut nimbrung sama orang-orang.

***

Diperjalan pulang TV di warung-warung jalan, saya jumpai Si Kebaya Merah masih tranding. Setiap kali ada berita, Si Kebaya Merah dimunculkan.

"Ini TV memberi informasi agar manusia dapat meninggalkan hal serupa atau sebaliknya mengajak kemaksiatan dan foya." Pikirku

"Astaghfirullah hal adzim" ucapku dalam hati.

Karena hari ini Aku diizinkan pulang sore sama pak Manajer, Aku hubungi Ibu setalah magang langsung ke warung pak Sugi. Setelah Aku turun dari sepeda Amar, kuhubungi ibuku.

"Ngampunten Bu, kulo bakdo magang langsung ke Warung pak Sugi nggeh Bu!"

"Ya nak hati-hati di jalan, kamu masih diantar Amar kan?"

"Njih Bu niki kulo kaleh Amar mpun diantar di warung pak Sugi!"

***

Di warung pak Sugi, kujuga menyaksikan Si Kebaya Merah mewarnai TV pak Sugi. Sekali ganti channel Si Kebaya Merah terus membayangi kedua mataku.

"Ini Lo bro, tidak nonton beritanya si Kebaya Merah ta!" Ajak pak Sugi melihatku datang langsung mencuci mangkok dan gelas.

"Laya duduk dulu" Pak Sugi maksa

Aku hanya tersenyum

"Semoga di suatu hari nanti ada si Kebaya Merah tampil lebih santun, memakai hijab dan penghafal Al-Qur'an" Desisku dalam hati

***

Surabaya, 11 November 2022

Naskah ke-11 Tantangan dari dokjay Menulis 30 hari di Kompasiana 

***

Silahkan Baca Juga Naskah Sebelumnya:

Naskah ke-1 : Guruku Adalah Orang Tuaku

Naskah ke-2: Sekolahku Adalah Surgaku

Naskah ke-3: Satu Visi, Satu hati

Naskah ke-4: Tragedi di Warung Pak Sugi

Naskah ke-5: Doa Bersama Untuk Para Guru Indonesia

Naskah ke-6: Ibu dan Guruku Melarangku Pacaran

Naskah ke-7: Madu Guru, Buah Manis Cita-cita Siswa

Naskah ke-8: Teman Kerja Adalah Guruku

Naskah ke-9: Berguru pada Pangeran Diponegoro

Naskah ke-10: Berguru pada Sunan Kalijaga

Naskah ke-11: Si Kebaya Merah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun