Mohon tunggu...
Mochamad Akhlis Aufalana
Mochamad Akhlis Aufalana Mohon Tunggu... Freelancer - No Risk, No Fun!!

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lenyap

27 Agustus 2021   20:53 Diperbarui: 27 Agustus 2021   21:55 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ingin rasanya aku pulang ke rumah, akan kupeluk ibuku dan menangis sepuas hati. Kuadukan padanya segala keluh kesahku. Ingin sekali kudengar kata-kata ibu tentangmu yang seakan-akan dia sangat bahagia dengan pilihan putranya.

Sesampainya di warung, aku memesan makan malam. Terlintas dalam benakku, betapa beruntungnya diriku ini dengan adanya Risha, walaupun aku tak tahu dimana dia saat ini. Setelah bapakku tiada, aku seperti kehilangan nyawa, seakan tak sanggup lagi menatap cerahnya dunia karna seorang yang menjadi panutan sekaligus penafkah hidup di keluargaku telah tiada.

Saat itu Risha datang ke rumah. Didekatinya diriku sambil terus menghiburku, memberitahuku bahwa hidupku masih panjang, masih ada keluarga yang sekarang menjadi tanggung jawabku. Dia berjanji akan selalu menemani, takkan pernah meninggalkanku sendiri.

Hingga saat ini tak tahu lagi diriku akan keberadaanmu. Setelah berakhir acara wisuda, tiga hari kemudian tiba-tiba tak kudengar kabarmu. Teleponku tak pernah terangkat, berkali-kali pesan yang kukirimkan tak pernah terbalas, kuputuskan untuk mendatangi kosmu tapi kau telah tiada. Kutanyakan pada teman kosmu tapi tak ada yang tahu menahu tentangmu. Kabar yang sama kuterima dari kakakmu saat kubertanya padanya. Sejak saat itu kuputuskan untuk mencarimu. Kemanapun itu, walau aku tak tahu pasti di manakah engkau.

Hari ini, bersama gelapnya malam dengan bulan yang menemani, kusematkan doa pada Ilahi, tentang seorang kekasih yang telah pergi tanpa tahu apakah akan kembali. Satu hal yang bisa kupastikan, tak akan pernah hilang tekadku untuk temukan dirimu.

Bila engkau masih hidup, kekasihku, sedangkan tubuhku sudah tak mau lagi untuk kuajak berlari, bahkan tak sanggup merangkak untuk mencarimu, akan tetap kupaksa tubuhku menuruti kata hatiku. Atau bahkan bila Tuhan telah memanggilmu, kuberharap akan ada temu di akhirat kelak, karena kuyakin Dia menciptakanmu hanyalah untukku semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun